Accident | 6

891 20 0
                                    

[Demam]

Satu jam kemudian, Reyna sudah terbangun dari tidurnya. Reyna merasakan tubuhnya sudah lebih baik, la melihat Steve yang sedang duduk dengan kepala yang diletakkan di kasurnya. Steve tertidur.

Seketika ia ingat kejadian di club dan semua perhatian Steve kepadanya selama
ini, khususnya hari ini. la rela meninggalkan ulangan demi dirinya padahal Steve semalam pasti sudah belajar mati-matian.

Tiba tiba ia menangis, akankah Steve akan selalu bersamanya jika sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Steve mau menerima keadaannya sekarang?

Reyna membayangkan jika Steve menjauhinya dan tinggallah Reyna sendirian. Bayangan itu membuat tangis Reyna semakin deras. Walaupun berusaha untuk tidak mengeluarkan suara, tetapi tetap saja Reyna terisak dan membangunkan Steve.

Steve yang terbangun karena suara isakan pun panik. "Kenapa? Ada apa? Ada yang sakit? Mau ke rumah sakit?" Tanya Steve bertubi-tubi.

Mendengar pertanyaan Steve yang bernada khawatir, bukannya membuat tangis Reyna mereda namun malah semakin keras.

Reyna lalu duduk dan memeluk erat tubuh Steve. Tubuh yang selama ini menemaninya, tubuh yang selama ini menjaganya, tubuh yang selama ini selalu ada untuknya.

"Heh kenapa? Mimpi buruk?Ada yang sakit? Tanya Steve lembut sambil mengelus punggung Reyna.

Aku takut Steve ninggalin Reyna, batin Reyna menjawab.

Reyna hanya bisa menggeleng lemah sambil terus menumpahkan tangisnya pada bahu Steve. Membasahi baju Steve dengan air matanya.

Setelah merasa mendingan, Reyna melepaskan pelukan-nya. Ia menatap Steve dalam-dalam.

"Steve mau janji sama Reyna?" Tanya Reyna dengan suara serak.

"Janji apa, hm?" tanya Steve sambil menghapus air mata Reyna."Steve harus janji ya, gak bakal ninggalin Reyna, tetep jadi sahabat Reyna apapun yang terjadi." Jawab Reyna sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

Walaupun sedikit bingung dan sedikit tak terima dengan kalimat terakhir Reyna, tapi Steve tetap mengaitkan kelingkingnya dan kekingking Reyna. "Iya janji," ucap Steve dengan senyuman tulusnya yang dibalas senyuman lebar Reyna.

Sial berdebar lagi ni jantung! Batin Steve.

"Steve bisa telfonin mama nggak?" tanya Reyna. "Suruh pulang ya."

Steve pun mulai mengutak atik ponselnya menghubungi mama Renata.

"Gimana?" tanya Reyna ketika Steve sudah selesai berbicara dengan mama Renata di telepon.

"OTW pulang." Jawab Steve.

"Kamu kalo mau pulang, pulang aja"

"Gak, aku mau jagain kamu." Tolak Steve.

"Pulang, ganti baju. Besok masih dipake." Ucap Reyna. "Lagian mama juga udah di jalan kan?"

Akhirnya Steve hanya bisa menghela napas pasrah. Ia lalu bangkit dan mengambil tasnya di sofa sudut kamar lalu pulang kerumahnya.

***

"Sayang, kenapa?" Tanya seseorang yang baru saja masuk kamar Reyna. Itu mamanya, mama Renata.

"Kenapa bisa demam?" Tanya mama Renata lalu mengelus kepala Reyna.

"Gak tau mah, emang mau demam aja" jawab Reyna disertai kekehan.

"Dasar, ini udah ga terlalu panas." Ucap mama sambil menyentuh dahi Reyna. "Siapa yang ngompres kamu?" Tanya mama yang melihat kompresan di nakas.

"Steve, tadi dia yang jagain Reyna."

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang