MP 41

605 47 3
                                    

Meen yang sedari tadi sudah berada didepan sekolahnya menanti kehadiran Ping.. Ini sudah sebulan berlalu Meen putus dari Ping.

tentu saja dia tidak bisa melupakan Ping, bagaimana pun Meen mencintai Ping.. Dia dengan susah payah mendapatkan Ping namun karna keegoisannya dia juga yang memutuskan hubungan dengan Ping.

Menyesal ,Meen sangat menyesal, setelah kehilangan kekasihnya , dia juga kehilangan sang bunda yang sampai sekarang belum tau dimana keberadaan nya.

Hidup Meen hancur, bahkan Meen tidak pernah pulang lagi kerumah Diana maupun kerumah utama, begitu juga dengan Dirga yang sekarang mati-matian mencari Elyn.

Elyn seperti menghilang ditelan bumi, semua orang suruhan Meen dan sang Daddy tidak ada yang bisa menemukan nya seolah ada seseorang yang menyembunyikan Elyn.

Disela pemikiran itu Meen dan sang daddy mengingat Ping, Satu-satunya orang yang bisa menemukan bundanya adalah Ping makanya Meen berada didepan sekolahnya dulu.

Meen sudah masuk universitas tentunya , gedung fakultas tepat berada disebelah sekolah ini dan keberadaan Meen membuat semua penghuni sekolah heboh.

Kehebohan itu juga didengar oleh Ping, tapi apa peduli Ping, hatinya masih sakit karna tuduhan Meen padanya, padahal.. Entahlah jika disebut lagi Ping ikhlas melakukan semua nya karna Meen kekasihnya.

"Ping.... ! " panggilan dari siswi bernama Alina menghentikan langkah Ping.

"Siapa? " Tanya Ping melihat sebuah paperbag yang disodorkan padanya.

"Mmmm, a a aku Alina, bisa kah Ping mengambil nya, ini hadiah dari ku. "

Sejenak Ping memandang perempuan manis di depannya, sepertinya dia bisa menjadikan perempuan ini temengnya.

"Baiklah, makasi ya..."

"Si.. Ooh.. Pi Pi Ping be benaran mengambilnya?." gagap wanita itu, kaget tentu saja . Diluar dugaan Ping mengambil hadiah dari seseorang.

"Tentu saja, ini buatku kan? "

"Mmm, ini buat Ping! " angguk gadis itu cepat, lalu melepas pegangannya pada paperbag yang sudah ditangan Ping.

"Mau berjalan bersama ku ke parkiran, mau pulang kan? "

"Aa... I itu Ping.. Boleh kah?."

Ping tertawa kecil mendengar nada bicara gadis didepannya ini, melihat itu tidak hanya Alina beberapa murid yang lewat juga terpana dengan senyuman langka milik seorang Ping.

"Ayo, kamu pulang pakai apa, mau Ping antar? "

"Yah mau banget, ta tapi sayang nya aku dijemput Ping. "

"Oh, tidak masalah, lain kali biarkan aku mengantarmu,ayo kita ke parkiran ! "

Alina mengangguk, Ping membalik badannya berjalan terlebih dahulu, melihat itu Alina bersorak pelan.

"Yes... Kali ini aku akan mendapatkan Ping! " gumamnya mengepal kedua tangannya didada.

Benar yang dihebohkan semua murid, sesampainya Ping diparkiran, dia bisa melihat Meen yang bersandar dikap mobilnya dengan kacamata hitam yang membuat dirinya tampan. Banyak yang mengambil foto pria itu diam-diam.

Ping menyadari Meen yang hendak mendekat dengan cepat Ping menghadap pada Alina.

"Alina makasi ya hadiahnya, lain kali aku yang akan mengasih hadiah padamu, jangan menolak, okey! " ucap Ping merapikan poni Alina yang menutupi sedikit matanya. Ping tersenyum manis pada gadis itu.

Sedangkan Meen berhenti tepat dibelakang mereka, tidak jauh tapi tidak dekat juga.

Meen mengepal tangannya mendengar ucapan Ping yang begitu lembut pada gadis didepannya, dia cemburu...ingin rasanya Meen menarik Ping dari sana tapi ,mengingat dia sudah putus dengan Ping hatinya kembali sakit. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ping... " akhirnya dia memanggil saja. Namun Meen tertegun melihat tatapan Ping.

Tatapan Ping kembali seperti dulu di mana dia baru mengenal Ping. Tatapan tajam.. Dingin hingga menusuk tulang. Sekaligus kecewa .

"Phi Meen  ... " Alina yang duluan menyapa Meen sedangkan Ping hanya diam saja.

Alina menatap kedua pria itu bergantian, keduanya hanya diam, tau kondisi Alina ingin pergi dari sana. Untung saja mobil jemputan nya datang.

"Pi Ping,, Alina balik dulu ya.. Jemputan ku sudah datang. "

"Ya udah sana, Hati-hati.. Kabari aku sampai rumah! "

Lagi Meen mengepal kedua tangannya, suara lembut itu seharusnya hanya untuk dirinya, Meen mengeraskan rahangnya mencoba menenangkan emosi yang siap meledak.

Setelah Alina pergi Ping juga melangkah menuju mobilnya yang tidak jauh dari sana tanpa repot-repot menyapa Meen.

"Ping tunggu! " Ping menatap pergelangan tangannya yang dipegang oleh Meen.

"Lepas! "

"Ping.... "

"Lepas gue bilang...! " hentak Ping hingga pegangan Meen terlepas.

Meen menatap sendu kearah Ping yang memegang pergelangan tangannya, ucapan Ping yang memanggilnya dirinya gue lagi pun membuat hati Meen semakin sakit. Dia tidak suka Ping kembali kasar seperti dulu.

"Ping , phi mau bicara sebentar... "

"Gue sibuk!. "

"Ping tunggu dulu,, Ping ......phi mohon...! "

Ping tidak peduli dia masuk kedalam mobilnya , menyalakan dengan cepat lalu pergi dari sana tanpa memandang kearah Meen.

Meen hanya diam mematung ditempatnya, bagaimana bisa Ping semarah itu padanya dan berubah begitu cepat , Meen cuman ingin minta maaf dan memperbaiki semuanya.

Arggggh...brengsek  ... !! Makinya lalu juga pergi dari sana.

∘₊✧──────✧₊∘
TBC.

MY PINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang