🍀Part 13. Mengulangi kesalahan

1K 97 38
                                    

Vote dulu please😭
Soalnya ini part terpanjang, yang harusnya jadi 4 part, aku gabungin jadi satu...

Vote dulu nggak!

Vote dulu cepet😎

***

Valeska dan Gio tiba di rumah orang tua Valeska. Begitu mereka turun dari mobil, Valeska merasakan angin sepoi-sepoi yang menyapu wajahnya, membawa aroma khas rumah yang selalu menenangkan hatinya, seperti pelukan hangat yang tak pernah usang.

Dengan senyum cerah yang terukir di wajahnya, Valeska menoleh ke arah Gio. "Gandeng tangan gue dong. Ayok ish, fasilitas harga mati," ucapnya dengan nada riang, hampir seperti anak kecil yang tak sabar menikmati hari penuh kegembiraan.

Gio mendesah pelan, matanya melirik Valeska dengan pandangan skeptis. "Bener-bener cewek gila," gumamnya dengan suara nyaris tak terdengar. Meski merasa jengah, tangannya akhirnya terulur dengan setengah hati, meraih tangan Valeska. Langkah mereka menuju pintu depan terasa seperti langkah menuju sesuatu yang tak bisa dihindari.

Sebelum mereka sempat mengetuk pintu, suara berderit menyambut mereka. Dito, ayah Valeska, muncul di ambang pintu dengan senyum lebar yang menyiratkan kehangatan tanpa batas. "Eh, anak Piya sama menantu udah dateng," katanya penuh semangat, lengannya terbuka lebar untuk merangkul keduanya dalam pelukan hangat. "Masuk, masuk! Miya udah masak banyak buat kalian."

Valeska membalas pelukan itu dengan hangat, merasakan cinta yang mengalir dari sentuhan ayahnya. "Iya, Pi. Laper lagi nih abis perjalanan," jawabnya sambil tersenyum, wajahnya berbinar.

Gio, yang sedikit kaku, mengangguk sambil tersenyum. "Makasih banyak, Piya, jadi ngrepotin. Hehe," katanya, suaranya terdengar sopan namun canggung, mencoba mencairkan suasana.

Dito tertawa kecil, suaranya bergema lembut di udara. "Udah nggak usah formal-formal, Gio. Anggap aja rumah sendiri," ucapnya, sambil menepuk bahu Gio dengan hangat.

Saat Gio melangkahkan kaki ke dalam rumah, matanya terbelalak oleh desain unik rumah itu. Ukiran-ukiran pada jendela yang elegan menambah kesan mewah, dan seolah menyiratkan kisah-kisah yang tersembunyi di balik dinding-dindingnya.

Aroma masakan yang menggugah selera segera memenuhi indra penciuman mereka. Sandra, ibu Valeska, muncul dari dapur dengan senyum yang ceria, seolah-olah kehadiran mereka adalah hadiah yang telah lama dinantikan. "Mantukuuu, udah dateng! Ayo duduk, makanan udah siap," katanya dengan suara riang, matanya berbinar saat melihat Gio.

Valeska memandang ibunya dengan ekspresi cemberut, sedikit merasa terabaikan. "Mantu doang yang disambut?" tanyanya dengan nada sedikit merajuk.

Sandra tertawa kecil, senyum jahil menghiasi bibirnya. "Iya dong, bosen liat kamu mah," jawabnya dengan nada bercanda. "Ayo nak, makan." Sandra mempersilahkan Gio untuk duduk, memperlihatkan perhatian yang berlebih pada menantunya.

Valeska mengerucutkan bibirnya, merasa posisinya tersingkirkan. "Ok, posisi gue tersingkirkan," gumamnya kesal, namun tetap mengikuti mereka menuju meja makan.

Mata Valeska membelalak saat melihat deretan hidangan yang tertata rapi di atas meja. "Tumben apa ini? Masak banyak nyampe ngga kira-kira," ujarnya dengan nada setengah bercanda, setengah penasaran.

Sandra tersenyum puas, wajahnya memancarkan kebanggaan seorang ibu. "Special menyambut anggota baru dong," jawabnya dengan nada penuh arti.

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang