🌷Part 36. Ke Sekolah Bareng

511 87 39
                                    

Matahari mulai merangkak naik, menyalami dunia dengan cahayanya yang lembut. Valeska dan Gio sudah rapih dalam seragam sekolah mereka, bersiap menjalani hari baru. Ada senyum kecil yang menghiasi wajah Valeska, seperti bunga yang mekar di pagi hari melihat Gio yang pagi ini tampak lebih hangat, seakan segala kebekuan di antara mereka mulai mencair.

Langkah mereka selaras saat menuruni tangga, dan aroma sedap dari dapur menyambut keduanya dengan hangat. Di dapur, Bi Sari, wanita paruh baya yang selalu penuh senyum dan humor, tengah sibuk dengan urusan masakannya, rambutnya dicepol sederhana, namun tetap memperlihatkan kecantikannya.

"Pagi, Bi!" Valeska menyapa dengan ceria, menyadari betapa Bi Sari adalah sosok yang selalu menyebarkan kehangatan di rumah itu.

"Pagi, Non! Wah, segar banget pagi-pagi udah bersinar kayak matahari!" Balas Bi Sari dengan tawa renyah, matanya berkelip nakal.

Valeska duduk di samping Gio yang sudah siap di meja makan. Bi Sari, dengan gerakan lincah namun anggun, menyiapkan piring untuk kedua majikannya. "Ayo, silakan dicoba masakan bibi. Siapa tahu, setelah makan, kalian jadi tambah ganteng dan cantik, hehehe."

"Wah, ini sih kelihatannya enak banget, Bi!" Valeska berseru dengan mata berbinar, melihat hidangan di depannya. Bi Sari tertawa kecil, puas dengan responnya.

Gio yang biasa lebih diam, memperhatikan Bi Sari yang mulai menjauh dari meja makan. "Bi, kok nggak sarapan sama kita?" tanyanya dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.

"Ah, Den Gio, bibi mah nggak usah dulu. Nanti aja, kan bibi bukan model yang harus sarapan pagi-pagi, hehehe." Jawab Bi Sari sambil tertawa, namun Gio tak menyerah.

"Udah, Bi. Makan bareng kita aja sekarang. Jangan sungkan-sungkan lah." Kata Gio, kali ini dengan senyum yang membuat Valeska tak bisa menahan senyumnya sendiri, ada sesuatu yang berbeda dari Gio pagi ini.

"Waduh, Den Gio bikin bibi terharu nih. Baiklah, bibi ambil piring dulu, siapa tahu bisa tambah awet muda kalau makan bareng Mas ganteng sama Neng cantik," jawab Bi Sari dengan canda, sambil mengambil piring untuk dirinya.

Setelah selesai makan, Gio bergegas keluar rumah, menuju garasi untuk memanaskan mobil. Sementara itu, Valeska menyusul dengan wajah yang kini tampak kusut.

Gio yang melihatnya langsung mengernyit. "Kenapa lo? Pagi-pagi kok mukanya udah keriput kaya nenek-nenek, belum tua juga."

Valeska menghela napas, lalu mengangkat bahu, tetapi senyumnya kembali muncul sedikit demi sedikit. Ada sesuatu tentang pagi ini yang terasa lebih ringan.

Valeska cemberut, bibirnya mengerucut, sambil menunjukkan layar ponselnya pada Gio. "Taksi online yang gue pesan dari tadi dicancel mulu. Udah coba tiga kali, tapi nggak ada yang mau nerima" keluhnya dengan nada kesal.

Gio mengernyit, menatap layar ponsel Valeska sejenak sebelum mendengus kecil. "Lo ngapain repot-repot pesan taksi online?Hari ini lo berangkat sama gue"

"Hari ini doang?"

"Setiap hari, Valeskaa"

Valeska terkejut mendengar pernyataan Gio. "Setiap hari?" tanyanya, masih agak tidak percaya dengan perubahan sikap Gio yang mendadak.

Gio hanya mengangguk sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. "Iya" jawabnya, singkat.

Mendengar kata-kata Gio, ada perasaan hangat yang perlahan menyebar di hati Valeska, "Makasiiii Kaka suami" Valeska memeluk Gio dari samping.

"Centilnya kumat." celetuk Gio.

Di dalam mobil yang mulai melaju meninggalkan rumah, Valeska duduk di kursi penumpang dengan senyum kecil yang terus menghiasi wajahnya. Ada sesuatu yang berbeda pagi ini, sesuatu yang membuatnya merasa lebih ringan. Sesekali dia melirik ke arah Gio, yang fokus mengemudi di sampingnya. Meskipun Gio masih tampak tenang dan tidak terlalu banyak bicara, Valeska bisa merasakan adanya perubahan kecil dalam sikapnya.

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang