Bab 8

961 98 17
                                    

"Aku kenapa Ry?" Ucap Budi yang merasa terpanggil namanya.

"Eh gapapa, tadi Qary bilang sama mba Sinna ada mas Budi di depan udah ketemu belum. Gitu." Jawab Qary mencari alasan agar Budi tak curiga.

"Oh. Udah kok. Ya kan dek Sinna?"

Dak dek dak dek. Kayak ibumu pernah ngelahirin Sinna.

Ting. Ponsel Qary berbunyi di tengah obrolannya dengan Budiman dan Sinna.

From : Bang Eyza

Balik ke toko Ry.
Abang mau keluar sebentar, ada urusan.

Huft.. Helaan nafas keluar dari mulut Qary yang membuat Sinna meliriknya dengan tatapan bertanya kenapa.

"Disuruh balik sama Abang. Nanti Qary main lagi ya mba Sinna. Ingat kata-kata gue tadi." Peringat Qary pada Sinna dengan tatapan serius. Yang di jawab dengan uluran jari Sinna yang membentuk isyarat oke.

"Dek Sinna, mas Budi pamit dulu ya. Kamu gak harus jawab sekarang. Bisa di jawab lain waktu. Masih banyak kesempatan." Ucap Budi yang membuat nafas Sinna sedikit lega. Pasalnya ia benar-benar bingung harus bersikap bagaimana terhadap permintaan Budi yang tiba-tiba.

"Nduk." Panggil Dandi pada Sinna.

"Nggih pak."

"Budi sudah bilang tho sama kamu?" Tanya Dandi pada Sinna dengan raut yang sedikit serius.

"Sudah pak."

"Terus gimana?" Tanyanya lagi.

"Sinna belum punya jawaban bapak." Ucap Sinna jujur. "Menurut bapak gimana?"

"Gimana apanya nduk?"

"Ya itu. Bang Eyza gimana? Mas Budi gimana?" Tanya Sinna lebih jelas pada Dandi.

"Eyza baik. Budi juga baik. Eyza memang lebih banyak diamnya tapi bukan berarti dia tidak berusaha. Budi sedikit lebih berani mungkin sebagai salah satu usahanya. Tapi nduk ingat ya, di setiap kata baik itu kadang ada kata buruk. Sisakan banyak tempat untuk memupuk ikhlas saat menemukan ketidakbaikan itu." Petuah Dandi pada Sinna.

"Kasih Sinna waktu ya pak. Sinna akan coba pikirkan. Semoga Sinna segera mendapat jawaban untuk kebaikan semuanya." Jawab Sinna.

"Boleh bapak kasih saran?" Ijin Dandi yang langsung diangguki oleh Sinna.

"Libatkan Tuhanmu dalam hal ini ya nduk. Bapak tidak akan menitikberatkan pada satu nama. Yang perlu Sinna ingat, lihat pada hatimu, minta yang terbaik dari sisi Tuhanmu. Sinna juga tidak boleh menitikberatkan hati Sinna pada salah satunya terlebih dahulu. Tunggu pertanda yang Allah berikan secara perlahan. Menikah itu perjalanan panjang yang insyaallah batasnya hanya kematian. Jadi bapak mohon betul-betul, doakan dua nama yang sudah memintamu dengan baik-baik. Lalu lihat jawaban apa yang Allah kasih untuk Sinna." Ujar Dandi pada Sinna putri satu-satunya yang ia miliki.

"Insyaallah pak."

"Kalau di hati Sinna sudah ada satu nama, tahan dulu ya nak? Selesaikan istikharahnya. Yang terlihat baik pada mata Sinna, belum tentu baik menurut Allah. Yang terlihat kurang baik untuk Sinna, siapa tahu yang paling baik dari sisi Allah untuk Sinna."

"Nggih bapak."

"Bapak pulang dulu ya nduk?" Pamit Dandi pada Sinna yang lagi-lagi diangguki oleh Sinna dengan tangan terulur menyalami tangan Dandi.

***

Di lain tempat Eyza sedang menemani Widya ke pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Eyza dikabari bundanya yang tadi sempat bertemu Widya di tepi jalan sedang menunggu angkutan umum. Langsung saja Eyza mengendari kendaraan roda duanya menghampiri Widya.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang