Accident | 26

512 23 1
                                    

[Tidur Bersama]

"Reyna," panggil Jayden di ambang pintu kamar Reyna yang terbuka, memperlihatkan Reyna sedang duduk di tepi ranjang.

"Kenapa?" Tanya Reyna sambil menatap Jayden.

"Gak jadi tidur di kamar gue?" Tanya Jayden.

"Enggak ah, nanti kamu tidur di mana." Tolak Reyna.

"Gue gampang, ayo kalo mau tidur kamar gue, gue gak bakal ngapa-ngapain kok."

Reyna sejujurnya ragu, tapi ia juga sangat ingin tidur di kamar Jayden. "Iya deh, mau." Mereka berdua lalu masuk kamar Jayden yang berada tepat di samping kamar Reyna.

"Loh, kamu mau kemana?" Tanya Reyna ketika melihat Jayden mengambil satu bantal dan selimut dari dalam lemari.

"Gue tidur di sofa sana," Jayden menujuk sofa di sudut kamar menggunakan dagunya.

"Kok gitu? Ini kan kamar kamu, biar aku aja yang tidur di sofa," Reyna berusaha merebut bantal dan selimut dari tangan Jayden.

"No, lo tidur di kasur biar gue yang di sofa." Tolak Jayden dengan nada sedikit tinggi, ia kelepasan.

Reyna menundukkan kepalanya. Jayden menghela napas pasrah.

"Rey dengerin gue, lo pengen tidur di kamar ini kan? Yaudah lo tidur di kasur, gue di sofa. Kita baru aja baikkan, gue tau buat tidur seranjang itu masih jauh, jadi gue yang di sofa lo di kasur," jelas Jayden dengan nada yang lebih lembut.

Reyna mendongak. "Tapi mereka pengen di elus papanya," cicit Reyna sambil mengelus perut sendiri.

"Oke, gue elusin. Lo tiduran dulu." Putus Jayden. Reyna lalu berbaring dan diikuti Jayden yang duduk di sampingnya.

Dengan ragu, Jayden menyentuh perut Reyna. Reyna yang merasakan elusan Jayden pun tak bisa menyembunyikan senyumnya, sekarang hatinya menghangat dan perutnya serasa berisi kupu-kupu berterbangan.

"Tidur ya," ucap Jayden, dan benar saja rasa kantuk mulai menyerang Reyna. Setelah memastikan Reyna tidur nyenyak, Jayden lalu mengecup perut Reyna. "Maafin papa, ya," ucap Jayden pelan lalu menyelimuti Reyna sebatas dada. la kemudian kembali ke sofa untuk tidur juga.

Pukul 23.30

Reyna terbangun, ia menatap langit-langit kamar. "Ugh, Reyna laper," kata Reyna. Ia lalu duduk dan melihat Jayden tidur di sofa dengan lengan kiri yang menutupi matanya.

"Kenapa tiba-tiba pengen pecel ayam?" Reyna mengelus perutnya. "Kalian pengen pecel ayam?" Tanya Reyna pada calon anaknya. "Besok aja ya? Sekarang kita makan apa yang ada dulu," bisik Reyna lalu bangkit dan pergi ke dapur.

"Gelap banget," Dengan takut, Reyna berjalan ke dapur. Ia lalu membuka kulkas dan mendapati ada sekotak pizza.

"Woah ada pizza," serunya. Namun, ia mengurungkan niat untuk mengambil pizza itu. "Jangan deh, itu punya Jayden."

Akhirnya, Reyna hanya memakan biskuit khusus ibu hamil yang mama belikan. Saat tengah menikmati biskuit tiba-tiba ada sesosok bayangan mendekati Reyna.

"Hah Reyna kira siapa." Reyna menghela napas lega saat menyadari ternyata itu Jayden. "T-tapi Jayden kan tadi tidur. "Reyna buru buru melihat ke bawah, memastikan kaki Jayden, "oh napak kok."

"Gue emang masih napak," sinis Jayden. "Ngapain?" tanya Jayden.

"Makan, laper." Jawab Reyna.

"Kenapa Cuma makan biskuit? Itu di kulkas ada pizza." Ucap Jayden lalu mengambilnya, "nih."

Reyna menunduk menatap pizza di depannya, ia lalu mendongak menatap Jayden. "Kenapa?" tanya Jayden.

"Aku pengen pecel ayam," cicit Reyna. Sedetik, dua detik, bahkan sampai lima detik Jayden tak merespon, membuat Reyna canggung telah meminta hal tersebut kepada Jayden.

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang