❤️
Kepala terasa berat, indera penciumannya mencium aroma pengar, dan telinga menangkap suara yang cukup bising. Perlahan, Anita membuka mata.
"Udah bangun, teh," sapa seorang pasien ibu-ibu di ranjang samping kiri.
Badan bangkit menjadi duduk. Anita masih kebingungan. Kenapa dirinya sekarang berada di dalam bangsal rumah sakit. Dan tangan kanannya telah terpasang infusan. Sedikit perih.
Salah seorang perawat muncul memeriksa pasien yang tadi menyapanya.
Setelah selesai, baru Anita bertanya, "Suster, tadi saya kenapa ya?"
"Kamu pingsan di depan rumah sakit, neng. Ditolong dokter Abdul,"
"Pingsan..?"
Itu pertama kalinya dia mengalami. Sampai dia keheranan sendiri sekarang."Tunggu, ya! Nanti dokter Abdul kesini lagi,"
"Iya,"
"Mau minum?"
Anita anggukan kepala.
Berselang beberapa menit, suster itu kembali datang membawa segelas air minum, bersama dokter yang tadi tak sengaja Anita tabrak. Ada name tag Dr. Abdul di sisi kiri dadanya.
"Terima kasih," Anita meneguk perlahan air minum.
"Nama kamu siapa?" tanya sang dokter.
"Anita, dokter."
"Anita, bagaimana keadaan kamu sekarang?"
"Sudah agak lebih baik, dokter. Terima kasih sudah menolong,"
"Sama-sama. Untung kamu pingsan disini, jadi bisa segera ditangani. Sudah berapa hari kamu sakit?"
"Eh, kok dokter tau?" gumam Anita refleks sembari menahan malu.
Iya. Sudah lebih tiga hari kondisi kesehatannya menurun. Semakin terpikirkan masalah perjodohan dan pernikahan yang akan segera diadakan, tak dapat menghindar dari stress. Hingga kesehatan terabaikan, tapi harus terus sibuk mengurus toko dan bu Lina yang bolak-balik rumah sakit.
Hampir tiga hari pula dia belum bertemu Marie, dan hari ini dia memaksakan diri berangkat, walau sudah menyadari tubuhnya sudah sakit. Hari ini dia berniat membahas semuanya dengan Marie, jujur pada kedua orangtuanya. Akan tetapi, mereka telah pulang. Ya, dia akan pergi menyusul ke Sumedang."Apapun kesibukanmu, tetap kualitas kesehatan itu sangat penting. Gak boleh diremehkan ya!" tutur dokter Abdul.
"Iya, dok."
"Jangan iya-iya saja..! Kalau saja hari ini kamu tidak di rumah sakit, pasti beberapa hari lagi kamu bisa jatuh sakit gejala tipes."
Kaget.
"Sekarang kondisi saya bagaimana, dok?" tanyanya khawatir."Lambung kamu tidak baik-baik saja. Tadi saya sudah masukan obat di infusan. Harus lebih semangat ya jaga kesehatanmu!"
"Baik.
Dokter, apa saya bisa pulang sekarang?""Istirahat dulu atuh, neng. Kamu mau pingsan lagi nanti di jalan?"
Raut wajah Anita menjadi murung sedih. Dia tidak bisa berlama-lama, dan tidak nyaman menjadi pasien rumah sakit.
"Sabar ya! Gak akan lama.."
"Baik, dokter." Mau tak mau, Anita menurut.
Di kediaman bu Lina, mendapat kunjungan Marie dan orangtuanya. Dimana sebelumnya, Marie mengajak mereka menjenguk bu Lina, sekaligus ingin bertemu Anita. Sayang, kekasihnya tidak ada. Dan saat menerima kedatangan mereka, bu Lina diam-diam menahan keterkejutan. Terutama pada Marie.
Sekarang, di ruang tamunya, dia berbincang dengan orangtua Marie. Sementara Marie lebih banyak menjadi pendengar.
![](https://img.wattpad.com/cover/376289634-288-k291212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...