Sepulang sekolah, Laura langsung melontarkan ide gila yang sudah menjadi kebiasaan mereka setiap minggunya, membuat Valeska, Shavira, dan Citra menyetujui. "Guys, gimana kalo kita keluar malem ini? Jalan-jalan ke club malam, udah lama kan kita ngga kesana!" usulnya dengan senyum lebar. Laura memang selalu jadi yang paling antusias soal hal-hal yang sedikit di luar kebiasaan.
Valeska langsung mengangguk semangat dengan wajah yang sangat antusias. "boleh boleh. Udah lama juga kita nggak minum kan" jawabnya sambil tersenyum lebar.
"Gue sih ngikut aja!" Shavira menimpali dengan semangat. "Tapi inget, jangan kebanyakan, nanti repot pulangnya." ujar Shavira
Citra, yang terlihat tenang namun memiliki sifat yang sama seperti mereka, "Shav, malam ini lo ya yang jangan minum, nanti anterin kita semua pulang." ujar Citra menaik turunkan alisnya.
"Anjir, gue juga pengen kali."
"Udah lah Shav, next time aja ya." ujar Valeska menimpali.
Shavira menghentakkan kakinya kesal, "Huh, yaudah."
"Tapi guys, malam ini jangan bawa mobil gue yaa." ujar Valeska.
"Ok siap, pake mobil gue aja." ujar Citra.
"Tapi nanti kalian jemput di halte komplek baru aja ya, soalnya gue pulangnya ke rumah sepupu." ujar Valeska berbohong. Dia tidak mungkin jika menyuruh mereka untuk menjemputnya di rumah orang tua, dan tidak mungkin juga dia memberi tahu kalau dia sekarang pindah rumah, yang ada semuanya akan terbongkar kalau Valeska tinggal satu rumah dengan Gio.
"tumben banget, biasanya lo paling anti nginep nginep di rumah lain."
"Iyyaa, biar lebih deket aja dari sekolahan." ujarnya. padahal jika di fikir, jarak dari sekolah ke rumah orang tuanya lebih dekat dari pada jarak sekolah ke rumahnya yang sekarang. tapi untung saja mereka tidak terlalu memikirkan akan hal itu.
Mereka semua sepakat untuk pergi nanti malam. Setelah menyelesaikan urusan masing-masing di rumah, mereka pun berencana bertemu di tempat yang sudah mereka tentukan.
Saat sudah sampai di rumah, Valeska merasa sangat senang karena nanti malam ia akan ke club dengan teman temannya, sudah hampir tiga minggu dia tidak berkunjung ke sana. Dia tahu bahwa keluar malam setelah menikah mungkin akan menjadi masalah, tapi dia tidak peduli, lagi pula pernikahan ini hanya paksaan demi mendapatkan fasilitas tetap.
Valeska masuk ke kamar dan melihat Gio sedang bersantai di tempat tidur sambil melihat ponsel.
"Ka Gio, gue malem ini mau keluar sama temen-temen, ya," kata Valeska dengan nada yang sumringah.
Gio mengangkat alisnya, sedikit terkejut. "Mau kemana?"
"Club, sama Shavira, Laura, Citra" jawab Valeska.
Gio tertegun mendengarnya, "lo sering mabuk?" tanya Gio.
Valeska mengangguk, "emang kenapa? terserah gue dong." ujar Valeska. Gio tak masalah, hanya saja, dia tak habis fikir dengan perempuan di hadapannya ini.
Gio mengangguk pelan. "Oke, gapapa. Gue juga nanti malem keluar sama Rahel."
"Itunya?" Valeska menggoyang goyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri seperti anak kecil.
Gio kebingungan, "itu apa?"
"Minta uang, Ka. Lo kan suami gue, harus nafkahin gue dong." ujar Valeska, wajahnya memelas.
"ck. Uang sendiri, gue ngga mau ngasih lo uang kalau buat mabuk." ujar Gio.
"Kak, gue laporin nih ke Bunda lo, kalau lo ngga ngasih gue uang sampe gue kelaparan."
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVA
Teen FictionPernikahan saat SMA Di kota kecil, Gio dan Valeska, dua remaja SMA, terpaksa menikah karena perjodohan yang diatur oleh orang tua mereka. Meskipun mereka awalnya saling tidak suka dan tertekan oleh situasi tersebut, pernikahan ini memaksa mereka unt...