MP 50

551 49 3
                                    

Meen berlari di Koridor rumah sakit setelah mendapat kabar dari Elang, sekuat tenaga Meen meyakinkan hati dan menguatkan dirinya kalau Ping akan baik-baik saja.

Ping kritis,, Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya , dia baru pergi sebentar tidak seharusnya dia tidak meninggalkan Ping tadi.

"Om Elang! " panggil Meen melihat Elang mondar mandir didepan ruangan Ping.

"Meen, Ping dia...kenapa Ping kejang-kejang seperti itu..?"

Elang hampir saja ambruk jika Meen tidak menahan tubuhnya.

"Om, tenang, kuatkan diri om dulu, Meen yakin Ping akan baik-baik saja. "

"Tidak, kamu tidak melihat Ping ... Kamu tidak melihat bagaimana dia berjuang Meen, om tidak tega lagi melihat nya. "

Meen mengepal satu tangan nya yang tidak memegang Elang, dia tau arah pembicaraan Elang kemana.

Elang akan mengikhlaskan kepergian Ping, tidak. Meen tidak akan membiarkan itu , dengan cepat dia melepas pegangannya pada Elang lalu menerobos masuk kedalam ruangan Ping.

"Meen, hentikan...! "

"Maaf tuan... "

"Ping, bangunnnn! " teriak Meen mengabaikan semua orang yang melarangnya untuk mendekat.

Meen melihat semua alat kembali dipasang di tubuh Ping, dan dia rasa inilah alasan Elang merelakan putranya.

"Ping, phi bilang bangun, apa-apaan kamu seperti ini, krittanun dimana lo, tolong kembaliin Ping gue sialan, dimana lo saat tubuh lo menderita haa...? "

Semua yang ada disana saling pandang, kecuali Elang dia tahu apa yang dimaksud Meen, dan dia juga sudah mendengar kalau krittanun hilang saat Meen menghentikan Ping di gudang waktu itu.

"Krittanun, jika gue bisa ngilangin lo, gue juga bisa manggil lo kan, cepat kembaliin Ping gue sialan, cepat kembaliin....! " teriak Meen dengan suara yang mengema di ruangan itu.

Air mata Meen mengalir, dia lalu memegang tangan Ping, dingin, tangan Ping sangat dingin tapi Meen yakin Ping nya masih hidup, Ping nya hanya sedang bermain dialam bawah sana.

"Ping, lawan Ping, phi disini menunggu mu, tolong kembali Ping, dia tidak boleh mengambil Ping dari phi, phi mohon. "

Meen memejamkan matanya, meletakkan tangan Ping di pipinya yang masih mengeluarkan air mata.

"Ping, maafin phi, apa yang harus phi lakuin Ping. Phi hancur tanpa kamu ...! "

Elang memegang pundak Meen, dia hancur sama seperti Meen, tapi dia juga tidak tega melihat putranya tersiksa seperti ini, bukankah mereka hanya memperlambat kematian putranya.

"Dokter lepaskan semua alatnya!. "

"Om, tidak,,,, jangannn  buka alatnya om, jangan, Ping akan kembali, Ping akan kembali om," Meen memohon lagi pada Elang yang memegang erat pundaknya.

"Berhentilah Meen, dia putra ku, dan aku bisa merasakan dia tidak lagi bersama ku, tolong jangan sakiti lagi anakku. "

"Tidak, tidak,, aku tidak menyakitinya, aku tidak mau kehilangan Ping, om tolong jangan lakukan itu. "

Meen berdiri lalu memeluk tubuh Ping yang terbaring dengan erat , dia menguncang bahu 𝑃ing dengan air mata yang terus mengalir.

"Sayang , jangan tinggalkan aku, bilang sama mereka kamu disini, bilang sama mereka Ping, buka matamu! " Meen berucap tanpa melepas tangannya dari bahu Ping.

Meen menyandarkan kepalanya didada Ping, denyut jantung Ping lemah, detakan jantung itu terasa menjauh Meen mengepal tangannya, dia mulai putus asa.

"Pingg,,, phi mohon, jangan tinggalin phi.... "

"Dokter, Ping.. Air mata Ping.... " tunjuk Elang pada wajah putranya,

Meen yang juga mendengar langsung mengangkat kepalanya, benar saja Ping menangis karna air mata mengalir disudut mata nya , berarti Ping mendengar semua ucapan dan permohonan Meen.

"Ping, kamu disini kan sayang, kamu menangis, Ping kamu kuat , phi juga disini sayang ayo buka matamu...! "

"Maaf tuan muda izinkan saya periksa tuan Ping sebentar. "

Meen mengangguk, membiarkan dokter memeriksa Ping, sesekali Meen melihat alat denyut jantung Ping yang semakin naik , ada rasa bahagia dihatinya.

"Semoga ini kabar baik." ucap Elang membawa Meen keluar dari sana membiarkan dokter memeriksa Ping.

"Iya om, Mudah-mudahan..." Meen mengusap wajahnya kasar, Ping menunjukkan reaksi dan itu sudah cukup membuktikan Ping masih bertahan.

~~
Di lain tempat.

Antonio melempar gelasnya kearah wanita yang saat ini menunduk takut .

"Melakukan itu saja tidak becus, percuma gue bayar lo mahal! "

"Sa sa saya minta maaf tuan, sebelum saya masuk dia , maksud saya lekaki itu sudah kejang-kejang , saya juga panik apalagi alarm langsung berbunyi, untung saya bisa kabur."

"Ck, gue nggak butuh alasan lo, gue mau lo lakuin lagi, gue harus pastiin dia mati, dan Meen menderita.! " perintah Antonio, wanita paru baya yang bekerja sebagai suster di rumah sakit tempat Ping dirawat langsung mengangguk.

diberi kesempatan hidup saja dia sudah senang , dia tidak akan menyiakan lagi, nyawa anaknya berada ditangan Antonio dia tidak akan mengambil resiko melawan iblis didepannya.

Antonio berdiri,  dia tersenyum kecil mengingat bagaimana hancur nya Meen saat tau Ping terluka, dia tidak ditempat karna berhasil melarikan diri dan mengecoh bos nya sendiri.

Antonio Benar-benar licik, dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri, bahkan dia juga bisa menikmati harta kekayaan bosnya yang sudah tewas ditangan Ping.

Dan saat ini dia hanya fokus menghancurkan Meen, dimulai dengan kematian Ping dulu, baru yang lainnya, itulah fikiran Antonio.

༶•┈┈⛧┈♛ 𝑡𝑏𝑐 ♛┈⛧┈┈•༶
𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑟𝑒𝑎𝑑.

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang