Saat ini waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. GleNata sedang berada di rumah pohon. Mereka sedang menikmati kunang-kunang yang berterbangan sambil makan es krim.
"Kak, Nata mau tanya boleh?"
"Boleh."
"Kenapa kak Raka sebegitu marahnya ke kakak? Sampe emosinya gak terkontrol lagi?"
"Sebenarnya gue lebih kenal Raka duluan daripada yang lain. Raka itu teman dari gue kecil. Gue pernah bilang kan gak ada yang tau tentang permasalahan gue sama Jevin?"
Nata mengangguk.
"Sebenarnya, Raka tau. Tapi cuma Raka yang tau. Karena gue selalu cerita ke dia."
"Kenapa kakak gak cerita ke yang lain juga?"
"Gue rasa itu gak perlu dan gak penting juga."
"Hmmm. Terus sekarang gimana? Kak Raka aja gak mau ngomong sama kakak. Nata jadi merasa bersalah tau."
"Lo gak perlu ngerasa bersalah. Raka emang gitu orangnya. Dia kalo udah kebawa emosi, butuh waktu untuk tenang. Nanti juga dia sendiri yang minta maaf, lihat aja."
Nata menganggukan kepalanya sambil menikmati es krim.
"Justru sekarang gue kasihan sama lo."
Nata menoleh ke Glen. "Kenapa?"
"Lo jadi di jauhin sama Laras dan Nova."
"Oh. Nata gak masalah kok, kak."
"Maaf ya. Gara-gara gue, lo jadi ikutan di marahin. Apalagi Raka ngomongnya gak enak di hati."
"Gakpapa, kak Glen. Nata santai aja. Nata tau kak Raka lagi emosi. Orang emosi pasti omongan yang gak enak keluar semua. Kak Glen juga gitu pasti, kan?"
"Iya."
Nata sudah selesai dengan es krim nya. Ia membersihkan mulut dan tangannya dengan tisue basah.
"Kak, kakak gak ada niatan baikan sama Jevin?"
"Kita sama-sama keras kepala. Susah di baikin juga."
"Daripada kalian terus-terusan berantem kayak gini. Kalo kalian damai kan enak lihatnya."
"Gak tau deh."
"Kakak sebentar lagi lulus, kan?"
"Banyak ya pertanyaan lo."
"Ya daripads kita diem-dieman disini. Ngapain coba? Mendingan Nata banyak ngomong. Kalo Nata banyak diem, berarti Nata gak baik-baik aja."
"Ya ya ya."
"Kakak rencana lulus sekolah lanjut kuliah atau kerja?"
"Kuliah."
"Dimana, kak?"
"Universitas Dharmendra."
"Lho emang ada?"
"Lah lo gak tau?"
Nata menggelengkan kepalanya.
"Universitas Dharmendra gak jauh dari SMA Dharmendra. Jalan kaki juga nyampe. Lo udah lama disini, tapi gak merhatiin."
"Oh iya kah, kak? Ih Nata gak tau. Nata emang jarang merhatiin jalan."
"Besok sebelum ke rumah sakit, kita kan ke sekolah dulu buat ngasih surat izin gak masuk sekolah. Nanti kita lewatin itu kampusnya."
"Okeee. Berarti kita masih deket dong kak, kalo kakak kuliah disana."
"Iya. Lo masih dalam pengawasan gue."
"Di kira Nata apaan kali pake di awasin."
"Biar lo aman. Selagi masih ada Jevin, lo gak aman."
"Hmm benar juga. Nata pikir, kakak bakalan kuliah jauh atau kerja jauh. Di luar kota atau di luar negeri. Nata udah takut aja jauh dari kakak."
"Gue males jauh-jauh. Mendingan kuliah di kampus keluarga. Jadi gratis."
"Benar juga ya."
"Kakak mau ambil jurusan apa nanti?"
"Jurusan menuju hati lo aja ada gak?"
"Yeh kakak sempet-sempetnya mau gombal."
Glen tersenyum. "Rencana gue mau ambil Manajemen."
"Cita-cita kakak apa?"
"Gue berasa di introgasi."
"Jawab aja, kak."
"Cita-cita gue nikah dan punya anak sama lo."
"Kak, jangan mulai deh. Nata serius."
"Gue gak ada cita-cita yang signifikan. Setelah lulus kuliah, gue bakalan kerja di kantor papa."
"Nata harap, kakak sukses selalu ya, kak."
"Amin. Lo juga."
"Amin."
Mereka berdua pun terdiam. Nata tersenyum sambil melihat kunang-kunang.
"Kak, kalo Nata gak ada. Kakak bakalan kangen gak sama Nata?"
Glen menoleh ke arah Nata. "Maksud lo apa?"
"Nata nanya lho, kak."
"Ya maksud lo apa nanya kayak gitu."
"Gak ada, kak. Nata cuma nanya. Kalo Nata gak ada, kakak bakalan kangen gak sama Nata? Atau justru kakak cari kebahagiaan yang lain?"
Glen tidak mengerti apa yang di maksud Nata. Ia pun memegang kedua pundak Nata dan mengarahkannya untuk menghadap Glen. Mata mereka saling bertemu. Nata tersenyum melihat Glen, namun berbeda dengan Glen yang bingung saat menatap Nata.
"Gue akan selalu kangen sama lo. Sehari aja gue gak ketemu lo, gue udah gelisah. Contoh kecil aja. Setelah kita pulang ke rumah masing-masing nanti pasti gue kangen sama lo, padahal kita baru ketemu."
"Kalo kita gak akan pernah ketemu lagi gimana, kak?"
"Maksud lo apa sih? Lo mau ninggalin gue kemana?"
"Kalo Nata pergi jauh, jauh banget, gimana?"
"Cukup ya Nata. Gue gak mau denger ucapan kayak gitu lagi. Emangnya lo mau pergi kemana, hah?"
Nata hanya tersenyum menatap Glen.
"Ucapan lo, seakan lo akan pergi jauh ninggalin gue. Jangan pernah ninggalin gue."
"Maaf ya, kak."
"Lo gak perlu minta maaf. Intinya jangan pernah ninggalin gue."
"Nata akan selalu ada di hati kak Glen."
Tiba-tiba Glen memeluk Nata dengan erat.
▪︎▪︎▪︎
Saat ini Nata sedang bermain dengan kunang-kunang. Seperti anak kecil yang kesenangan mendapatkan mainan baru. Glen tersenyum melihat Nata, ia juga merekam moment tersebut.
"Gue harap lo selalu bahagia kayak gini, Nat."
"Plis jangan pernah pergi ninggalin gue. Gue merasa sangat hampa tanpa lo. Senyuman lo, tertawa lo, celotehan lo, semuanya membuat gue tenang."
"Lo berhasil membuat gue jatuh cinta sama lo sampai saat ini. Lo berhasil, Nat."
"Kak, kunang-kunangnya semakin banyak. Ih indah banget." Ucap Nata.
"Kayak lo."
"Hah?"
"Indah kayak lo."
"Yeh kakak bisa aja."
"Nat, gue gak tau harus berkata apa lagi? Gue sayang banget sama lo. Gue berharap kita akan selalu bersama selamanya."
▪︎▪︎▪︎▪︎
DUH GLEN MAKIN SWEET AJA DEH LO
KAMU SEDANG MEMBACA
GLENATA
Teen Fiction❌️ DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA INI ❌️ KARYA INI ASLI KARANGAN SENDIRI. JIKA ADA NAMA, TEMPAT, WAKTU YANG SAMA. ITU TIDAK DISENGAJA. PERTAMA KALINYA AKU PAKAI PEMERAN DARI INDONESIA. SEMOGA SUKA 😊 •••• "Lo hanya boleh dekat sama gue!" "Tapi kak...