63

1K 226 47
                                    

Typo 🙏
Happy Reading...!!!












Chika terus berlari memecah kerumunan. Matanya hanya tertuju pada tangan Shani yang terus melambai. Entah harus seberapa jauh lagi kaki mungilnya itu berlari. Rasanya ia sudah lelah, padahal kalau dilihat jarak Shani tidak terlalu jauh darinya. Kakinya terasa berat, dan semakin berat untuk melangkah. "Maaa..."panggilnya. Namun Shani di ujung sana hanya tersenyum. Tanpa berusaha untuk menghampiri Chika yang bersusah payah untuk mendekat padanya.

Bruk!
Tubuhnya yang mungil terjatuh diantara kerumunan. "Awsshhh sakit hiks..."ringis Chika melihat lututnya yang terluka. "Mamaaa Chika jatuh maa...tolong hiks hiks! MAMAAAA!" teriakannya semakin kencang memanggil Shani.

"Loh Dek kamu kenapa?"tanya seseorang yang menghampirinya.

Saat ini Chika masih terduduk di aspal jalanan. Pandangannya mulai kabur, Chika tidak bisa melihat dengan jelas keberadaan Shani. Tangannya ingin berusaha meraih tubuh Shani dari kejauhan. "MAMAAA!!!"

"MAA SINI MAAA!!!"

"MAMAAA!"seketika Chika pun hilang kesadaran.

"Hei! Dek..!!! Bangun!"

"Dek kamu kenapa? Bangun sayang!"cukup lama ia berusaha untuk membangunkan Chika.

"Dek!"panggilnya lagi sambil menepuk pelan pipi Chika. Perlahan gadis kecil itu membuka matanya. Yang pertama ia rasakan adalah pusing seolah ada beban berat yang menimpa kepalanya. "Pusing"ucap Chika pelan sambil memijit pelipisnya.

"Sayang kamu kenapa dek?"

"MAMA?"lirih Chika. Seseorang yang ada disampingnya itu mulai mencerna apa yang terjadi dengan Chika.

"Bangun dulu yu,"

Perlahan Chika bangun dari tidurnya. "Mama mana?"tanya Chika pada wanita yang ada disampingnya.

"Mama?"tanyanya bingung.

"Iya mama, onty."orang itu adalah Gita. Yang sejak tadi berusaha membangunkan Chika dari racauannya yang memanggil Shani. Ya, apa yang Chika alami bersama Shani, itu hanyalah mimpi. Hal yang sebenarnya terjadi sudah pasti Shani sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa?"

"Chika tadi sama mama. Kita pergi ke pasar malam. Kita main sampe puas disana. Tapi mama malah ninggalin Chika, pas Chika kejar ko mama malah makin jauh."Gita terus mendengarkan cerita Chika tanpa memotongnya. "Sampe Chika jatuh onty, lututnya berdarah hiks."ucap Chika yang kini mulai menangis mengingat peristiwa itu.

Chika pun menyibakkan pelan selimutnya. Dan melihat lututnya, tidak ada sama sekali luka disana. Dia mengusap-usap lututnya mencari luka yang tadi ia lihat.

"Sayang, dek."panggil Gita lembut. "Itu cuman mimpi sayang, tuh lutut kamu juga gak apa-apa kan?"Chika pun menoleh ke arah Gita, mencari kebenaran dari matanya.

"Mimpi?"tanya Chika, kemudian Gita mengangguk pelan. Membenarkan apa yang terjadi. Terdengar hembusan napas berat dari Chika, menggambarkan rasa lega dalam hatinya.

"Iya sayang, itu cuman mimpi."

"Tapi mama kenapa ninggalin Chika onty? Mama dipanggil cuman senyum doang, Chika jatuh mama gak tolongin."lirih Chika dengan mata yang berkaca-kaca. Sesakit itu saat mendapati Shani yang seolah tidak perduli lagi padanya.

Gita menangkup wajahnya, menatap dalam mata coklat milik Chika yang kini menahan tangis. "Udah ya, jangan sedih. Besok kita ketemu sama mama. Sekarang adek bobo. Sebentar lagi pagi. Biar cepet ketemu sama mama."tangan lembutnya mengusap mata Chika. Dia tidak akan membiarkan air mata kesayangannya itu jatuh.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang