❄Part 1.Pengumuman Tak Terduga

1.5K 97 32
                                    

Happy Reading 😊❤


***

"

Gio, cepat siap-siap! Kita mau makan di luar!" seru Diana dari bawah tangga, suaranya membumbung dengan antusiasme yang jarang terdengar.

Di lantai dua, Gio yang sedang melamun di kamar, mendengar panggilan ibunya. Ia keluar dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih setengah terpejam. "Tumben, Bun," gumamnya, sembari mengusap wajahnya yang masih terlihat lelah.

"Iya, ini momen spesial. Jadi, cepat siap-siap ya!. Jam tujuh kita berangkat," Diana menjawab dengan senyum lebar yang memancarkan kebahagiaan, sesuatu yang jarang Gio lihat belakangan ini.

Setelah bersiap dengan tergesa, Gio akhirnya turun ke ruang makan. Ayahnya, Martin, yang terkenal ceria dan suka bercanda, sudah duduk di kursi, mengelap tangannya dengan kain serbet. "Wah, ini siapa nih? Anak gue? Kok, cakep banget. Kayak bintang film, yang baru bangun tidur," kata Martin sambil tertawa, membuat suasana menjadi lebih hangat.

Gio menatap ayahnya dengan pandangan setengah malas, tapi tak bisa menahan senyum tipis. "Ayah. Kirain mau muji, eh ternyata cuma ngledek doang," jawabnya dengan nada protes yang lembut.

"Itu namanya pujian lah, Bro. Ayah bilang kamu cakep, kan?" Martin membalas, masih dengan nada main-main.

"Tapi nggak usah ditambahin bagian baru bangun tidur, juga, Yah. Lagian, Gio nggak habis tidur ngga apa," balas Gio sambil menyilangkan tangan di dada, mencoba tampak serius, meski sudut bibirnya masih mengulum senyum.

Martin tertawa keras, menepuk bahu Gio dengan lembut. "Coba aja teman-teman kamu tahu kelakuan kamu di rumah. Pasti mereka bakal kaget terus ketawa paling kenceng," godanya. Gio hanya mendengus kecil, menatap ayahnya dengan mata yang menyipit.

Diana melirik jam tangannya dan mengangguk. "Ayo, kita harus berangkat sekarang," katanya, mengisyaratkan agar mereka segera keluar.

Mereka tiba di restoran yang sudah tidak asing lagi bagi mereka, tetapi malam ini terasa ada sesuatu yang berbeda. Restoran yang biasanya ramai dengan tawa dan canda kini tampak lebih tenang, seakan menunggu sesuatu yang tak terucapkan. Diana dan Martin tampak lebih bersemangat dari biasanya, sementara Gio masih tenggelam dalam ekspresi dinginnya, seolah tak terpengaruh oleh suasana di sekitarnya.

Mereka duduk di meja yang sudah dipesan sebelumnya. Tak lama kemudian, Sandra dan Dito, orang tua Valeska, datang dengan senyum lebar dan sapaan hangat. Martin, seperti biasa, segera mencairkan suasana dengan candaan khasnya. "Bro! Makin muda aja nih kelihatannya. Apa rahasianya?" ucap Martin dengan tawa yang menggema.

Dito membalas dengan senyum lebar. "Jelas dong, gue kan nggak boleh kalah sama Martin Sandeva," jawabnya dengan nada bercanda, membuat semua orang di meja tertawa kecil, kecuali Gio yang hanya tersenyum sekilas, masih menyelami pikirannya sendiri. Valeska belum muncul, katanya sedang di kamar mandi.

Sandra, yang terkenal lebih tenang dan serius, memberikan senyuman ramah kepada Gio. "Hai, Gio. Udah lama ya nggak ketemu. Kamu makin ganteng aja sekarang," ucapnya, membuat Gio tersipu, meski ia mencoba menyembunyikannya di balik senyum simpul.

"Anak kamu mana, San?" tanya Diana dengan penasaran.

"Valeska lagi ke kamar mandi. Turun dari mobil, dia langsung lari. Katanya udah nggak tahan mau BAB," jawab Sandra dengan tawa kecil, menambahkan sedikit keceriaan di tengah percakapan ringan mereka.

Setelah beberapa waktu berbincang tentang hal-hal yang sepele, Martin tiba-tiba menghentikan candaan dan mengubah suasana menjadi lebih serius. "Gio," panggilnya dengan suara lebih dalam, tatapannya mengunci pada anaknya. "Sebenarnya, pertemuan kita malam ini ada hal penting yang ingin kami bicarakan denganmu."

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang