🍀Part 19. Geevangga

504 78 44
                                    

Vote dulu ⭐

***

"KA GIOOOO, LO APAIN HANDPHONE GUE?" Valeska meraih handphonenya dari tangan Gio. Layar handphone itu sudah tidak menampilkan apa-apa selain corak hijau dan merah yang terlihat kacau.

"Handphone lo ada di samping wastafel. Gue mau cuci tangan, takut basah jadi gue geser sedikit. Eh, jatuh. Terus, telenannya kesenggol siku gue. Pas gue lihat, ternyata telenannya jatuh di atas handphone lo."

Valeska menahan tangis, air matanya mulai menggenang di matanya. Gio menggaruk belakang kepalanya, merasa bersalah melihat Valeska yang mulai menangis. Dia melangkah maju dengan wajah penuh penyesalan.

"Val... Maaf banget, sumpah, gue beneran ngga sengaja," ucap Gio dengan nada rendah, matanya menatap Valeska yang sudah duduk di meja makan, memandangi handphonenya dengan penuh harap.

Valeska tidak menjawab, dia hanya duduk diam di meja makan, terus memperhatikan layar handphonenya yang hancur, jari-jarinya mengusap layar yang sudah tidak bisa disentuh. Dalam hati, dia berharap ajaibnya layar itu bisa kembali seperti semula, menampilkan gambar-gambar yang sangat berharga baginya, foto-foto kenangan bersama teman-temannya, keluarganya, dan bahkan beberapa momen penting yang tidak bisa dia ulang lagi.

"Val, maaf, gue beliin lagi yaa" ujar Gio dengan sangat hati-hati.

Valeska menatap Gio dengan sangat tajam, "Makannya, kalau apa apa tuh ngga usah sentuh sentuh barang gue. Ini handphone gue yang rusak ka, didalem banyak kenangannya. Gimana sih, Hati-hati bisa kaan!" ujar Valeska sangat emosi, dengan suara yang bergetar.

Gio menunduk, merasa semakin bersalah melihat air mata yang mulai menetes dari mata Valeska. "Kita masih bisa benerin itu. Kita cari tempat servis, pasti ada yang bisa balikin datanya."

Valeska menoleh pelan, matanya masih basah. "Kak... di handphone itu ada banyak kenangan gue. Foto-foto yang ngga bisa gue ambil lagi... gimana kalau semuanya ilang?"

Gio terdiam sesaat, hatinya ikut merasakan bagaimana sakitnya begitu mendengar betapa pentingnya handphone itu bagi Valeska. Dia menarik kursi dan duduk di samping Valeska, mencoba menenangkannya.

"Kita coba dulu, jangan langsung menyimpulkan kalau itu ngga bisa. Kalau emang datanya bisa diselamatkan, gue pastiin semuanya balik. Kalau ngga, gue akan usahain buat cari jalan lain. Gue janji."

Valeska mengangguk pelan, meski hatinya masih terasa berat. Gio menyentuh pundaknya lembut, mencoba memberikan sedikit ketenangan.

"Maafin gue. Gue beneran ngga bermaksud ngancurin handphone lo," lanjut Gio dengan suara serak, benar-benar menyesal.

Valeska menghela napas panjang, mencoba menerima kenyataan. "Ya udahlah, semoga aja semua datanya bisa balik." ujarnya, sangat pasrah.

Gio tersenyum tipis, meski kekecewaan masih terpancar di mata Valeska, luka yang belum sembuh sepenuhnya. "Sana lo siap-siap, kita keluar sekarang. Gue bakal suruh orang buat nyari tempat servis handphone lo, biar datanya balik semua," ucapnya, mencoba menyelipkan harapan di antara keheningan yang menyesakkan.

Valeska, yang masih terdiam dalam kegetiran, akhirnya menoleh ke arah Gio. Tatapannya mengarah ke perut pria itu, ada kekhawatiran yang mengintip di balik matanya. "Perut lo... masih sakit?" tanyanya pelan, suaranya penuh kehati-hatian, seolah takut bahwa rasa sakit yang menyerang Gio pagi tadi akan kembali menghantui.

Gio hanya menggeleng pelan, dengan senyuman yang dipaksakan untuk menutupi kekhawatirannya sendiri. "Gue udah sembuh, Val. Yang penting sekarang data lo aman," jawabnya, berusaha menenangkan meski dirinya pun tak sepenuhnya yakin.

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang