Mp39

504 46 0
                                    

Kelurga Dirgantara pov 1

Plaaaakkk..... Suara tamparan menggema beberapa saat setelah Ping pergi  .

"Bunda    ...! " Meen menatap bundanya tidak percaya, ya karna tamparan itu dari sang bunda untuk nya  , sudah berapa umurnya baru pertama kali dia mendapat tamparan dari sang bunda.

Hati Meen sakit , ditambah lagi tatapan terluka dan putus asa sang bunda semakin membuat Meen merasa bersalah karna mengabaikan sang bunda   .

"Jangan mendekat! " Elyn mengangkat satu tangannya pada Meen saat dia mencoba mengapai bundanya.

"Bunda, maafin Meen bunda...! "

"Apa yang kamu lakuin haa, kau tidak tau apa-apa dan menyalahkan anak sebaik Ping, kenapa tidak dia saja yang menjadi anak bunda....! "

Teriak Elyn menarik rambut nya kuat, dia kewalahan, dia sudah lelah dengan hidupnya malah Meen datang mengacaukan semua nya tanpa bertanya apa yang terjadi. Dan menyalahkan anak sebaik Ping .

"Bunda... "

"Pergi kamu, pergi!!!" usir Elyn semakin keras.

"Nyonya tenanglah, kesehatan nyonya belum baik ."

"Usir dia dokter, usir dia dari hadapan ku..! "

"Sebaiknya kita saja yang kembali keruangan nyonya.! "

Elyn mengangguk, Mike memapah Elyn untuk kembali ke ruangannya, meninggalkan Meen yang masih mencerna apa yang terjadi.

Apa tadi itu benar sang bunda , kenapa? Apa yang terjadi?. "

"Aaarrrgghhh! " kenapa semua jadi seperti ini, teriak Meen mengacak rambutnya kesal.

~~

Disisi lain, Dirgantara menatap Elang yang baru saja datang, sesuai namanya Elang pria didepan nya ini memliki mata tajam bak Elang dan menurun pada sang putra.

"Apalagi kali ini? " tanya Dirga menatap dokumen di depannya.

"Kau sudah sembuh tuan Dirga, kembali lah sebelum putra mu yang bodoh itu aku bunuh. "

"Heii,dia putra ku dan bukan kah dia...! "

"Tidak lagi, dia memutuskan hubungan dengan putra ku. "

"Apa? "

"Cih, kau tidak perlu banyak bertanya, Dirga aku hanya memberi saran untuk mu, tentu aku tidak berharap kau menerima saran ku tapi aku akan tetap memberi mu saran. "

Dirga memiringkan sedikit kepalanya, dia sudah bisa berjalan lagi dan berniat pulang, menyelesaikan semua yang dia tinggalkan dirumah.

Apalagi dia juga merindukan istrinya, Elyn pasti sangat kaget setelah mengalami semua. Dia juga merasa bersalah meninggalkan Elyn dalam keadaan seperti ini.

"Dirga, dengarkan aku, mungkin setelah kau pulang, kau akan mendapatkan kabar tidak enak. "

Elang mengangkat tangannya melihat Dirga ingin membantah perkataan nya.

"Dengar dulu.! " Dirga mengangguk patuh, tatapan Elang mengintimidasi nya.

"Jika kau merasa tidak bersalah dalam hal ini, semuanya juga tidak bersalah, termasuk istrimu ."

"Tentu saja, aku sangat mencintainya, aku.... "

"Elyn hamil... " potong Elang yang membuat Dirga hampir jatuh dari duduknya.

Namun dengan cepat Dirga langsung berdiri menatap mata Elang , dia mencoba mencari kebenarannya melewati mata Elang yang masih menatapnya tajam.

"Aku tau reaksi mu akan seperti ini, ingatlah perkataan ku Dirga,kau bisa lihat kondisinya,anak tidak berguna mu itu,aisssh sudahlah,yang pasti satu-satunya yang perlu kau pertahan kan adalah istrimu,kalau kau tidak mau menyesal .! "

Elang pergi dari sana setelah berucap panjang,meninggal kan Dirga yang kembali terduduk disofa hotel tempat dia menginap.

"Apalagi ini Tuhan! "  Dirga mengusap wajahnya nya kasar. Dia memutuskan untuk segera kembali.

~~
Tiga hari berlalu

Elyn menyeret kopernya keluar dari kamar, semalam dia baru diperbolehkan keluar dari rumah sakit, saat kondisi nya sudah stabil.

Elyn sudah memikirkan semuanya, dia akan merawat bayi dalam kandungan, benar kata Ping bagaimanapun ini kesalahannya , bukan salah bayi yang ada diperut nya. Dia tetap darah daging Elyn.

Suaminya pasti tidak akan menerima jadi Elyn memutuskan untuk pergi ,dia sudah menyiapkan surat cerai mereka.

Elyn juga punya usaha sendiri, dia memiliki tabungan,hanya untuk membesarkan satu anak ini dia sanggup,ini darah dagingnya. Dia adalah wanita mandiri sedari dulu.

"Bunda,, bunda mau kemana? " Meen yang baru pulang mendekat kearah sang bunda tapi Elyn mundur menghentikan langkah Meen.

"Jangan panggil aku bunda lagi, anggap saja bunda mu sudah mati. "

"Bundaa! " Meen berteriak tidak Terima mendengar jawaban bunda nya.

"Jangan meninggikan suara mu pada ku. ! "

"Bunda ,,Meen mohon bunda, jangan seperti ini, Meen minta maaf bunda, tolong jangan pergi. "

Elyn hanya menatap kosong kearah sang putra, setelah ditinggal suaminya dia juga ditinggal putra nya.

Seharusnya mereka ada saat Elyn terpuruk tapi mereka malah meninggalkan Elyn , mengabaikan dirinya ,dia benci di mana orang lain lebih peduli padanya dari pada orang yang selalu dia banggakan .

"Bunda jangan pergi! " suara Meen kembali terdengar ditelinga Elyn . Dia bisa melihat penyesalan dimata sang putra tapi Elyn terlanjur kecewa.

"Jangan halangi saya! Awas .... !"

"Ada apa ini...?"

Suara Dirga menghentikan ucapan Elyn,  lalu mereka menatap kearah Dirga yang sudah berdiri dengan sempurna .

"Daddy, daddy sudah sembuh? "

Dirga tidak menjawab pertanyaan putra nya dia hanya menatap sang istri yang menatap kosong kearah nya.

"Elyn sayang ,kamu mau kemana? "

Sejenak Elyn mengedipkan matanya, ingin rasanya dia memeluk Dirga dan menangis dengan keras, menumpahkan segala kekecewaan yang ada didalam hatinya.

Tapi Elyn mengingat kembali anak didalam perutnya dan bagaimana dia diabaikan apapun alasannya Elyn tidak Terima.

"Saya sudah meletakkan dokumen dikamar, tolong tanda tangani, saya ingin bercerai dari anda tuan Dirga yang terhormat. "

"Bunda....! "

" Elyn....! "

├┬┴┬┴ тв¢ ┬┴┬┴┤

☺☺

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang