Di kelas, sudah ada Dimas, Bimo dan Rendra yang menunggu. Gio datang dengan ekspresi datar, namun pandangannya tetap lurus kedepan.
"Lo kenapa?keliatannya ngga semangat gitu" tanya Rendra melihat Gio seperti patung berjalan.
Gio dengan cepat membuyarkan lamunannya, "ngantuk, semalem susah tidur."
Guru pun masuk dengan memberikan ucapan "Selamat pagii." yang di balas dengan kekompakan anak-anak murid kelas ini.
Dimas yang duduk di sebelah Gio merasa penasaran, akhirnya dia memberanikan untuk bertanya. "ada masalah sama istri lo?" bisik Dimas dengan suara sangat kecil.
Gio memberi pukulan kecil "Bangsat, jangan sebut istri anjir, nanti ada yang denger." ujar Gio dengan suara berbisik juga.
"Sorry sorry, maksud gue, lo ada masalah sama dia?" tanya Dimas merasa penasaran.
Gio menghela nafas, "dia semalem mabuk berat, lo tau? sampe dia muntah banyak di mobil gue, gue kesel. Yaa walaupun mobil gue ngga kotor. Akhirnya gue nelfon ke orang tua dia buat minta persetujuan kalau gue mau ngerampas semua ATM sama uang yang ada di dompet." ujar Gio masih dengan suara berbisik, karena melihat guru di depan sana sedang menulis di papan tulis.
"terus terus?" Dimas semakin penasaran ntah kenapa pria itu senyum senyum dengan tangan yang menopang dagu sambil menghadap Gio dengan seksama.
"tadi pagi kepalanya pusing, mungkin karena efek semalem kali ya, dan tadi gue ke kelas dia buat ngasih obat. Eh dia lesu gitu anjay, apa gue salah ya ngehukum dia kaya gitu? secara dia kan ngga biasa megang uang sedikit."
"Nggak si menurut gue mah, ya tapi ngga semuanya juga lo ambil, Bageur."
"Ya tujuan gue biar dia ngga make uang buat minum minuman keras gitu lagi lah." ujar Gio.
Guru di depan yang menyadari ada suara bisak bisik yang mulai menganggu, akhirnya menegur dengan tatapan tidak suka. "Heh, ngapain ngobrol? nulis cepetan!" ujarnya dengan tegas, membuat Gio dan Dimas langsung diam.
Di sisi lain, tepatnya di kelas Valeska. Dia dan teman temannya sedang menyalin tulisan dari buku cetak. Valeska yang mengira jika rasa pusing di kepalanya akan sembuh dengan berjalannya waktu, ternyata semakin terasa sangat sakit. Bahkan pandangannya pun mulai kabur.
"Bu" Valeska mengangkat tangannya. Ibu Mugi yang sedang memperhatikan isi kelas langsung melihat Valeska yang mengangkat tangan. "Kenapa Valeska?"
"Saya sakit, boleh saya pulang?" ujar Valeska. Ibu mugi mendekat untuk mengecek suhu tubuh Valeska dengan punggung tangannya.
"Badan kamu panas, muka kamu juga pucat. Baik, ibu izinin kamu pulang, kamu istirahat yang banyak ya. Semoga cepat sembuh" ujar Ibu Mugi sangat ramah. Valeska mengangguk lemah, dia pun segera merapihkan bukunya.
"Val, gue anter ya." ujar Shavira.
"Ngga Shav, gue naik taxi aja." ujarnya.
"Lo ngga bawa mobil, Val?" tanya Citra.
"Nggak." Mereka tidak tau jika dua hari ini Valeska ke sekolah hanya menggunakan mobil taxi.
"Val, kenapa tadi pagi kita tawarin pulang ngga mau?"
"Gue kira nanti juga sembuh, ternyata nambah sakit." ujar Valeska.
"Val, lo serius ngga mau di anter?" tanya Shavira merasa khawatir.
"Nggak Shav, biar gue naik taxi aja." ujar Valeska.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIOVA
Teen FictionPernikahan saat SMA Di kota kecil, Gio dan Valeska, dua remaja SMA, terpaksa menikah karena perjodohan yang diatur oleh orang tua mereka. Meskipun mereka awalnya saling tidak suka dan tertekan oleh situasi tersebut, pernikahan ini memaksa mereka unt...