MP 53

594 45 4
                                    

"Pinngg...! Akhirnya kamu sadar juga..." Miki berteriak heboh saat masuk kedalam ruangan Ping.

Miki meletakkan barang bawaan nya diatas meja samping Ping lalu memeluk sahabatnya yang sudah lama tidak dia temui.

"Berisik banget.." omel Ping tapi dia membalas pelukan Miki

"Aku merindukan mu, Ping jangan tidur lagi..! "

"Aku akan tidur jika malam... "

"Benar juga, ihh Ping aku serius  , kamu membuat ku takut. "

Ping hanya tersenyum, tidak lama pintu balkon terbuka, Ping dan Miki melihat Meen yang masuk dengan handphone di telinganya.

"Oh kebetulan ada Miki. "

"Hai phi... " Miki menyapa Meen yang dibalas anggukan saja oleh Meen.

"Ping, sayang , phi ada keperluan sebentar, phi tinggal tidak apa, sebentar saja! " izin Meen yang di jawab anggukan oleh Ping.

"Ya phi, pergilah jika penting. "

"Terimakasih sayang, jangan kemana-mana, phi segera kembali, Miki tolong jaga Ping untuk phi. "

"Okey...! " jawab Miki semangat.

Meen yang mendengar nya langsung mengambil jas yang di letakan di sandaran sofa didalam ruangan itu lalu mendekat kearah Ping.

"Ping, phi akan segera kembali, " Meen mencium kening Ping, lalu beralih pada pipi Ping  , juga Meen mengecup singkat bibir pucat Ping tanpa memikirkan Miki yang berdiri dihadapan mereka .

"Phi pergi sebentar, Miki tolong jangan tinggalkan Ping sendiri. "

"Aaa i i iya phi, tidak akan ku tinggal..! "

Meen mengusap pipi Ping lembut lalu bergegas keluar dari ruangan Ping.

Miki yang melihat itu hanya tersenyum jahil, temannya yang tersenyum menatap kearah orang yang sudah menjadi mantannya.

"Ekhem, gini deh yang nggak ngerti kata mantan, padahal udah jadi mantan tapi tetap saja ciuman. "

"Diam! " bentak Ping malu, Miki hanya terkekeh lalu duduk didepan Ping.

Ping juga tau mereka udah putus dan belum balikkan tapi phi Meen masih memanggilnya sayang dan suka mencium nya, bahkan Meen juga memeluknya dalam tidur semalam. 

Sementara itu Meen berhenti didepan rumah mewah yang tak lain rumah sang bunda , dia segera masuk kedalam rumah setelah dipersilahkan satpam.

"Bunda, bagaimana keadaan Queen? " tanya Meen menatap gadis kecil yang sekarang berada dipangkuan Elyn.

"Meen dia panas sekali ,bunda tidak tahu harus berbuat apa.."

"Sini biar Meen gendong, apa perlu kita bawa dia kerumah sakit bunda? "

"Bunda........" Meen menatap sang bunda yang tidak melanjutkan ucapannya.

Meen tahu bundanya tidak ingin meninggalkan jejak di mana pun, dia belum siap keluar dari persembunyian nya.

"Bunda, apa bunda masih malu menunjukkan adik Meen kedunia? " tanya Meen.

Meski Elyn menerima buah hatinya , tidak dipungkiri jauh dilubuk hatinya Elyn masih menyayangkan kehadiran gadis kecil ini dihidupnya.

Dia belum berani, bahkan belum sanggup membawanya keluar, Elyn takut ditertawakan meski tidak ada yang tahu masalahnya.

Tapi tentu saja, perpisahan nya sama Dirga tersebar diluar sana dan anak ini pasti lama atau lambat akan ketahuan identitasnya.

"Meen, apa bunda salah lagi? " tanya Elyn menunduk.

"Bunda tidak salah, bunda maafkan Meen yang selama ini terlalu kekanakan, tapi untuk sekarang mari kita perbaiki semua bunda. "

"Semua ini sudah terjadi bunda , seperti kata bunda dulu, ini kesalahan kita, ayo kita mulai lagi dari awal bunda, Meen janji akan menjaga kalian," tambah Meen

Elyn mengangguk, lalu membawa Meen kepelukan nya, gadis kecil yang tadi juga selalu merengek sekarang tertidur dipangkuan Meen.

"Queen tertidur bunda, apa bunda yakin tidak akan membawanya kerumah sakit? "

"Meen mau tinggal disini sama  bunda? " bukannya menjawab, Elyn melah balik bertanya pada Meen.

"Meen akan merawat Ping terlebih dulu bunda, nanti Meen akan tinggal disini. "

Elyn tersenyum, dia tentunya tau kalau Ping sudah sadar, dia juga senang Meen akan tinggal bersama nya lagi.

"Benarkah, jika benar Meen tinggal disini, bunda akan membawa Queen mengenal dunia bersama Meen."

Meen tersenyum, dia melihat harapan lagi dimata sang bunda. Sedangkan daddynya  , dia hanya mengetahui keadaan Dirga saja, Meen belum bertemu lagi dengan Dirga hampir satu tahun ini. Entah kenapa, Meen lebih memilih Elyn daripada Dirga.

~~

Malam harinya, Meen masuk kedalam ruangan Ping, setelah memastikan Miki pulang diantar oleh anak buahnya, dan tentunya Meen berterima kasih karna Miki sudah mengantikan nya menjaga Ping.

Setelah menemui sang bunda  , Meen menuju perusahaan nya sebentar karna ada beberapa hal yang harus dia urus.

"Sayang, kamu belum tidur? " tanya Meen melepas dasi dan juga jas yang sedari tadi melekat ditubuhnya.

Panggilan Meen cukup mengelikan ditelinga Ping, dia jadi teringat ucapan Miki yang bilang mereka sudah putus, kenapa Ping bisa melupakan itu

"Mikirin apa hm? " Ping sedikit kaget saat Meen bertanya bahkan Meen mencium pipinya.

"A a aku tidak, tidak ada " jawab Ping terbata menatap kearah Meen yang telah duduk di depannya.

"Terus kenapa melamun? Ada yang sakit? " Meen mengusap wajah Ping lembut lalu tangannya beralih ke leher Ping.

"Semua baik-baik saja phi, tidak ada yang sakit. "

Meen menatap dalam wajah Ping yang baru saja bicara, dia merindukan pria manis di depannya ini, bahkan hanya berpisah sebentar, bagaimana bisa dulu dia meninggalkan Ping.

Meen menarik pelan leher Ping lalu mendekat kan wajahnya pada wajah Ping.

Seolah mengerti Ping memejamkan matanya, lalu dia merasakan bibir nya dilumat lembut oleh Meen, mereka berciuman, seolah menyalurkan semua rasa rindu.

Ciuman mereka berlangsung lama , Meen menekan leher Ping memperdalam ciumannya.

"Mmm, phi..! " Ping mencoba mendorong tubuh Meen saat dia hampir kehilangan nafas.

Meen melepas ciumannya, dengan senyum manis nya Meen mengusap bibir Ping.

"Phi merindukanmu Ping...! "

»»————> 𝑡𝑏𝑐 <————««

𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 read🥰🥰

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang