Delapan bulan sudah berlalu, Eyza merasa menang karena akhirnya keinginannya kembali tercapai. Satu bulan setelah ia membawa Sinna berlibur, Sinna memberinya sebuah hadiah berisi testpack dengan dua garis jelas tertera di sana. Sungguh kebahagiaan Eyza terasa penuh, apalagi Biyya yang menerimanya tanpa merasa iri sedikitpun.
"Halo adeknya mbak lagi apa ya di dalam perut." Ucap Biyya sambil meletakkan kepalanya di atas perut Sinna.
"Lagi main bola mba." Jawab Sinna karena sejak tadi anaknya aktif menendang tanpa henti di dalam perutnya.
"Ma, Biyya mau main sama oom." Ucap Biyya meminta untuk ke rumah Qary.
"Nanti kita telfon oom ya sayang, suruh jemput Biyya kesini. Tapi kalau oomnya gak bisa Biyya gak boleh marah, kan onti juga mau punya dedek bayi." Jelas Sinna yang disetujui oleh Biyya.
Sinna dan Dilla memang hamil bersama tanpa di sengaja. Saat Sinna mengumumkan kehamilannya pada seluruh keluarga, ternyata Dilla juga membawa berita yang sama. Rasanya kesenangan Sinna bertambah, karena kini adik iparnya hamil bersamanya dan bisa di ajak untuk memenuhi ngidam bersama atau belanja bersama nantinya.
"Mana oomnya ma?" Tanya Biyya penuh harap pada Sinna.
"Gak diangkat sayang telfonnya. Habis ini mama anterin ya naik motor." Jawab Sinna lembut sambil menyuapi Biyya makan siangnya.
Biyya dengan semangat menghabiskan nasi yang Sinna suapkan ke dalam mulutnya. Ia tak sabar bertemu Qary dan bermain bersamanya di rumahnya. Atau dia akan menghampiri Qary di toko dan menjaga toko bersamanya.
"Mbak, tapi kayaknya jam segini oom masih di toko. Gimana? Mau ke toko aja?" Tanya Sinna pada Biyya.
"Di toko ya ma? Emm. Ya udah Biyya mau ke toko." Jawabnya dengan ekspresi gemasnya.
"Ya udah coba Biyya ambil jaket sama jilbab Biyya di kamar." Titah Sinna yang tak langsung di lakukan oleh Biyya.
"Kok diem Biyy?" Tanya Sinna pada Biyya.
"Mbak Biyya? Kok diem?" Tanyanya lagi.
"Mama aja yang ambil. Biyya takut ada hantu." Ucapnya beralasan.
"Mana ada hantu siang-siang gini mbak." Jawab Sinna sambil geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan jawaban putrinya itu.
"Ada ma." Jawab Biyya sangat yakin.
"Mana?"
"Tuh di belakang mama." Jawab Biyya sambil menunjuk ke arah Sinna.
"Biarin aja hantunya makan mama, biar Biyya gak punya mama lagi." Ucap Sinna membercandai Biyya.
"Huaaaa gak mau mama."
Dasar anak Eyza!
***
Setelah memakaikan jilbab dan jaket pada Biyya, kini Sinna dan Biyya sudah bersiap ke ruko dengan menggunakan sepeda motor. Karena Biyya yang sudah agak besar Sinna memboncengnya di belakang. Sebenarnya Biyya menolak dan ingin berdiri di depan namun Sinna larang karena akan sedikit sulit dan sempit sebab perut Sinna yang sudah sangat besar.
"Sudah siap mbak?" Tanya Sinna pada Biyya.
"Sudah mama." Jawab Biyya semangat.
"Bismillahirrahmanirrahim."
Sinna melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Sambil sesekali bersenandung menyanyikan lagu anak-anak bersama Biyya agar anaknya tak mengantuk. Jarak rumah dengan toko yang hanya sebentar membuat Sinna berani mengendarai sepeda motor sendiri dan membawa Biyya di belakangnya.