Sally Black adalah pewaris terakhir keluarga Black, terlahir dari darah murni dengan garis keturunan yang kuat. Ayahnya, Regulus Black, yang dikabarkan meninggal saat mencoba menghancurkan horcrux Pangeran Kegelapan, meninggalkan Sally saat baru saj...
Sally sebenarnya tidak tahu bagaimana semua ini dimulai. Dia hanya ingat dirinya sekarang duduk bersama Draco di tengah salah satu kompartemen Hogwarts Express. Jubah Slytherin membungkus tubuhnya, terlihat rapi meskipun sudah lama tersimpan. Bahkan Draco pun terlihat seperti versi dirinya beberapa tahun lalu—duduk dengan angkuh, mengenakan jubah serupa, dan tatapan dingin yang seolah menantang siapa saja yang berani menanyakan kehadiran mereka di kereta.
Namun, ada sesuatu yang sangat salah. Mereka bukan lagi murid Hogwarts. Sudah dua tahun berlalu sejak mereka meninggalkan sekolah itu, dan seharusnya mereka menghabiskan waktu untuk memulai hidup dewasa—mungkin mencari pekerjaan, membangun karier, atau bahkan melupakan seluruh drama masa remaja mereka. Alih-alih, mereka justru duduk di sini, berpura-pura menjadi murid tahun ketujuh yang pindah dari Beauxbatons.
Sally menghela napas, mencoba mengingat kembali bagaimana semua ini bermula. Mungkin itu ketika dia mendengar kabar heboh di dunia sihir tentang Piala Dunia Quidditch yang kembali diselenggarakan. Atau mungkin itu ide gila Draco—sebuah alasan konyol untuk sejenak berlibur dari kenyataan. Atau, jika dia jujur, mungkin ini adalah idenya sendiri, sekadar alasan untuk kembali ke Hogwarts. Tempat itu, meskipun penuh kenangan pahit, tetap terasa seperti rumah.
"Kau terlihat seperti akan muntah," suara Draco memecah keheningan. Dia bersandar pada kursi, melipat tangan di dadanya, mencoba terlihat santai.
"Aku memang mau muntah, siapa yang tak ingin muntah ketika orang dewasa seperti kita kembali bertingkah menjadi anak kecil?" Draco tak bisa menahan tawanya, membuatnya mendapat perhatian dari beberapa murid lain.
Draco berdehem, "Je suis désolé," katanya dalam bahasa Prancis, melirik Sally dengan ekspresi puas. "Bukankah kita ini pindahan dari Beauxbatons? Setidaknya aku mendalami peranku."
Sally memutar matanya, ekspresi sebal terlihat jelas di wajahnya. "Awas saja kau kalau ada yang mengenali kita," desisnya, sambil menatap tajam ke arahnya.
Draco mengangkat bahu, terlihat sangat tidak peduli. "Kau terlalu paranoid. Tidak ada yang akan mengenali kita. Lagi pula, kau pikir siapa yang punya waktu untuk mengingat wajah mantan murid Slytherin dua tahun lalu?"
"Aku tahu banyak orang yang punya waktu untuk itu," balas Sally dengan suara tajam. "Apalagi jika mereka mendapati kau di sini, bertingkah seperti seorang bangsawan Prancis yang tersesat."
Draco terkekeh kecil, lalu bersandar kembali ke kursinya. "Mungkin kau benar. Tapi kalau aku terlihat seperti bangsawan, kau lebih terlihat seperti penyusup."
Sally hanya mendengus, terlalu malas untuk membalas ejekan itu. Dia menatap jendela, mencoba menenangkan pikirannya. Kereta terus bergerak, meninggalkan dunia luar, membawa mereka kembali ke tempat yang dulunya penuh kenangan—dan mungkin, masalah.
Pintu kompartemen terbuka tiba tiba, seorang penyihir tua wanita muncul.
"Professor!" Sally terkesiap, langsung bangkit dari duduknya.
"Black, Malfoy. Kupikir kalian tersesat?" Professor Mcgonagal mengangkat salah satu alisnya.
"Professor, aku membayar biaya masuk untuk tinggal beberapa hari di Hogwarts. Tolong biarkan kami, setidaknya sampai Yulle Ball." Draco masih duduk santai di kursinya.
Professor McGonagall menatap mereka dengan tatapan tajam khasnya, jelas tidak terkesan dengan penjelasan Draco. Matanya berpindah dari Draco yang tetap duduk santai ke Sally yang terlihat gelisah, berdiri dengan postur seperti anak kecil yang tertangkap basah melakukan kenakalan.
"Dan untuk alasan apa, Tuan Malfoy, kau dan Nona Black berpikir bahwa kembali ke Hogwarts sebagai—katakanlah—pura-pura murid adalah ide yang bijaksana?" Nada suara McGonagall terdengar lebih seperti peringatan dibandingkan pertanyaan.
Sally membuka mulutnya, tapi tak satu kata pun keluar. Dia melirik ke arah Draco, berharap dia memiliki jawaban yang lebih masuk akal daripada "ingin merasakan nostalgia." Tapi Draco, dengan gaya khasnya, hanya tersenyum tipis.
"Professor, ini adalah—bagaimana aku harus menyebutnya—sebuah proyek pribadi," jawab Draco santai, seolah semua ini adalah hal yang wajar. "Kami hanya ingin mengamati Hogwarts dari sudut pandang yang berbeda... sambil tetap menghormati peraturan sekolah, tentu saja."
McGonagall mendesah, kedua tangannya menyilang di depan dadanya. "Proyek pribadi," ulangnya dengan nada skeptis. "Tuan Malfoy, Nona Black, Hogwarts bukan tempat untuk permainan konyol kalian. Ini adalah institusi pendidikan yang serius."
Sally akhirnya menemukan keberaniannya untuk berbicara. "Professor, kami tidak bermaksud mengganggu. Kami hanya ingin berada di sini... sampai Yule Ball. Kami bahkan tidak akan menarik perhatian."
"Tidak menarik perhatian?" McGonagall mengangkat alisnya lebih tinggi, lalu menatap Sally dengan tatapan penuh arti. "Menurutmu darimana aku tau kalau kalian ada di kereta ini? Semua orang sudah membicarakannya sekarang!"
Draco akhirnya berdiri, menyandarkan tangan di meja kecil kompartemen. "Professor, aku jamin kami akan mematuhi semua aturan. Kami tidak akan membuat masalah. Bahkan, aku yakin keberadaan kami bisa... memperkaya suasana," katanya dengan nada penuh percaya diri.
McGonagall menatapnya, wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda melunak. Dia menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada datar, "Kalian memiliki satu minggu. Jika ada satu pun insiden—satu saja—kalian akan dikeluarkan dari Hogwarts. Dan percayalah, aku tidak akan ragu melakukannya."
Draco tersenyum, membungkuk kecil seolah dia baru saja memenangkan argumen. "Merci beaucoup, Professor."
McGonagall hanya meliriknya sekilas sebelum melangkah keluar dari kompartemen, pintu tertutup dengan suara keras. Suasana hening selama beberapa detik.
Sally menatap Draco dengan mata menyala. "Satu minggu? Kau sungguh berpikir kita bisa lolos tanpa membuat masalah?"
Draco menyeringai, duduk kembali dengan santai. "Tentu saja bisa. Bagaimana sulitnya sih? Kita hanya perlu berbaur, bersikap seperti murid biasa, dan menikmati Yule Ball."
Sally mendesah, lalu duduk kembali dengan gelisah. "Aku tahu ini ide buruk."
"Semua ide bagus selalu terdengar buruk pada awalnya," jawab Draco dengan nada riang, seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. "Percayalah, Sally. Ce sera amusant!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.