Valeska melangkah masuk ke dalam kelas, senyuman tak henti-hentinya menghiasi wajahnya, memancarkan kebahagiaan yang seolah tak terbendung. Shavira, Citra, dan Laura memandangnya dengan tatapan penuh tanda tanya, seakan tak percaya dengan perubahan mendadak pada sahabat mereka itu.
"Lo kesambet?" Citra akhirnya tak tahan untuk bertanya, suaranya memecah keheningan.
Laura mendekat, mengamati Valeska dengan sorot mata khawatir. Tanpa ragu, ia menempelkan telapak tangannya di kening Valeska, seolah mencari tanda-tanda sakit.
"Nggak, dia nggak demam ngga apa. Badannya juga normal," ujar Laura dengan nada serius, namun diiringi senyum kecil. Valeska hanya bisa membalas dengan raut bingung, tak mengerti kenapa kedua temannya ini tiba-tiba bertingkah aneh.
Shavira kemudian menarik tangan Valeska dengan lembut, membawanya duduk di salah satu bangku kosong. "Val, lo beneran nggak apa-apa, kan?" tanyanya, memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Valeska menatap mereka bergantian, masih tak paham dengan kekhawatiran yang tiba-tiba ini. "Kalian kenapa sih? Kok pada aneh?" tanyanya heran.
Shavira menghela napas panjang sebelum mengeluarkan ponselnya. Ia membuka pesan dari nomor yang belum tersimpan, lalu menyodorkannya pada Valeska. "Ka Gio ngechat gue kayak gini."
Mata Valeska terpaku pada layar ponsel itu, membaca setiap kata dengan seksama. Setelahnya, ia tak bisa lagi menahan diri. Dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan tak tertahankan, Valeska berjingkrak penuh semangat.
"Astaga, dia bener-bener gila sih! Lo kenapa sih, Val?" Laura masih belum mengerti dengan sikap Valeska yang mendadak euforia.
Valeska tersenyum lebih lebar lagi, matanya berbinar penuh kebahagiaan. "Ka Gio nyebbut gue istri! AAKKKKK!" peliknya.
Citra yang penasaran, bertanya dengan nada serius, "Katanya Ka Gio di-skors? Itu karena masalah kemarin ya, Val?"
Akhirnya, Valeska tak bisa lagi menahan ceritanya. Ia mulai menceritakan segala hal yang terjadi, mulai dari konflik antara Gio dan Rahel, hingga ajakan Gio untuk ke danau di tengah hutan. Valeska juga menceritakan rasa cemburunya yang mendalam, tangisannya yang tak terkendali hingga mengurung diri di kamar, dan percakapan terakhirnya dengan Gio di dalam mobil. Dan tak lupa juga menceritakan saat dirinya di hadang oleh Rahel dan temannya di pertigaan koridor sekolah.
Teman-temannya hanya bisa mendengarkan dengan saksama, senyum lebar tak pernah lepas dari wajah mereka. Mereka bersandar pada bangku, menopang dagu dengan tangan, seolah-olah cerita Valeska adalah drama yang tak ingin mereka lewatkan.
"Ini serius?Cegil kita semudah itu jatuh cinta? Gue nggak nyangka lo bisa jatuh cinta semudah itu, Val" celetuk Laura dengan nada menggoda.
Valeska menggeleng dengan tegas. "No! Gue belum cinta, masih di tahap suka dan nyaman," jawabnya dengan penuh keyakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVA
Teen FictionPernikahan saat SMA Di kota kecil, Gio dan Valeska, dua remaja SMA, terpaksa menikah karena perjodohan yang diatur oleh orang tua mereka. Meskipun mereka awalnya saling tidak suka dan tertekan oleh situasi tersebut, pernikahan ini memaksa mereka unt...