MP 52

474 40 2
                                    

Meen menatap Ping, menunggu pria manisnya ini membuka mata, karna sedari kejadian itu Ping kembali tertidur.

Tidak lama mata Ping bergerak, dan tangannya yang ada digenggaman Meen juga menggenggam balik tangan Meen.

"Ha... Haus, a a air...! " gumam Ping tidak jelas,

"Ping, sayang, kamu bangun...?"

Ping membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk menganggu penglihatan nya.

"My Ping.." panggil Meen lembut, dengan senyum manis nya Meen mendekat kan wajahnya kearah Ping.

"Phi Meen...! " panggil Ping pelan, sangat pelan, bahkan hanya gerakan bibir yang dilihat Meen.

"Iya sayang, ini phi, Ping kenapa? Ada yang sakit? , phi akan panggil dokter..! "

Meen segera memencet tombol yang ada didekat ranjang Ping, lalu kembali menatap Ping, memegang tangan Ping erat.

"Ping sebentar lagi dokter datang..."

"A a aku haus phi...! " ujar Ping lagi meski suaranya sangat kecil tapi masih bisa didengar oleh Meen.

"Ping mau minum? Sebentar phi ambilkan. "

Ping melihat pergerakan Meen, dia senang karna orang pertama yang dilihatnya ketika bangun adalah Meen.

Namun Ping merasa sesak di dada nya ada satu hal yang hilang dan Ping merasa jiwanya kosong, tapi apa pikir Ping .

"Papa dimana Papa? " Ping melirik sekitar, hanya ada Meen disana, dia ada di ruangan VVIP, tentunya hanya orang tertentu yang bisa masuk.

"Ping, ayo minum... " Meen menaikkan sedikit kepala brangkar Ping, dia melakukannya dengan pelan agar Ping tidak kesakitan.

Setelahnya Meen meletakkan sedotan dari dalam botol di bibir Ping, langsung saja Ping meminumnya hingga setengah membuat Meen tersenyum.

"Udah? " tanya Meen, dan di jawaban anggukan oleh Ping.

"Permisi tuan muda! " Meen dan Ping melihat kearah dokter yang baru masuk.

"Ya, Ping ini dokter yang merawat kamu, jadi kamu diperiksa dulu ya. "

Lagi Ping mengangguk pelan, entah kenapa Meen harus bilang seperti itu padanya. seperti dirinya tidak mau diperiksa saja.

"Lakukan yang terbaik. "

"Baik tuan muda."

Meen keluar setelah mengatakan itu, dia membiarkan dokter melakukan pekerjaan, dan tentu saja Meen akan mengabarkan pada Elang kalau Ping sudah bangun.

~~

Tiga hari berlalu , saat ini tubuh Ping mulai lebih baik selain obat yang diberikan sangat bagus Ping juga selalu diberikan terapi khusus.

Tubuh Ping mulai memberi respon, hanya kaki Ping yang masih mati rasa, mungkin Ping harus mengunakan kursi roda untuk sementara tapi dia tidak lumpuh.

Sekarang Ping menatap phi Meen yang baru saja membawakan nya sarapan .

"Sayang, kamu makan dulu ya , phi suapin... ! "

Ping hanya mengangguk, dia tidak masalah dengan panggilan Meen padanya, kemaren juga Elang memeluknya dengan erat seakan mereka sudah lama tidak bertemu.

"Phi, berapa lama aku koma? " Meen mengantung sendoknya saat Ping bertanya.

"Tidak lama , kurang lebih satu tahun.. "

"Haahh, satu tahun?."

"Ya, kamu benar-benar tukang tidur. " ejek Meen memajukan lagi sendok berisi bubur pada Ping.

"Aku tidak sadarkan diri phi, bukan tidur.." ucap Ping lalu memakan buburnya.

Meen hanya tersenyum, dia melihat wajah Ping, pipi tirus itu Meen tidak menyukai nya.

"Kamu makan dulu, nanti kita bicara.! "

Ping hanya diam, tapi tetap memakan bubur yang disuapin Meen hingga habis.

Selesai makan dan minum obat, Meen mengajak Ping ke taman rumah sakit, tentunya Meen lebih dulu minta izin sama dokter , dan disini lah mereka sekarang.

Meen mendorong kursi roda yang Ping duduki dengan pelan,mereka menikmati sejuknya udara pagi, karna masih jam 9 ,aroma bunga di taman itu juga menenangkan.

"Kamu kedinginan, hm? " tanya Meen membuka jas yang dipakainya lalu menyampirkan dibahu Ping.

"Ini sejuk phi, " Meen mengusap pundak Ping lalu duduk di bangku yang ada didepan mereka.

Meen memegang tangan Ping, juga merapikan rambut Ping yang sedikit panjang menutupi dahinya.

"Terimakasih sudah bertahan Ping, maafkan phi karna membuat mu seperti ini."

Ping senyum tipis mendengar ucapan Meen.

"Terimakasih juga sudah menunggu ku phi , dan ini semua bukan salah phi..."

Meen menggeleng, lalu mencium kedua tangan Ping yang sedari tadi digenggamnya.

"Tidak, Ping ini memang salah phi, jika waktu itu phi  tidak egois, phi lebih kuat, dan phi tidak gegabah, semua ini tidak akan terjadi, jika Ping pergi meninggalkan phi, entah apa yang harus phi lakukan, hidup phi hancur Ping. "

Ping menatap tangannya yang basah karna air mata Meen,tapi malah hatinya sakit melihat Meen menangis seperti ini.

"Phi jangan menangis , aku tidak suka. "

Meen mengangkat kepalanya, mendengar ucapan Ping ,membuat Meen berfikir dia adalah pria paling bodoh karna pernah menyia-nyiakan Ping , pria brengsek yang menyakiti Ping dulu karna keegoisan nya.

Lihatlah pria manis di depannya bahkan tidak suka melihatnya menangis, Meen merutuki kebodohannya selama ini.

"Ping, phi mencintai mu, tetaplah disisi phi... Mulai sekarang phi akan melindungi mu.! " ucap Meen sungguh-sungguh.

Sedangkan tidak jauh dari mereka. Seseorang mengepal tangan melihat mereka.

"Sial, lihat saja kalian tidak akan bahagia begitu lama! "

Orang itu adalah Antonio , markas yang diambilnya dari bos nya dulu dihancurkan oleh Meen dan Elang karna suster yang akan mencelakai Ping tertangkap.

Seperti biasa Antonio selalu bisa kabur dengan kelicikan yang dia punya, dia tidak segan menjadikan Orang-orang nya jadi umpan untuk mengelabui musuhnya. Lalu melarikan diri.

»»————> 𝑡𝑏𝑐 <————««

𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 read🥰

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang