❄Part 10. Makan Malam

883 88 30
                                    

Vote dulu! ⭐

***

Langit sore mulai berwarna jingga, perlahan berubah menjadi warna keunguan, memberikan pemandangan indah yang menenangkan. Gio berjalan santai di samping Rahel di taman kota, sesekali mendengar suara burung yang kembali ke sarangnya, menciptakan suasana yang damai.

Rahel menggandeng lengan Gio dengan bergelayut manja, sesekali tersenyum sambil mengajak ngobrol hal-hal ringan. "Sayang, kamu lagi ada masalah ya? aku liat-liat dari tadi kaya sedikit murung gitu." ujar Rahel.

Gio menoleh sedikit dan memberikan senyum hangat, "Ngga sayang, Aku ngga ada masalah, mungkin sedikit capek aja. Makannya aku ngajak kamu kesini biar bisa sedikit tenang." ujar Gio.

Rahel tersenyum, merasa nyaman berada di samping Gio. Setelah beberapa langkah, mereka melewati pedagang martabak yang tengah sibuk melayani pembeli. Aroma manis dari martabak tercium jelas, membuat perut Rahel berbunyi pelan.

"Sayang, aku pengen martabak, yuk beli!" ajak Rahel dengan semangat.

Gio tersenyum melihat antusiasme Rahel. "Boleh. Mau yang manis atau asin?"

"Yang manis aja, deh. Pake keju, coklat, sama kacang." jawab Rahel sambil tertawa kecil.

Mereka berdua lalu mendekati penjual martabak. Rahel sibuk memilih topping, sementara Gio hanya tersenyum melihatnya. Setelah selesai memesan, mereka menunggu martabak selesai dibuat. Waktu terasa berlalu lebih cepat ketika mereka mengobrol ringan tentang sekolah, teman-teman, dan rencana akhir pekan.

Tak lama kemudian, martabak mereka siap. Gio dengan senang hati mengambil martabak itu dan memberikan uang ke penjual. "Makasih, Pak!" katanya ceria.

Mereka lalu berjalan mencari tempat duduk yang nyaman di taman. Setelah beberapa saat, mereka menemukan kursi panjang yang menghadap ke kolam kecil di tengah taman. Gio dan Rahel duduk berdampingan, membuka kotak martabak, dan mulai menikmati makanan mereka.

"Enak banget martabaknya!" kata Rahel sambil mengunyah potongan martabak yang masih hangat.

"Kamu harus nyoba, sayang." ujar Rahel. Rahel menyuapkan sepotong martabak kepada Gio.

Gio mengangguk setuju, "Hmm, enak banget." Gio pun mengambil sepotong martabak untuk dirinya sendiri. "Iya, apalagi kalau makannya pas lagi santai kayak gini, rasanya jadi makin nikmat."

Rahel menoleh ke arah Gio, melihat wajahnya yang tampak lebih rileks dari biasanya. "Gio, beberapa hari ini kamu aneh."

Gio tersentak mendengarnya, dia buru-buru menelan potongan martabak yang dia makan sebelum menjawab, "Aneh kenapa, biasa aja ah. Ngga ada yang beda kok." ujar Gio menutupi kegugupannya.

Rahel tersenyum kecil. "Kamu sekarang selalu lebih awal pulang ke rumah, biasanya kan pulang sekolah kamu selalu ajak aku jalan-jalan dulu, ntah itu ke taman atau sekedar keliling naik mobil kamu." ujar Rahel. Ternyata gadis itu menyadari perubahan Gio, yang bahkan gio tidak menyadari itu.

Gio menangkup kedua pipi Rahel, "Sayang, kamu overthinking ya?" tanya Gio yang mendapat anggukan dari Rahel. "Kamu ngga usah overthinking yaa, aku itu sama seperti dulu, Aku Gionya Rahel. Aku kaya gitu karena emang beberapa hari ini ada kesibukan di rumah." ujar Gio, lagi lagi dia harus berbohong untuk menutupi kebenarannya.

"Udah ya, kita lanjut makan martabaknya lagi, oke." ujar Gio, Rahelpun mengangguk pelan.

Mereka terus menikmati martabak dan mengobrol tentang berbagai hal, mulai dari cerita lucu yang terjadi di sekolah, sampai impian mereka di masa depan. Suasana taman semakin tenang, dengan hanya suara daun yang bergesekan dan air yang beriak pelan di kolam sebagai latar belakang obrolan mereka.

GIOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang