🌹Part 49. Graduation Gio

787 85 15
                                    

Pagi itu, sinar matahari menyinari sekolah dengan lembut, seakan ikut merayakan hari yang istimewa. Suasana di sekeliling dipenuhi kebahagiaan bercampur haru. Hari kelulusan telah tiba, momen yang dinantikan oleh semua siswa, termasuk Gio, yang berdiri di barisan paling depan dengan dada yang dipenuhi rasa bangga. Wajahnya tenang, namun di balik ketenangan itu, ada perasaan syukur dan pencapaian yang luar biasa.

Di antara lautan wajah yang berseri-seri, Valeska berdiri bersama orang tua Gio, Diana dan Martin, serta orang tuanya sendiri, Sandra dan Dito. Valeska mengenakan dress selutut berwarna biru muda, terlihat begitu anggun namun tetap sederhana. Tatapan matanya terus mencari sosok suaminya di antara kerumunan, tidak sabar menantikan momen di mana Gio menerima surat penghargaan atas pencapaiannya. Dalam benaknya, ada perasaan bangga yang tak terbendung, melihat pria yang dia cintai melangkah maju dalam hidupnya.

Di belakang barisan Valeska, Shavira, Citra, dan Laura hadir dengan semangat yang sama. Mereka membawa hadiah kecil sebagai tanda penghargaan dan cinta untuk teman-teman mereka, Gio, Dimas, Bimo, dan Rendra. Mereka tahu, momen ini lebih dari sekadar perayaan kelulusan. Ini adalah perayaan persahabatan, kenangan yang terukir indah di hati mereka semua.

Acara perpisahan berlangsung dengan lancar. Nama demi nama disebutkan, dan ketika akhirnya nama Gio terdengar di seluruh ruangan, sorakan dan tepuk tangan bergemuruh. "Giova Sandeva Dewangga, peringkat keempat dari 264 siswa." Diana menahan air mata kebahagiaan, bibirnya bergetar dengan senyum penuh rasa bangga. Martin, yang biasanya tegas, tersenyum hangat, merasakan pencapaian putranya seolah itu adalah pencapaiannya juga. Sandra dan Dito, meski tidak mengucapkan sepatah kata, tatapan mereka mengisyaratkan rasa syukur dan kebanggaan terhadap pilihan putri mereka, Valeska.Saat Gio melangkah maju untuk menerima penghargaan, langkahnya terasa ringan. Di saat yang sama, pandangannya mencari sosok Valeska. Ketika matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta dari Valeska yang tersenyum manis di kejauhan, hatinya bergetar. Dia tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang mereka berdua, mereka yang telah berjuang bersama dan akan terus melangkah bersama ke depan.

Setelah acara resmi selesai, suasana menjadi lebih santai. Gio berjalan mendekati Valeska, Diana, dan Martin, sementara di belakangnya, Dimas, Bimo, dan Rendra mengikuti. Di tempat lain, Shavira, Citra, dan Laura juga berkumpul, menunggu untuk memberikan selamat kepada teman-teman mereka.Mereka semua memutuskan untuk mencari tempat yang lebih tenang di luar gedung, di bawah pohon besar yang selama ini menjadi saksi bisu dari semua kenangan manis mereka. Angin sepoi-sepoi menyapa mereka, membawa aroma segar dari dedaunan yang berguguran. Valeska menjadi yang pertama membuka percakapan, suaranya lembut namun penuh makna. "Ka Gio, selamat ya... I'm so proud of you," ucap Valeska, matanya berbinar dengan penuh haru. Tatapannya begitu dalam, seakan ingin mengungkapkan betapa berartinya momen ini baginya.

Gio tersenyum, senyum yang tulus dan penuh kehangatan. Dengan lembut, dia mendekap Valeska dalam pelukannya. "Makasih sayang," bisiknya pelan, seolah hanya ingin dia dan Valeska yang mendengarnya.

"Tolong ya, disini ada jomblo loh. Jangan bikin kita iri" celetuk Rendra, si paling bisa mencairkan suasana.

Valeska tersenyum dalam dekapan Gio, merasakan kehangatan yang tak tergantikan. Setelah melepaskan pelukan, Valeska melanjutkan, kali ini dengan suara yang lebih ceria, "Dan untuk Ka Dimas, Ka Bimo, Ka Rendra... Kalian luar biasa! Keren banget, Selamat ya!"Dimas tersenyum hangat.

"Thanks, Val. Ini bukan cuma keberhasilan gue, tapi juga keberhasilan kita semua," katanya sambil merangkul Gio dan Bimo dengan penuh rasa persahabatan. Dimas lalu merangkul Rendra, memberikan tatapan yang tulus. "Dan lo, Ren. Lo keren, sumpah, nantri traktir ya" lanjutnya dengan nada yang penuh kebanggaan dan candaan.

"Yaelah, traktiran mulu hidup lo" celetuk Rendra.

Gio mendekati Rendra, "Congrast, gue bagga sama lo"

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang