MP 51

646 48 4
                                    

Perempuan paru baya bernama Mina menatap Ping yang saat ini tidur tanpa mengunakan alat, dia mendengar kemaren kalau lelaki manis di depannya ini hanya menunggu sadar dari koma nya dalam 2 X 24 jam, jadi dia harus bergerak cepat.

Apalagi sekarang orang yang menjaganya tidak ada karna Meen ada telfon penting, sedangkan tuan Elang istirahat di ruangan sebelah.

"Kamu manis sekali, ada ya lelaki semanis kamu meski terbaring dengan wajah pucat dan bibir kering seperti ini,kamu tetap saja manis. " wanita itu bergumam, dia melihat hanya infus yang berada di tangan pria itu.

"Maaf ya aku harus membunuh mu , anakku dalam bahaya sekarang, hanya dia yang aku punya. "

Wanita itu tersenyum namun kilatan matanya tajam, dia seorang suster jaga jadi dia tidak akan dicurigai apalagi cairan yang akan digunakan nya tidak akan terdeteksi.

Dia mengeluarkan jarum dari dalam bajunya, lalu mulai membuka tutup ,mengeluarkan sedikit cairan dari ujung jarum.

Sementara itu di alam bawah sadarnya, Ping bisa merasakan dirinya dalam bahaya.

Dia ingin membuka mata tapi tidak bisa,dia mendengar semua yang dikatakan wanita itu, entah siapa kenapa dia ingin membunuh Ping.

"Bangun, Ping ayo buka matamu! " keluh ping mencoba sekuat tenaga membuka matanya tapi tetap tidak bisa , seolah ada yang menutup paksa mata Ping.

Meski tidak bisa melihat tapi Ping bisa mendengar, telinganya berfungi dengan baik dan langkah kaki mulai mendekat kearahnya dengan kata-kata yang Ping tidak mengerti.

"Jangan coba-ciba untuk bangun Ping..! "

"Krit,, tolong aku ingin bangun, aku tidak mau dia melukai tubuhku. " ucap Ping mundur, sekarang dia menatap jiwa lainnya yang terlihat menyeramkan meski wajah mereka sama tapi tidak ada kesan lembut di wajah jiwa lainnya itu.

"Tidak, jangan jika kau membuka mata, aku akan menghilang Ping, apa kau mau? "

"Tapi Kriit, jika aku tidak membuka mata kita berdua akan mati. "

"Ping, kau tidak bisa hidup tanpa ku jadi percuma."

" tidak aku tidak mau, aku mau hidup , aku bisa, kata papa aku bisa. "

"Papa berbohong.! "

"Kau yang berbohong ! " bentak Ping semakin mundur dari Krittanun.

"Kau tidak percaya padaku? . "

"Tidak, aku akan bangun, aku punya papa yang akan menjaga ku. "

"Kau hanya pria lemah Ping, apa kau bisa berlindung diantara mereka yang juga lemah, akulah yang paling kuat disini. "

"Aku tidak butuh jadi kuat , lepaskan aku, aku akan kembali. "

"Brengsek, lo milih mereka! " Ping kaget saat Krittanun membentak nya, selama dia disini, dia tidak pernah merasakan bahaya dari Krit, tapi sekarang berbeda.

"Kau bukan jiwaku, kau bukan lagi jiwaku! " teriak Ping.

"Apa maksudnya, kau tidak lihat kita mirip. "

"Tidak, aku tidak peduli, aku akan kembali dengan papa, dan phi Meen, mereka menungguku.... '

"Jangan sebut namanya...! "

"Phi Meen bantu aku, tolongg aku phi  , phi Meen kamu dimana.? "

"Ping , gue bilang hentikan, jangan sebut namanya  gue benci dia. "

"Aku nggak peduli..! " Ping berlari menjauh dari Kriit sambil terus memanggil nama Meen  .

Dia berada di hamparan rumput yang luas meski dia tidak tahu harus kemana, tapi Ping terus berlari, dia ingin kembali dan berharap menemukan jalan keluar jika dia terus berlari.

"Phi Meen, tolong Ping , Ping ingin kembali, papa bantu Ping papa. " air mata Ping mengalir tapi dia langsung mengusapnya, sekarang bukan waktunya menangis.

Entah dia bisa lari atau tidak tapi sepertinya ini sia-sia, Krittanun adalah jiwanya , berlari sejauh apapun Krittanun pasti ada didekat nya.

Ping berhenti berlari lalu duduk berjongkok di hamparan rumput menutup kedua matanya dengan tangan.

"Kenapa-kenapa kita harus seperti ini... Kenapa?" isak Ping membuat Krittanun yang berada di belakangnya tertegun .

"Aku ingin bangun, aku ingin papa, aku tidak mau meninggalkan papa sendirian, selama ini dia sendirian, papa kehilangan mama apa sekarang dia harus kehilangan kita. "

Lagi Krittanun hanya diam, melihat jiwa lainnya bersedih Krittanun juga merasakan sakit didadanya , biasanya dia hanya merasakan satu saja dan itu emosi, kemarahan yang terus melanda, tapi sekarang kenapa dia bisa merasakan sakit.

"Aku kangen papa! " Ping menambahkan lagi.

"Kau benar-benar ingin bangun, kau ingin kembali?."

Ping menatap Krittanun, dia tidak menyangka jiwanya ini akan bertanya. Ping hanya mengangguk, air mata terus mengalir dimata indahnya ,Krittanun tidak sanggup melihat nya.

"Baiklah, ayo! " Krittanun mengulurkan satu tangannya, dengan ragu Ping menyambut tangan itu, ada sebuah cahaya yang menyilaukan mata Ping.

~~
Kembali pada wanita yang sekarang sudah mendekat kearah Ping dengan suntikan ditangannya.

"Matilah dengan tenang nak! " ucapnya hendak menancapkan jarum , tapi sebelum sampai didada Ping, tangannya ditahan dengan kuat .

"A a a, ti tidak, ke kenapa kau bisa bangun? " tanyannya kaget melihat Ping tiba-tiba membuka mata dan menahan tangannya.

Tenaga Ping tidak seperti orang yang baru bangun dari koma membuat wanita itu kesakitan.

"Kenapa kamu sekuat ini, seharusnya..."

Ping masih diam menatap wanita yang terus menekan jarum kearahnya, dia ingin bicara tapi tidak bisa, tenggorokan nya kering jadi Ping diam saja ,hanya tatapan tajam yang Ping berikan pada wanita itu.

"Sial lepaskan, kau harus mati sekarang! " bentak wanita itu menguatkan tekanannya, dia yakin orang yang baru bangun dari tidur lama tidak akan sekuat itu .

Ping melirik sekitar, dia juga tidak bisa bertahan lama dengan keadaan seperti ini, kakinya tidak bisa bergerak, hanya tangan saja.

Menemukan apa yang bisa berbunyi nyaring, dengan sekuat tenaga Ping menarik selang infus dengan satu tangan Ping yang bebas ,hingga tiang infusnya jatuh .

"Apa yang kau lakukan , brengsek."

Ping menghela nafas saat seseorang menarik wanita itu lalu dia kembali memejamkan matanya.

»»————> 𝑡𝑏𝑐 <————««

Happy read. 🙂

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang