❄Part 5. Day 1 After Wedding

508 68 30
                                    

Up lagi nggasee😅
komenan kalian lucu lucu heh, walaupun only three people😌🤏.
yang lain manaaa, baca doang? yang udah vote ok lah, tapi yg ngga dua duanyaaaa?sehat?

***


Malam telah tiba dan suasana di rumah mereka mulai tenang. Hanya suara detak jam dan suara Gio yang sedang asyik dengan permainan gamenya yang mengisi ruang tamu. Valeska, yang baru saja turun dari lantai atas, merasakan perutnya keroncongan. Ia melihat Gio yang sibuk dengan handphone-nya dan merasa enggan untuk mengajaknya berbicara. Namun, rasa lapar yang tak tertahan memaksanya untuk mendekati Gio.

"Kak," panggil Valeska berusaha dengan nada lembut. Gio tidak menoleh, matanya tetap fokus pada layar handphone-nya.

"Hmm," jawab Gio singkat tanpa mengalihkan perhatian dari layar handphonenya.

Valeska duduk di samping Gio, menatap layarnya sejenak sebelum mengungkapkan keluhannya. "Gue laper," ujarnya dengan nada meminta.

Gio tetap tidak mengalihkan pandangannya. "Masak sono, ya kali lo nyuruh gue masak." Kata Gio, membuat darah Valeska mendidih seketika.

"Anjir, bisa santai ngga ngomongnya? Gue kan ngga ngegas," ujarnya dengan nada kesal.

"Jangan ngomong aja bisa nggak?nanti gue kalah, Val," ujar Gio dengan suara sedikit keras, tetap fokus dengan gamenya.

Valeska menyandarkan tubuhnya ke sofa "Berapa menit lagi sih? Dari siang game terus," tanya Valeska, suaranya mulai terdengar tidak sabar.

"Tunggu lima menit lagi," jawab Gio dengan acuh tak acuh.

"Lama banget, semenit kek," desak Valeska, tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

Gio memutar kepalanya. "Ck, Diem Valeskaa," ujar Gio menghadap Valeska, nada suaranya menandakan frustrasi. Valeska langsung terdiam, namun ketidakpuasannya masih terlihat jelas.

"Yaudah iya," jawab Valeska,terlihat wajahnya yang cemberut, mencoba untuk menahan emosinya.

"Gimana si, orang gue laper juga. Kalau gue sakit perut terus masuk rumah sakit, pasti nanti ngga mau di salahin," keluh Valeska dengan suara pelan. Gio yang mendengar gerutuan Valeska akhirnya mematikan handphone, dengan posisi game yang belum selesai sampai kemenangan.

"Mau lo apa?" tanya Gio dengan nada lebih lembut, meski hatinya menahan kesal, ingin sekali memukul gadis di hadapannya sekarang juga. Jika perlu sampai tinggal nama.

"Makan lah. Gue kan laper," ujar Valeska, menatap Gio dengan penuh harapan.

"Kalau laper ya masak, kenapa banyak omong si?" Gio membalas dengan nada sinis.

Valeska menahan emosinya, berusaha tetap tenang. "Ka Giooo, gue mau masak apaan? Masak air? Udah tau kita belum belanja apa-apa," ujarnya dengan nada putus asa.

"Mie instan ngga ada?" tanya Gio, mulai menunjukkan ketidakpedulian.

Valeska menggeleng. "Emangnya lo ngga laper apa?" tanya Valeska, merasa frustrasi.

"Laper si, gue juga belum makan juga dari siang," jawab Gio, masih dengan nada yang sama.

"Kalau gitu, ayo keluar bareng buat nyari makan" ujar Valeska, mencoba menawarkan solusi.

"Ngga mau, nanti kalau ketemu temen sekolah gimana? Bisa-bisa gue dituduh selingkuh," jawab Gio, menunjukkan ketidaksetujuan.

"Ngga mungkin lah, Kak. Komplek kita tuh baru, di depan juga kayaknya jarang ada anak anak sekolah yang nongkrong disitu. Udah lahhh, temenin gue ayok." ujar Valeska memaksa Gio sambil menarik tangan pria itu. Namun Gio tetap tidak ingin menemaninya.

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang