Fang memandang hujan yang turun dari balkon kamarnya, dengan segelas alkohol berkadar tinggi di tangan Fang .
Fang meminum air itu sedikit demi sedikit, meski tenggorokannya sudah sakit tapi hatinya lebih sakit, ini bulan kedua dia tidak bersama Tan.
Tan tidak kembali.....bukan....tapi Tan nya belum kembali.
Fang mencoba menghubungi nomor Tan setiap detik, menit, jam dan setiap hari, tapi hanya suasana operator yang menyahut nya, bahkan Fang sudah berselancar di sosial media Tan mengirimnya ribuan pesan.
Namun tetap saja, tidak ada respon seakan Tan menghilang dari dunia ini, hati Fang sakit , dia mencintai Tan, kenapa Tan harus pergi seperti ini.
"Apa akhirnya begini? ." gumam Fang mengulurkan satu tangannya kearah hujan, tentu hujan langsung membasahi tangan Fang.
Jika hujan balkon kamar Fang memang akan basah, jadi jika Fang berdiri disana dia akan terkena hujan apalagi hujan deras seperti ini.
Air mata Fang menetes, dia melihat bayangan Tan tersenyum dan memanggilnya tiirak disela hujan, "seperti nya aku benar-benar sudah gila, haha.... " gumam Fang dengan tawa gentir diakhirnya.
Meletakkan gelas ditangan nya, Fang berjalan ketepi pembatas balkon, merentangkan tangan juga menengadah kan kepalanya keatas, memejamkan mata merasakan setiap tetes hujan yang mulai membasahi tubuhnya.
Dengan cepat kemeja yang dipakainya basah kuyup, Fang tidak peduli dengan rasa dingin, juga dia tidak peduli jika dirinya sakit, hatinya lebih sakit lagi selama Tan tidak ada disampingnya.
Terlepas dari keterpurukan nya, Fang kembali ke kampus, belajar seperti biasa, tapi Fang semakin tidak tersentuh, selain adiknya tidak ada yang bisa mengajak Fang bicara.
Tiap malam Fang akan menghabiskan harinya di club ,minum bersama teman-teman nya hingga mabuk , ini bukan Fang yang dulu, bahkan Fang dulu tidak pernah menyentuh alkohol dengan kadar tinggi hingga mabuk.
Fang berantakan.
Cukup lama Fang dengan posisi seperti itu hingga dia kembali menatap hujan di depannya.
Seharusnya dia diappart Tan, namun karna semalam dia terlalu mabuk, sang adik membawanya ke sini , Phum tidak salah nyatanya dalam keadaan mabuk Fang mengamuk.
Menghancurkan lagi kamarnya yang baru saja dirapikan asisten rumah tangga keluarga mereka.
Jika itu kamar Tan, pasti Fang akan menyesal esoknya, Fang melihat tangannya yang dipenuhi oleh perban dan juga plester kecil, luka yang dia dapat saat mengamuk. Siapa yang bisa menghentikan nya, tentu saja Tan.
Fang duduk bersandar di batas balkon itu, menunduk lagi memikirkan Tan, air mata yang setia mengalir di pipinya ditutupi air hujan, Fang menangis ditengah hujan deras yang membasahi tubuhnya.
"Fang.....! " Phum bergegas menuju Fang , dia menarik Fang untuk berdiri, Fang hanya mengikutinya .
"Kenapa hujan-hujan Fang?, kamu bisa sakit.... " Phum bicara lembut, mengambil handuk dan membalut tubuh Fang.
Fang hanya diam, menatap Phum sekilas lalu kembali berjalan mengambil botol yang ada diatas meja kamarnya. Meminumnya langsung beberapa tegukan.
"Fang hentikan, ! " Phum yang baru sadar dengan kelakuan kakaknya langsung menghentikan.
Phum menarik botol itu dari tangan Fang , dan kembali membawa sang kakak duduk di ranjang meski kamar Fang berantakan semua berserak Phum tidak bisa protes.
"Fang , Phum mohon berhentilah seperti ini Fang... Phum tidak kuat melihat Fang seperti ini. " air mata Phum menetes cepat, bagaimana tidak ini sudah dua bulan lebih, dan kakaknya tidak ada perubahan.
Beberapa kali Fang masuk rumah sakit, berat badan Fang juga turun drastis, Fang mabuk-mabukan, mengamuk setiap kali dia tersadar dari mabuk nya bahkan Fang juga mengiris tangannya sendiri.
Entah kenapa Fang bisa seperti ini hanya karna Tan, hanya? Entahlah Phum tidak tau apa yang dirasakan kakaknya, melihat Fang cuek sama Tan , dia kira Tan hanya cinta sepihak seperti yang diucapkan temannya yang lain.
Tapi lihatlah sekarang, kakaknya begitu hancur, hanya dia yang bisa melihat betapa sakitnya sang kakak saat kehilangan Tan.
Dimana Tan? Kenapa Tan begitu tega seperti ini meninggalkan kakaknya.
"Fang,,,,Fang masih punya Phum disini , Fang tidak sendiri, lihat Phum Fang, Phum juga sakit melihat Fang seperti ini. Mana Fang nya Phum yang dulu kuat dan selalu melindungi Phum, Fang tau, Phum juga butuh Fang disini. "
Fang hanya diam tidak ada respon, Lagi-lagi Phum meneteskan air matanya, dia tidak tau lagi harus melakukan apa untuk mengembalikan kakaknya seperti dulu, apa cuma Tan yang bisa menyembuhkan kakaknya.
Bagaimana dengan orang tua mereka, ck, Phum tidak akan membahas nya, kedua orang itu tidak peduli dengan Fang apalagi Phum . Yang mereka tahu semua berjalan dengan apa yang mereka inginkan.
Phum menghapus air mata Fang yang mengalir lalu membawa Fang kedalam pelukannya, Fang hanya menurut, dia membiarkan Fang menenangkan diri di pelukannya.
Tidak lama Fang tertidur, Phum merebahkan Fang diranjangnya, lalu menukar baju Fang yang sudah basah.
Setelah selesai Phum keluar dari kamar Fang, dia melihat Peem masih ada disofa dia meninggalkan pria itu tadi untuk melihat sang kakak.
"Bagaimana? " tanya Peem melihat Phum yang terlihat habis menangis,Peem berjalan mendekatinya.
"Sama saja, Peem apa yang harus aku lakukan? " tanya Phum, mendengar itu Peem membawa phum kedalam pelukannya.
"Tenang ya, kita lagi berusaha menghubungi Tan lewat orang tuanya, "
Phum hanya mengangguk,lalu membalas pelukan Peem dengan erat, dia beruntung mendapat Peem yang mau memeluknya dan ada untuk nya setelah sang kakak.
»»————> 𝑡𝑏𝑐 <————««
𝑈𝑑𝑎ℎ belum? 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
TANFANG (Enemies to lovers)
RomansaBerawal dari Fang yang mengajak ribut seorang pemuda bernama Tan , pemuda yang menjadi ketua tim sepak bola dari sekolah lain. Fang mendapat laporan dari adiknya kalau salah satu dari anggota Tan adalah orang yang membully adik angkat Fang, yang be...