🌷Part 33. Penculikan 🔥

1K 103 49
                                    

Vote dulu ⭐

***

"Lo yakin?" tanya seseorang berbadan besar.

"Kenapa nggak? lo ngga mau menikmati dia dengan kepuasan yang lo mau?"

Tanpa ada firasat buruk, Valeska tak menyadari bahaya yang mendekat. Dalam sekejap, dari arah belakang, sepasang tangan kasar dengan cepat membekap mulutnya. Perasaan terkejut dan panik menyerbu dirinya, namun teriakan yang ingin keluar terperangkap di dalam tenggorokannya, suaranya hilang seiring dengan genggaman kuat yang membungkamnya.

Mata Valeska membesar, tubuhnya mencoba melawan, tetapi dalam hitungan detik, kekuatan asing itu membuatnya lunglai. Kesadaran yang semula memudar semakin hilang, hingga akhirnya kegelapan sepenuhnya menelan Valeska. Kunci mobil yang tadi digenggamnya terjatuh ke tanah dengan bunyi yang hampir tak terdengar di tengah keheningan malam.

Dua sosok itu bergerak cepat, bekerja sama dalam keheningan. Salah satu dari mereka mengangkat tubuh Valeska yang tak berdaya, sementara dua yang lainnya memeriksa sekitar untuk memastikan tak ada yang melihat. Dengan langkah tergesa, mereka membawa gadis itu menjauh dari tempat parkir, meninggalkan hanya jejak samar di bawah cahaya remang-remang lampu jalan.

Malam yang tadinya damai berubah menjadi ancaman, dan Valeska yang tak berdaya, kini berada di tangan mereka yang berniat buruk.

Valeska dimasukkan kedalam mobil jeep, mobil tersebut langsung melaju cepat meninggal tempat acara yang sudah cukup sepi di luarnya.

Sementara disisi lain, Gio baru saja selesai dari kamar mandi, dia melangkah dengan santai menuju mobilnya. Namun, setibanya di sana, langkahnya terhenti mendadak. Ia mengernyitkan dahi, melihat mobilnya yang masih terkunci, tetapi Valeska tidak ada di dalam. Perasaan aneh mulai merayap di benaknya.

"Kok Valeska ngga ada?" gumamnya pelan, mencoba memahami situasinya. Ia tidak melihat kunci mobil yang tergeletak di tanah, pikirannya mulai mencari alasan logis. "Apa dia ke dalam lagi ya?" pikir Gio sambil menghela napas pelan.

Tanpa berpikir panjang, Gio bergegas kembali masuk ke dalam gedung acara. Suasana di dalam masih cukup ramai, meskipun sebagian murid sudah mulai pulang. Ia menelusuri kerumunan dengan tatapan cemas, matanya mencari sosok Valeska di antara keramaian. Setiap langkahnya semakin terasa berat, karena sosok yang dicarinya tak kunjung terlihat.

Akhirnya, ia mendekati teman-temannya yang masih asyik mengobrol. "Valeska mana?" tanya Gio dengan nada yang mulai terdengar resah.

Dimas menoleh, mengerutkan kening, lalu menjawab, "Bukannya tadi Valeska keluar sama lo?"

Jawaban itu membuat dada Gio terasa sesak. Pikirannya mulai dipenuhi berbagai kemungkinan buruk. "Serius lo gak liat dia balik ke sini lagi?" tanya Gio, suaranya mulai terdengar tegang, nyaris mendesak.

Mendengar ketegangan dalam suara Gio, Shavira ikut menambahkan, "Sumpah Kak. Emang tadi Ka Gio habis dari mana?"

"Gue suruh Valeska buat ke mobil duluan soalnya gue mau ke kamar mandi, pas gue balik, ternyata ngga ada, mobil juga masih di kunci"

"Lagi ke toilet juga kali." fikir Citra berusaha berfikiran positif.

"Kalian serius ngga liat Valeska?" tanya Gio lagi, mencecar ke enam temannya.

"Dia nunggu di depan mungkin kak..

Namun, sebelum Laura bisa menyelesaikan kalimatnya, Gio memotong dengan nada yang semakin putus asa, "Ini udah malem banget Ra, di luar sepi. Mana berani dia jalan sendirian." Matanya berkobar dengan ketegangan, tak ada tanda-tanda humor di wajahnya.

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang