❤️
Semalaman, Anita terus terpikirkan masalahnya hingga tak dapat tidur.
Pagi-pagi sepulang dari pasar, Ilham dan Anita membuka toko, merapihkan barang jualan. Seorang ibu-ibu muncul berbelanja, dilayani oleh Ilham.
"Teh, bungkus enog na tilu!" ujar pemuda itu pada sang kakak.
Anita segera mengambil plastik.
"Beli apa lagi bu?" tanya Ilham.
Si pembeli menyebutkan belanjaannya, dia mencatat di kertas.
Sekantung keresek belanjaan telah diberikan pada si pembeli.
Dia cek,
"Telur nya mana? Kok ada tomat? Saya kan gak pesen," Ditemukan tiga buah tomat merah dalam plastik.Ilham heran. Lalu memandang sang kakak yang kini menyapu halaman toko.
"Maaf, bu.. Sebentar saya bungkus telur nya ya,"Setelah pembeli tersebut pergi, Ilham bertanya pada Anita.
"Si teteh kunaon salah ngabungkus?"Hanya ekspresi wajah Anita yang ikut bertanya balik.
"Kan nu dipesen enog." Ilham kesal.
(Iya. Kan yang dipesen telur)Anita keheranan sendiri.
"Ngalamun wae teteh mah. Kunaon atuh?"
(Melamun aja teteh. Kenapa atuh?)
Dari tadi dia sering mendapati kakaknya melamun. Tidak fokus.Lemas, pikiran kacau, begitulah keadaan Anita. Sampai membuat dirinya seolah ingin menyerah pada semuanya.
Dia kembali ke dalam toko. Duduk di kursi, diam seribu bahasa.
Petang. Setelah makan malam, bu Lina mencari keberadaan si sulung.
"Ilham, teteh mu mana?"
"Tadi pergi sama a Sopyan, mah,"
"Kemana?"
"Gak tau,"
Ya. Dengan keadaan kesehatan yang kurang baik, Anita memutuskan pergi ke Sumedang sore ini, diantar Sopyan mengendarai motor.
Di jok motornya yang lumayan jauh dari halaman rumah, Sopyan duduk mengkhawatirkan sang teman.
Halaman samping kediaman Marie yang menyuguhkan panorama hamparan pesawahan hijau menguning. Dua perempuan berdiri berdampingan. Suasana emosional, amarah begitu ketara.
Hanya Anita yang menatap."Kamu harus mendengarkan apa yang saya alami kemarin sebelum kamu kembali ke Sumedang. Saya sudah berhasil sampai di Rumah sakit, menemuimu, berniat membahas semuanya, dan jujur pada orangtua mu. Namun seperti yang telah saya bilang tadi, saya pingsan. Tidak bisa langsung menyusulmu. Saya sangat menyesalinya. Saya sadar saya sangat salah,"
Dalam benaknya, Marie ingat bu Lina mengatakan jika Anita sedang pergi bersama Sandi.
'Jadi yang dikatakan bu Lina tidak benar..?
Mengapa? Apakah dia se begitu mengharapkannya pernikahan mereka? & sengaja membuatku sedih?'"Saya minta maaf, Marie.. Saya mohon tetap kita bersama,"
"Sedangkan kamu berumah tangga bersama orang lain?!" sahut Marie sembari berusaha menahan amarah.
"Hati saya tetap hanya untuk kamu. Cuma kamu yang saya inginkan. Saya sudah jelaskan kalau pernikahan itu pemaksaan."
Marie membuang wajah. Melepaskan air mata.
"Saya mohon kita tetap seperti sebelumnya. Ya..!"
"Saya tidak bisa berada diantara kalian. Jangan jadikan saya orang ketiga di rumah tangga mu, Anita,"
"Tapi pernikahan belum terjadi. Saya akan bicara pada kedua orangtuamu. Sekarang."
"Dan membawa mereka berdua turut menjadi penyebab ibu mu murka dan tiada?
Apakah kamu tidak memikirkan bagaimana nanti orangtua saya menjadi hidup dalam penyesalan karena itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...