"Heh kalian berdua ngapain?" Ucap Qary yang akan mengembalikan gelas dari kamarnya ke dapur. Orang yang ia pergoki pun hanya menatap ke arahnya datar, sementara pasangannya sudah hampir gelagapan karena seperti ketahuan merusak anggrek di rumah mertuanya sendiri.
"E-eh. Ga ngapa-ngapain Ry." Jawab Sinna tergagap.
"Ganggu aja Lo." Ketus Eyza yang membuat Qary mendelik.
"Manusia kurang adab emang Lo bang. Bisa-bisanya grepe-grepean di dapur." Ucap Qary frontal yang langsung dihadiahi lemparan sendok oleh Eyza.
"Mulut Lo ya. Orang gue gak ngapa-ngapain." Jelas Eyza yang sangat ketara bohongnya.
"Gue gak bodoh ya bang. Untung gue yang lihat, kalau Nadira mau Lo kibulin apa. Dasar cabul. Gue bilangin ayah tahu rasa Lo." Ancam Qary membuat Sinna terkejut.
"Emang setan Lo dimana-mana ada." Jawab Eyza tak terima.
"Eh eh eh. Udah jangan bawa-bawa ayah segala. Gue minta maaf, gak inget kalau ini masih di rumah mertua gue. Bang Eyza juga minta maaf karena dia malah marah-marah sama Lo." Ucap Sinna dengan panik sementara Eyza memandang malas ke arah Qary.
"Gue maafin Lo karena mbak Sinna." Jawab Qary sambil melihat ke arah Eyza.
Flashback on.
Sinna tengah sibuk menyiapkan makan siang untuk Eyza. Karena tiba-tiba suaminya itu meminta makan siang yang dimasak sendiri oleh Sinna. Jadilah sebelum Dzuhur ia pulang terlebih dahulu. Kediaman Arno terlihat sepi, karena Yanti yang mungkin masih berada di pasar dan Arno sendiri yang entah tak ada di rumah.
"Astaghfirullah." Sentak Sinna karena merasa ada tangan yang melingkar di pinggangnya.
"Ini Abang Sinn." Ucap Eyza lembut di telinga Sinna.
"Ngagetin aja. Untung lagi gak pegang pisau. Kalau Sinna reflek tusuk pakai pisau gimana." Jawab Sinna kesal.
Bukannya melepas pelukannya, Eyza justru semakin mengeratkan dirinya pada tubuh Sinna. Kepalanya sudah tak lagi diam dibahu Sinna. Sesekali ia menyusuri leher Sinna yang sudah tak terlapisi hijab, lalu ia naik lagi ke arah telinga Sinna yang membuat Sinna sedikit terganggu pergerakannya.
"Emmhh Abang. Jangan gini dong." Ucap Sinna sambil menyikut perut Eyza.
Eyza tak menghiraukan Sinna, ia semakin melancarkan aksinya dengan mengecup juga melumat leher Sinna. Menciptakan beberapa bekas pada leher Sinna membuat istrinya itu benar-benar hilang fokus.
"Eeuung udahh ahh bangh." Tolak Sinna sekali lagi. Sejujurnya otak dan perbuatan Sinna tak lagi sinkorn. Otaknya ingin segera menghentikan aksi Eyza, sementara tubuhnya justru menerima segala rangsangan Eyza dengan pasrah.
Tangan Eyza sudah tak tinggal diam. Tangan yang semula memberikan elusan pada sisi pinggang Sinna kini telah beralih menangkup kedua buah dada Sinna yang makin besar saja ia rasa. Sinna sudah meletakkan segala bahan yang ia kerjakan tadi. Tangannya kini justru menggenggam tangan Eyza yang berada tepat di dadanya. Mengarahkan Eyza untuk memberi remasan lebih kuat lagi padanya.
"Aahhh abangh." Desah Sinna kembali yang membuat Eyza semakin tidak tahan.
Keduanya sudah terhanyut dalam nafsu yang mereka ciptakan. Remasan pada payudara Sinna kini berganti dengan permainan jari Eyza pada puting Eyza dari luar pakaiannya. Sementara tangan yang satu lagi ia selipkan pada celana Sinna, masuk jauh menuju kewanitaannya.
Sinna sudah tak kuat lagi dengan rangsangan yang Eyza berikan. Ini gila pikirnya, perasaan was-was melakukan permainan di dapur dan sentuhan-sentuhan yang Eyza berikan membuat Sinna dengan cepat sampai pada puncaknya.