Mp 9

1.6K 112 1
                                    

     Disini Ping sekarang, sekali lagi dia mengecek alamat yang dikirim Marco tadi padanya,didepan Ping ini adalah rumah besar milik Meen.

Ping mengarahkan telapak tangannya pada alat sensor yang ada didepan pintu hingga berbunyi Beep dua kali, tidak lama pintu terbuka.

"Maaf tuan ,mau cari siapa? " Ping tersenyum kearah wanita paru baya yang bertanya padanya, berpakaian hitam putih  ,Ping tau kalau dia adalah pelayan di rumah ini.

"Saya Ping bi, teman sekolahnya phi Meen, bisa saya bertemu .... "

"Siapa bi? " suara seorang wanita memotong ucapan Ping, mereka menoleh , "Ping", tambah wanita itu membuat Ping membulatkan matanya kaget,kenapa wanita cantik yang bergegas keluar ini tau namanya.

"Nona muda,, tuan ini temannya tuan muda! " ucap sang Bibi yang diangguki oleh Saras.

"Saras tau bi, nama kamu Ping kan? " tanya Saras menatap lagi kearah Ping.

"Ya nona.. "

"Aku Saras,kakak nya Meen,jadi Panggil aku phi okey, jangan nona!."

Ping hanya tersenyum lalu mengangguk kearah saras.

"Ternyata benar ,kau manis sekali, ayo masuk Meen ada dikamarnya, lagi sakit dia! "

"Sakit phi? " padahal sudah pasti namun Ping ingin tau dulu Meen sakit apa.

"Ya, dia alergian sama kacang, tapi bandel nya minta ampun masih saja makan kacang, berlebihan lagi, kamu lihat deh keadaannya! . "

Ping menelan ludahnya kasar, Ping mengingat semalam mereka makan apapun yang ada dipasar kuliner, sudah pasti ada bumbu kacangnya.

Ping hanya diam mengikuti saras menuju kamar Meen.

"Ini kamar Meen, ayo masuk! "

"Boleh phi?."

"Tentu saja, kenapa tidak? " saras mengedipkan satu matanya pada Ping, lalu membuka pintu kamar.

Ping masuk kedalam kamar berukuran besar yang didominasi warna cream putih  ,kamar Meen sangat bersih.

"Dia tidur Ping!. "

Mata Ping menoleh kearah tunjuk Saras, Ping mendekat , dia ingin melihat dari dekat keadaan kakak kelasnya itu.

Bintik merah dan ruam masih terlihat jelas di leher dan tangannya karna saat ini Meen hanya memakai baju tanpa lengan.

Ping sedikit meringis dibuatnya, ini kesalahannya sampai Meen seperti ini, sial kenapa jadi begini sih, fikir Ping, jangan sampai dia dituntut nanti hanya gara-gara makanan ,bisa membuat kakak kelasnya separah ini.

"Phi , apa dia ngak dibawa ke rumah sakit? " tanya Ping membuka suaranya.

"Dia nya ngak mau, jadi Bunda hanya memanggil dokter keluarga saja, kamu mau disini atau kita bicara diluar! "

"Boleh Ping disini sebentar phi?."

"Tentu, phi keluar ya . "

Ping mengangguk, dia memastikan saras keluar dari kamar itu lalu menarik kursi belajar  , dia duduk menghadap Meen yang sedang tertidur.

"Sakit aja ganteng lo, mana merah-merah semua lagi badannya, sialan emang! Awas aja lo nanti kalau bangun. " omel Ping menatap wajah lelap Meen.

Alergi Meen tidak main-main, ada tabung oksigen disana ditambah lagi banyak nya obat, Meen juga dibantu oleh cairan infus.

Cukup lama Ping memandangi wajah Meen , menunggu Meen bangun ternyata membuat Ping bosan juga,dia memilih melihat meja belajar Meen, ada beberapa buku mungkin Ping bisa membacanya.

Namun matanya melirik satu album besar yang Ping rasa itu foto-foto keluarga Meen ,dia penasaran,Banyak yang bilang Meen tinggal dengan sang tante, adik dari ayahnya dan juga seorang kakak sepupu berarti phi Saras.

Ping kembali kearah ranjang, duduk di kursi dan melihat-lihat foto Meen, sesekali dia tersenyum melihat foto-foto itu.

"Lucu juga dia waktu kecil  , sekarang malah jadi kulkas berjalan. Wkwk. "Gumam Ping asyik sendiri.

~~~

        Dua jam berlalu dari awal Ping datang tadi, Meen yang terbangun mengerjapkan matanya dua kali karna kaget melihat Ping ada dikamarnya.

*alergi sialan, gue sampe halu Ping disini! . "Umpat Meen mencoba duduk, tapi dia semakin jelas melihat wajah Ping.

Ping yang ketiduran sambil duduk mendekap album foto Miliknya  .

"Benaran Ping, kapan dia datang? " Meen tersenyum, dia kira hanya berhalusinasi saja , dia mendekat kearah  Ping lalu mengusap wajah manis itu pelan.

Merasakan sentuhan Ping terbangun, dia terlonjak kaget karna wajah Meen sangat dekat dengannya.

"Phi Meen,! " Ping berdiri,dia segera meletakkan album itu di ranjang Meen lalu dengan cepat dia memegang bahu  Meen, membolak balik memeriksa separah apa alergi pria itu.

"Ping  stop it, lo ngapain sih?,  gue pusing. "

"lo pusing, aduh gue harus gimana ini, phi lo mau minum obat, atau gimana? Ayolah, gue..... "

"Hei! " Meen menarik tangan Ping menghentikan aksi berlebihan nya itu, "Diam dulu, lo ngapain gue tanya? ."

Ping duduk lagi di ranjang Meen, melihat wajah tampan itu yang sekarang tersenyum padanya.

"Kenapa? " tanyanya sekali lagi.

"Kenapa apanya, sialan, lo mau bunuh gue hah? Kenapa nggak bilang lo alergi kacang, sok kuat banget. "Omel Ping yang sekali lagi mampu membuat Meen tersenyum.

Ping mengangkat satu alisnya melihat itu, apa-apaan  dia marah sekarang kenapa malah tersenyum ni bocah satu.

"Ngetawain apa lo ? nggak ada yang lucu. "

"Lo lucu! "

"Diam."

"Khawatir sama gue? "

"Tidak! "Mulutnya menjawab tidak namun kepalanya malah mengangguk.

"jadi iya apa nggak nih?. "

"Brisik lo!. "

Meen hanya tertawa lagi, lalu sedikit menarik nafas nya masih sesak juga padahal dia sudah minum obat.

"Phi maafin gue ya." Ping minta maaf lagi melihat meen seperti itu.

"Untuk? ."

"Gara-gara gue, lo kayak gini, seharusnya tuan muda seperti lo gue ajak makan di restoran bintang lima alih-alih diemperan,, anjg, jantung gue mau hilang sekarang. "

Meen memiringkan kepalanya tidak mengerti dengan ucapan Ping.

"Phi gue mohon, gue bantu deh bayar pengobatannya, tapi jangan tuntut gue ya, gue nggak mau masuk penjara."

Tanpa mendengar balasan Meen , dia sudah bicara mengebu-ngebu.

"Ngapain gue masukin lo kepenjara, mending gue kurung dikamar ini, gue jadiin istri gue ."

Sedikit Mencerna ucapan Meen,reflek membuat Ping berdiri lalu menatap tajam kearah pria itu.

Mati aja lo phi Meen, brengsek.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
Tbc.

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang