Bab 45

1.1K 117 32
                                    

Dua bulan pertama menjadi seorang ibu adalah masa-masa yang cukup berat bagi Sinna. Kondisi Biyya yang masih belum bisa menyusu langsung, membuat Sinna harus bersahabat dengan mesin pompa ASI dua jam sekali. Belum lagi keribetan di malam hari, saat Biyya sudah rewel sementara ASI masih harus dihangatkan karena baru dikeluarkan dari chiller. Sungguh rasanya ingin meledak saja Sinna detik itu.

"Abang." Ucap Sinna lirih saat Biyya terbangun tengah malam. Matanya berat karena baru setengah jam lalu ia memejamkan mata setelah sibuk dengan aktivitas pumping nya.

"Eungh." Jawab Eyza dengan lenguhan. Ia sedikit tersadar karena mendengar Biyya yang merengek hampir menangis.

"Ambilin ASI yang baru Sinna perah bang. Di meja rias, tolong masukin ke botolnya Biyya." Perintah Sinna dengan mata masih sedikit terpejam, dan tangannya terulur menepuk-nepuk lembut perut Biyya untuk menenangkannya.

Entah karena mengantuk, atau memang Eyza si ceroboh asi dalam kantong ASI berukuran 150 ml itu tumpah dan hanya tersisa separuh. Eyza sudah hampir berteriak terkejut, namun segera ia bungkam mulutnya dengan telapak tangannya sendiri. Bisa perang dunia kalau Sinna melihat ini.

"Bang, jangan lama-lama keburu Biyya nangis kenceng." Ucap Sinna lagi yang mau tidak mau membuka matanya dan mengambil posisi duduk untuk memangku Biyya.

Eyza datang dengan sebuah botol susu yang berisi ASI perah sesuai pesan Sinna tadi. Sinna yang setengah sadar tak memperhatikan jumlah isi botol yang tak lebih dari 90 mili itu.

"Kok cepet banget sayang habisnya, kurang ya ASI-nya?" Ucap Sinna yang melihat botol ASI sudah habis diminum oleh Biyya.

Mata bayi itu sudah mulai terpejam. Namun mendadak menangis lagi, saat hisapannya terhenti karena asi nya telah habis ia minum. Sinna berdiri ingin menimang Biyya agar tertidur, namun pandangan matanya teralihkan oleh cairan putih yang membasahi lantai dekat meja rias tempat ia menyimpan ASI perah tadi.

"Bener-bener si Eyza." Gumamnya sambil terus menimang-nimang Biyya dalam gendongannya.

"Eh adek." Ucap Eyza yang baru saja keluar kamar untuk mengambil kain pel.

"Apa?" Jawab Sinna ketus.

"Lap buat apa bang?" Tanya Sinna lagi berpura-pura tak tahu.

"Ini, tadi ASI kamu tumpah sedikit." Cicitnya setengah jujur, dan setengah berbohong.

"Hm." Jawab Sinna singkat.

"Beneran sedikit dek." Ucap Eyza berusaha meyakinkan Sinna.

Eyza mendadak diam, melihat Sinna menitikan airmatanya. Rasanya lelah saja, dirinya sudah memompa ASI dengan menahan kantuk mati-matian, dengan mudahnya Eyza menumpahkannya begitu saja meskipun tidak sengaja. Baginya satu mili saja sangat berharga untuk bisa masuk ke mulut mungil Biyya.

"Kok nangis? Jangan nangis dong sayang. Abang minta maaf ya, Abang beneran gak sengaja tadi. Tadi kesenggol sebelum Abang masukin ke botol. Maafin Abang ya adek." Ucapnya memohon pada Sinna agar Sinna tak semakin sedih.

"Ayah kamu jahat banget Biyya. Udah tahu mama merahnya sambil ngantuk-ngantuk, malah ditumpahin sebanyak itu." Jawabnya seolah mengajak ngobrol Biyya dan tak menghiraukan Eyza.

"Ya Allah, Abang beneran gak sengaja adek. Maafin ya." Ucapnya lagi sambil menatap penuh harap pada Sinna.

"Gatau lah. Kesel banget Sinna sama Abang." Ucap Sinna kemudian berlalu meninggalkan Eyza.

***

Pagi harinya Sinna terbangun, setelah subuh tadi ia tidur kembali usai melaksanakan sholat. Eyza memang tak melarangnya, karena tahu jam tidur Sinna memang terganggu karena Biyya yang agak rewel. Untungnya, kali ini Sinna berhasil menyusui Biyya secara langsung, sehingga ia bisa menyusui sambil berbaring dan sedikit beristirahat.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang