Bab 40

1.3K 132 20
                                    

Hormon kehamilan yang mempengaruhi emosi Sinna nampaknya diambil alih oleh Eyza. Sejak awal kehamilan, hingga kemarin saat Eyza mengomeli Qary habis-habisan perkara membonceng Sinna dengan sepeda motor sungguh membuat Sinna sedikit sakit kepala. Kali ini, entah bagaimana caranya Sinna menyampaikan pada Eyza jika dirinya tengah mengidam ingin memakan masakan Qary dan Dilla.

"Mbak Sinna kok masih jaga toko?" Tanya Dilla yang akhir-akhir ini jarang mengunjunginya.

"Halo Dilla. Kemana aja sih, gak pernah main kesini?" Tanya Sinna sangat senang melihat kehadiran Dilla. Karena nampaknya ngidamnya dapat terpenuhi. "Pasti dilarang kesini sama Qary ya."

"Ehem. Gue aja terus dibawa-bawa." Celetuk Qary yang baru saja keluar dari kamar mandi ruko milik Sinna.

"Lo tuh, kenapa ya muncul dari mana-mana ngagetin tahu gak." Seru Sinna yang memang sedikit terkejut karena tak menyadari kapan Qary masuk kesana.

"Dari toilet elah. Lagian gue perhatiin lo sekarang sering banget ngelamun deh mbak, lo hamil kan bukannya depresi ngadepin tingkahnya bang Eyza." Tanya Qary yang sadar akan perubahan sikap Sinna.

"Engga ya. Gitu-gitu juga suami gue. Gue maklum, mungkin ngidam sama emosian nya di borong sama dia." Jawab Sinna membela Eyza.

"Iya, si paling suami." Ucap Qary pasrah.

"Lo diem dulu Ry. Dilla belum jawab pertanyaan gue tadi, kenapa jarang kesini? Pasti dilarang Qary kan Dil? Qary tuh emang ngeselin banget, belum jadi suami aja udah ngelarang-ngelarang kamu buat main. Apalagi nanti jadi suami, pasti lo di kurung di dalam rumah deh Dill." Tebak Sinna yang membuat Qary memutar bola matanya malas, sementara Dilla terkekeh melihat bagaimana cerewetnya sinna untuk pertama kali.

"Engga mba. Tugas kuliah banyak yang harus diselesaikan. Biar cepet lulus. Karena ada yang mau ngajakin nikah cepet katanya." Jawab Dilla dengan polos yang langsung di kode oleh Qary untuk diam.

"Wah wah wah. Parah, mau nikahin anak orang gak diskusi dulu sama keluarganya. Wah parah banget nih orang." Ucap Sinna sedikit terkejut mendengar penuturan Dilla.

"Baru rencana mbak. Baru obrolan berdua aja. Belum sampai ke keluarga sih." Jelas Dilla yang membuat Qary menghela nafas lega.

"Kenapa panik gitu?" Tanya Sinna menatap gelagat Qary yang berbeda.

"Gapapa." Jawabnya datar.

"Lo gak ngapa-ngapain Dilla kan, makanya ngajak nikah cepet?" Tanyanya lagi membuat Qary lekas menjawabnya dengan nada sedikit tinggi.

"Gue gak mesum kayak bang Eyza ya. Gue masih waras buat jaga Dilla dengan baik." Tegas Qary membuat Sinna terkekeh.

"Perlu gue ingetin, lo pernah ngerengek ke gue karena kelepasan cium Dilla?" Ucap Sinna mengingatkan hal memalukan yang sampai saat ini masih teringat dalam benak Qary.

"Ungkit terus sampai mampus." Jawabnya pasrah.

"Kalau Qary macem-macem lagi mah langsung putusin aja Dill." Seru Sinna membuat Qary semakin jengah dengan kakak iparnya ini.

"Komporin terus sampai panas tuh kepala Dilla." Sarkas Qary menerima segala ledekan Sinna.

"Iya mbak santai aja, gak perlu mbak ingetin. Mbak Sinna kenapa masih jualan? Kenapa gak di rumah aja?" Tanya Dilla mengubah topik pembicaraan.

"Halah. Kamu orang keseribu yang tanya gitu setelah keluarga dan pelanggan-pelanggannya mbak Sinna Dill." Tukas Qary sebelum Sinna sempat membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Dilla.

"Bapaknya, ibunya, ayah, bunda bahkan suaminya aja gak didengerin sama dia. Udah segala macam rayuan tapi gak mempan. Jadi kamu gak usah nanyain perihal sesuatu yang mustahil dilakukan mbak Sinna." Imbuhnya lagi menjelaskan.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang