🍀Part 14. Terbongkarnya Rahasia

490 66 20
                                    

Vote dulu beb❤ Soalnya mau double up 😎
satu laginya nanti siang yaa...

***

Keesokan paginya, matahari bersinar cerah di atas langit yang jernih, seolah tidak ada yang salah. Namun, di dalam hati Valeska, kekhawatiran masih bergemuruh. Pikirannya terus berkecamuk tentang kejadian semalam. Ia dan Gio, yang kini menjadi suami-istri rahasia, harus kembali menjalani hari-hari mereka sebagai siswa SMA biasa. Sebuah kehidupan yang penuh dengan kebohongan dan rahasia.

Valeska berjuang keras menutupi kecemasan yang merayap di hatinya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia berusaha menyelesaikan sarapannya. Setiap suapan terasa seperti beban yang tak kasat mata, namun ia tahu, waktu terus berjalan. Tak ingin menambah kecurigaan, Valeska menelan kegelisahannya dan berdiri, siap melangkah keluar rumah dengan Gio di sisinya.

"Mi, aku sama Kak Gio berangkat sekarang," ucap Valeska, suaranya bergetar halus, namun ia mencoba menutupinya dengan senyum tipis.

"Iya, sayang. Hati-hati di jalan ya," jawab ibunya lembut, dengan tatapan penuh kasih yang tak pernah gagal membuat Valeska merasa aman, meski untuk sesaat.

Keduanya berjalan menuju mobil dengan raut wajah yang tampak biasa saja, tanpa emosi yang berarti. Namun, suasana di antara mereka terasa dingin dan penuh tekanan yang tidak terlihat.

Di dalam mobil, Gio hanya diam, fokus mengemudi tanpa banyak bicara. Valeska duduk di sampingnya, mencuri-curi pandang ke arah suaminya yang tampak acuh. Mereka menuju sekolah tanpa ada percakapan yang terjadi, dan suasana semakin terasa canggung. Valeska tahu bahwa mereka berdua perlu berbicara, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang siap memulai.

Setelah beberapa menit berkendara, Gio akhirnya berbicara dengan nada datar. "Turun! gue harus jemput Rahel." katanya singkat, tanpa menoleh ke arah Valeska. Ia memperlambat mobilnya dan menepi di pinggir jalan yang cukup sepi.

Valeska tidak terkejut mendengar pernyataan itu. "Gue kira sampe sekolahan," jawabnya kesal sambil membuka pintu mobil. Dia keluar dengan tanpa ragu, menatap Gio yang kembali menancap gas setelah dia menutup pintu. Perasaan aneh merayap di dalam hatinya, tetapi ia menepisnya cepat-cepat.

"Kenapa gue sakit banget ya di diemin ka Gio." gumam Valeska, matanya tetap menatap mobil Gio yang semakin menjauh.

Gio menghilang di kejauhan, meninggalkan Valeska berdiri di trotoar. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Tanpa banyak berpikir, Valeska mengangkat tangan untuk menghentikan taksi yang melintas. Begitu masuk ke dalam taksi, dia memberi tahu sopir tujuannya dengan suara tenang. Pandangannya beralih ke luar jendela, melihat pemandangan jalanan yang ramai, namun pikirannya jauh melayang. "Kenapa gue ngga sekalian bawa mobil sendiri aja ya," gumamnya pelan. "Tapi pasti ngga di bolehin sama ka Gio."

Setibanya di sekolah, Valeska turun dari taksi dan melangkah masuk dengan tenang. Sekilas, dia melihat Gio di ujung lapangan sedang merapikan rambut Rahel. Ada sedikit rasa sesak di dadanya, tapi dia menepisnya cepat-cepat. Dia tahu, hubungan mereka hanyalah sebatas pernikahan tanpa cinta, dan Rahel selalu ada di antara mereka.

Dengan langkah pasti, Valeska menuju ke kelasnya. Dia menyapa teman-temannya seperti biasa, tidak ada tanda-tanda bahwa ada yang salah. Bagi Valeska, di sekolah adalah tempatnya untuk mengeluarkan fikiran fikiran yang membuat dirinya terbebani.

"Baru sampai, Val?" tanya Shavira sambil terus mengunyah sarapannya. Pipinya mengembung, terlihat kocak namun penuh keakraban.

"Iya," jawab Valeska singkat, lalu meletakkan tasnya di samping Shavira, menandai kehadirannya di ruang yang penuh kesibukan pagi itu.

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang