MP 56

477 45 5
                                    

Hari ini Ping sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, dokter sudah memastikan semua tentang Ping sudah sembuh kecuali kakinya.

Ping harus rutin terpaksa dua kali dalam sebulan, dan kerumah sakit untuk kontrol setelahnya.

"Kita pulang kerumah?. " Elang bertanya karna dia memang datang pagi ini bersama seorang pelayan yang akan membantu Ping bersiap untuk pulang.

"Papa tidak sibuk? "

"Tidak nyatanya papa ada disini... Kenapa bertanya? "

"Seorang bapak Elang bisa menjemput putra nya, aku sedikit terharu. "

"Anak sialan,kau tidur hampir satu setengah tahun,bisa tidak sifat menyebalkan kamu itu hilang? "

"Apa hubungannya. "

"Entahlah, tanya Arlo sana. "

Ping tertawa kecil mendengarnya, mengoda sang papa satu hal menyenangkan untuk Ping.

"Dimana dia? ."

Ping menatap kembali sang papa, Ping tau siapa yang ditanyai oleh papanya.

"Phi Meen lagi di kantornya , sebentar lagi pasti kembali. "

"Ummm, baiklah, papa tunggu kamu dirumah saja. "

Elang keluar dari ruangan Ping setelah mengatakan itu, benar kata Ping semenjak kejadian itu , Elang tidak fokus dengan kerjaannya, banyak hal terbengkalai meski Elang memiliki banyak bawahan dan orang kepercayaan.

Jadinya setelah Ping sembuh seperti ini dia tidak memiliki banyak waktu mengurus Ping, sedikit bersalah tapi Ping meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

Tidak lama Elang pergi Meen datang dengan paperbag ditangannya, dia mendekati Ping lalu mencium puncak kepala Ping.

"Semua nya sudah sayang ? " tanya Meen yang diangguki oleh Ping.

"Apa yang phi bawa? " Ping melihat tangan Meen.

"Makanan kesukaan mu, sebelum pulang kamu makan dulu. "

Ping mengangguk, dia sudah bosan dengan makanan rumah sakit dan ini kali ketiganya Ping makan makanan yang diinginkannya.

Setelah semuanya selesai Meen mendorong kursi roda Ping keluar dari rumah sakit , dua mobil sudah menunggu mereka disana. Tentunya Elang mengutus pengawal untuk mereka.

"Ayo sayang phi bantu. " ucap Meen saat pengawal membuka pintu mobil untuk mereka.

"Makasi . "

"Hallo tuan, kita bertemu lagi... "

Perhatian mereka teralihkan pada wanita yang menyapa Meen.

"Siapa phi? " tanya Ping melihat wanita cantik yang menyapa kekasihnya, meski tidak berpakaian glamor dan mewah Ping tau wanita ini bukan wanita sembarangan.

"Tidak tahu, phi tidak kenal. "

Meen menatap sebentar wanita itu , lalu kembali hendak membantu Ping.

"Aku, aku Emily tuan, wanita yang kamu selamatkan dua hari yang lalu. "

Meen memejamkan matanya sebentar , menyebalkan sekali dia ingin segera membawa Ping pulang dan menyuruh Ping istirahat, tapi ada saja gangguannya.

"Minggir! " usir Meen karna wanita itu berdiri disamping kursi roda Ping.

"Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, dan bolehkah aku berkenalan dengan mu! "

Ping menatap Emily , ingin berkenalan dengan Meen apa dia tidak tahu dimana tempatnya.

Meen tidak peduli , membuat Emily semakin ingin mendekatinya, Ping bisa melihat tatapan kagum dari wanita itu pada kekasihnya.

"Phi disini panas, bisakah kita pulang..! "

"Tentu sayang, maaf ya , ayo naik ke mobil. "

Meen melirik kearah pengawal nya dan tentu saja mereka mengerti.

"Nona beri jalan untuk tuan muda kami..! "

Emily akhirnya mundur beberapa langkah, dia tidak mungkin melawan pengawal Meen.tatapan nya tidak lepas dari Meen yang membantu Ping naik ke mobil dengan lembut.

"Tuan tidak bisakah aku mendapat nomor ponsel mu, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih. "

Meen menatap Emily dengan tajam, dia tidak mengingat wanita ini, kapan dia pernah menolong gadis ini.

"Tidak penting. ! " ucap Meen lalu menutup pintu mobil .  Dia juga berlari kecil kearah sebaliknya untuk masuk kedalam mobil.

"Tunggu tuan...! " Emily memegang lengan Meen yang hendak masuk mobil, dengan cepat Meen menghempas tangannya.

"Jangan sentuh saya sembarangan, pengawal urus dia! "

Emily kaget , dan langsung mundur beberapa langkah, sikap Meen sama saja dengan malam itu tapi dia tidak boleh takut. Dia harus mendapatkan pria seperti Meen bukan.

Melihat pengawal nya maju, Meen dengan segera masuk kedalam mobil, duduk disamping Ping dan menyuruh sang sopir untuk cepat menjalankan mobil mereka.

Setelah mobil berjalan,Meen menghadap kearah Ping, lalu menarik Ping kedalam pelukannya.

"Siapa? " tanya Ping akhirnya.

"Phi tidak tahu sayang, phi tidak kenal dengan wanita itu. "

"Tapi dia kenal phi, dan bilang phi menolongnya, kapan? " tanya Ping melihat kearah Meen, saat ini kepalanya bersandar didada Meen.

Meen mencoba mengingat siapa yang sudah ditolongnya, yang hanya Meen pedulikan tentu saja Ping, jadi hal kecil seperti itu buat apa diingat.

"Ohh, phi ingat, sayang waktu kamu nyuruh phi membeli makanan, tepat Antony mengunjungi kamu, phi menolong wanita itu, tidak tepatnya phi menolong kakaknya karna permintaan wanita itu. "

Ping tertawa kecil mendengar penjelasan Meen, lucu saja melihat Meen kewalahan bicara panjang lebar.

"Jadi dia jatuh cinta pandangan pertama pada phi... "

"Heh, kenapa begitu , tidak ada phi saja tidak kenal dengannnya. "

"Kalau kenal... ? "

"Tentu saja juga tidak ada istilah..... Eh Pinggggg! " rengek Meen menggenggam tangan Ping yang bertanya hal mustahil padanya.

Kembali Ping tertawa, dia tidak tahan dengan wajah Meen yang tertekan karna ucapannya.

"Ngak lucu sayang... Jangan tertawa. "

Ping hanya mengangguk, entahlah dia suka melihat Meen seperti ini padanya, meski dulu Meen juga manja tapi terlihat dia tidak bebas melakukan hal seperti ini ,entah kenapa Ping bisa berfikir seperti itu pada Meen.

~~
Antony menerima laporan dari anak buahnya kalau Ping sudah keluar dari rumah sakit. Dan juga..

"Ck, wanita sialan itu apa yang dia fikirkan? Bawa dia kesini. ! " perintah Antony pada anak buahnya.

Tidak butuh waktu lama, Emily sudah didorong kearah Antony.

"Maaf tuan Antony, sa sa saya."

"Bodoh! , itu saja tidak becus.  Pelajari ini, aku sudah mengurusnya, besok kau berkerja dikantor Meen, pastikan dia melirik mu. "

Emily memegang dokumen yang diberikan oleh Antony, tentu saja dia kaget sekaligus senang tanpa interview dan susah payah dia sudah bisa masuk ke perusahaan besar ini. Menguntungkan bukan.

"Hanya berurusan dengan Meen, kau mengerti selebihnya tidak perlu ikut campur! ."

Emily mengangguk, lalu keluar dari ruangan Antony, tentunya dia akan belanja untuk keperluan nya besok.

»»————> 𝑡𝑏𝑐 <————««

𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 read❤🤍

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang