Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Valeska diperbolehkan pulang. Wajahnya masih tampak pucat, namun senyum tipis terlukis di bibirnya saat melihat Gio yang datang menjemput, didampingi oleh Dito, Sandra, dan Diana. Meskipun Martin tidak bisa hadir karena urusan pekerjaan di luar kota, suasana di kamar rumah sakit tetap terasa hangat.
Diana menghampiri Valeska dengan penuh perhatian, membelai rambutnya dengan lembut. "Kamu sudah lebih baik, sayang?"
Valeska mengangguk pelan. "Iya, Bunda. Makasih ya udah bantu Miya ngerawat Valeska di sini."
Dito, dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, memeluk putrinya erat. "Piya seneng, akhirnya anak manja Piya ini udah boleh pulang... Jangan mikirin apa-apa dulu ya, kamu fokus kesehatan dulu."
Sandra, yang berdiri di sebelah Dito, tersenyum lembut. "Kita semua di sini buat kamu, sayang. Kamu nggak sendiri."
Gio, meskipun tidak banyak bicara, menatap Valeska dengan penuh perhatian. Dia tahu perjalanan untuk memulihkan Valeska masih panjang, tapi setidaknya sekarang mereka bisa melangkah bersama.
"Yuk, kita pulang," ucap Gio, suaranya lembut namun penuh keyakinan. Gio dengan hati-hati mendorong kursi roda Valeska menyusuri lorong rumah sakit hingga tiba di parkiran. Sepanjang perjalanan, dia sesekali menunduk dan berbisik pelan, mencoba menghibur Valeska yang terlihat masih lemah. Meskipun keadaannya sudah lebih baik, tubuh Valeska masih belum sepenuhnya pulih.
Saat mereka sudah mendekati mobil, Gio berhenti sejenak. Tanpa ragu, dia berjongkok dan menggendong Valeska dengan perlahan, memastikan tidak ada gerakan yang membuatnya merasa tidak nyaman. Valeska melingkarkan lengannya di leher Gio, merasa tenang dalam pelukannya.
"Padal gue juga bisa jalan sendiri," gumam Valeska dengan nada lemah, tapi Gio hanya tersenyum.
"Gue tahu. Tapi apa salahnya gue gendong bayi yang habis sakit ini?" jawab Gio dengan candaan, membuat Valeska tertawa kecil.
Dito, Sandra, dan Diana mengikuti dari belakang, memperhatikan dengan mata penuh haru saat mereka menuju mobil. Setelah memastikan Valeska duduk dengan nyaman di kursi, Gio menutup pintu dengan hati-hati dan bergabung bersama mereka di dalam mobil untuk pulang.
Setibanya di rumah, suasana terasa tenang meski masih diselimuti kelelahan dari kejadian beberapa hari terakhir. Gio dengan penuh perhatian kembali memapah tubuh Valeska, memastikan setiap langkahnya mantap dan tidak tergesa-gesa. Begitu mereka masuk ke dalam rumah, Gio menuntunnya ke ruang tamu yang sudah terlihat rapi dan bersih, seolah menyambut kembalinya Valeska setelah melewati cobaan berat.
Dengan lembut, Gio membantu Valeska duduk di salah satu kursi empuk. Dia kemudian mengatur bantal di belakang punggungnya, mencoba membuatnya merasa nyaman.
Dito, Sandra, dan Diana ikut duduk bersama mereka, mencoba mencairkan suasana. Obrolan pun dimulai, meski kadang diselingi keheningan yang berat. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang masa depan, tentang langkah yang harus diambil selanjutnya, dan juga tentang betapa pentingnya menjaga keselamatan keluarga.
Dito dan Sandra, sebagai orang tua Valeska, tak bisa menyembunyikan rasa haru dan syukur mereka melihat putri tunggal mereka kembali dalam keadaan selamat. Sandra, dengan mata berkaca-kaca, sesekali menggenggam tangan Valeska, seakan ingin memastikan bahwa semuanya bukan mimpi buruk lagi. Sementara Dito, meski biasanya tegar, tak bisa menyembunyikan rasa terharunya ketika melihat putrinya tersenyum dengan walau lemah.
Diana, di sisi lain, berbicara dengan lembut, mencoba memberikan dorongan moral kepada Valeska. Sebagai ibu dari seorang anak, dia memahami betapa sulitnya perasaan yang mungkin dirasakan oleh Valeska saat ini. "Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk cerita ya, Sayang." ucap Diana dengan senyum penuh kasih, yang dibalas Valeska dengan anggukan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVA
Teen FictionPernikahan saat SMA Di kota kecil, Gio dan Valeska, dua remaja SMA, terpaksa menikah karena perjodohan yang diatur oleh orang tua mereka. Meskipun mereka awalnya saling tidak suka dan tertekan oleh situasi tersebut, pernikahan ini memaksa mereka unt...