[Makan Malam]
Reyna membersihkan badannya lalu memakai bajunya. Tak lupa ia menyemprotkan parfum beraroma strawberrynya.
Sebenarnya ia agak kesulitan melakukan itu semua sendiri, karena biasanya ada Bi Minah yang membantunya.
Reyna lalu duduk di meja makan menunggu Jayden pulang. Sesekali menatap bangga hasil masakannya itu.
"Reyna udah bisa masak." Gumam Reyna lalu terkikik sendiri.
Jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Namun, Jayden belum juga menampakan batang hidungnya. Beberapa kali juga Reyna menelepon Jayden. Namun, hanya ada jawaban dari operator yang mengatakan nomor Jayden tidak aktif.
Reyna memustuskan berpindah ke sofa untuk menunggu Jayden pulang. Tangannya terulur mengusap perutnya yang masih rata.
"Papa kamu kemana ya?" Gumam Reyna kepada anak di perutnya.
Jam menunjukan pukul sepuluh malam, tetapi Jayden belum juga kembali padahal perut Reyna telah keroncongan sejak tadi. Dan mungkin janinnya pun meminta jatah.
Reyna mulai lelah dan mengantuk. Hingga ada seseorang membuka pintu rumahnya dari luar.
"Jayden-"
Jayden masuk dengan berjalan sedikit sempoyongan, dan yang lebih mencengangkan adalah keberadaan Yena.
yang memakai baju kurang bahannya sedang merangkul tubuh Jayden."Heh ambilin minum sana." Suruh Jayden pada Reyna yang berdiri di depannya.
"Makasih Yena udah nganterin Jayden, sekarang kamu bisa pulang." Ucap Reyna sambil berusaha mengambil alih tubuh Jayden dari rangkulan Yena.
"Heh, gak sopan banget sih ngusir tamu." Sentak Jayden sambil menjauhkan tangan Reyna.
"Gak papa gue juga mau langsung pulang." Sahut Yena menengahi. Ia lalu membawa Jayden duduk di sofa.
"Gak boleh, lo disini dulu." Cegah Jayden sambil memeluk Yena.
Reyna sakit hati melihatnya.
"Yen, maaf bisa dilepas gak pelukannya?" Pinta Reyna pada Yena.
Jayden menoleh ke arah Reyna lalu bangun dari duduknya dan menyeret Reyna menuju dapur.
"Heh lo jadi orang gak punya sopan santun apa?" Sentak Jayden. "Gak pernah diajari sopan santun?!"
"Lebih gak punya sopan santun mana dari perempuan yang malem malem pergi sama suami orang? Kamu juga pergi mabuk-mabukan sama cewek lain padahal punya istri yang nunggu di rumah."
"Oh berani ngelawan lo hah?!" Jayden mencengkram kuat rahang Reyna. la emosi, tak terima Yena dihina.
"Mau lo apa hah? Lo udah dapet status istri gue, sekarang lo mau apa lagi hah?!" Bentak Jayden.
"R-reyna cuma mau kamu menerima dan sayang Reyna sama anak di kandungan Reyna bisa?" Lirih Reyna sambil berusaha melepas cengkraman Jayden dari rahangnya yang akhirnya terlepas.
"Reyna mohon, tolong jangan sama Yena lagi."
"Lo kalo udah dibaikin malah ngelunjak ya," Jayden kembali mencengkram rahang Reyna, tak peduli pada Reyna yang mulai mengeluarkan air mata.
"Dengerin gue baik baik, gue tanggung jawab Cuma sebatas status, lebih dari itu? Kita ga ada apa-apa. Jangan berharap lebih." Jayden melepas kasar cengkramannya, "satu lagi, jangan pernah lo berani ngadu." Jayden mendekatkan wajahnya, "kalo enggak, lo bakal tau akibatnya." Tangan Jayden turun ke perut Reyna dan meremasnya.
"J-jangan."
Jayden melepas remasannya lalu menegakkan tubuhnya, "yang perlu lo tau Yena itu pacar gue. Gue ingetin sekali lagi, jangan pernah berani ngadu, ngerti?"
"Ng-ngerti hiks"
"NGERTI ENGGAK?!"
"Iya, Reyna ngerti," lirih Reyna sambil menundukkan kepalanya takut.
Jayden menepuk pelan kepala Reyna, "good girl," ucapnya lalu pergi meninggalkan Reyna yang tak kuasa menahan berat tubuhnya. Reyna lalu terduduk lemas di kursi, menangis sambil menatap makanannya sendu.
Reyna telah kehilangan nafsu makannya, ia lalu mengusap kasar air matanya dan beranjak hendak ke kamar. Namun, pemandangan menyedihkan kembali menyapanya.
Di sana di sofa depan televisi, Reyna melihat Jayden dan Yena tengah bermesraan sembari menonton televisi yang menayangkan sebuah film.
Reyna memutuskan berjalan cepat melewati belakang Jayden dan Yena, lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Di dalam kamar, Reyna kembali menangis, ia mengelus perutnya. "Maafin papa kamu yang nggak menginginkan kamu hiks."
Reyna terus menangis hingga kecapekan dan jatuh terlelap.
Pukul 02.00
Reyna terbangun dari tidurnya karena rasa lapar melanda.
"Maafin mama sayang, kamu juga lapar ya?" Gumam Reyna sambil mengelus perutnya. Ia jadi merasa bersalah karena tidak memikirkan anaknya yang kelaparan.
Reyna lalu bangkit dan keluar dari kamarnya. Ia melihat sofa penuh dengan bungkus makanan ringan. Namun, tidak tahu Jayden dan Yena entah kemana. Untuk saat ini Reyna tak mau memikirkan itu, urusan perutnya dan kebutuhan jauh lebih dipentingkan.
Reyna duduk di meja makan dan memakan masakannya sendiri yang sebelumnya hendak ia makan bersama Jayden.
"Enak juga," gumam Reyna lalu tersenyum. Namun, senyumannya seketika menghilang ketika mengingat kejadian di dapur tadi.
Tak ingin berlarut-larut, Reyna segera menghabiskan makanannya lalu memutuskan untuk kembali tidur di kamarnya.
***
Pukul 10.00
Reyna terbangun dan terkejut melihat jam di dinding kamarnya? Ah iya ia baru ingat ini kamarnya di rumah Jayden.
Keadaannya sungguh kacau, matanya membengkak karena terlalu lama menangis.
Dengan malas Reyna turun dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi. Setelah selesai melakukan ritual mandinya, Reyna segera berganti pakaian memakai celana pendek di atas lutut dan kaos putihnya.
la dan Jayden memang diizinkan tidak masuk sekolah. selama tiga hari. Kata mama mertuanya sih, agar bisa punya waktu berdua lebih lama. Tapi bagaimana bisa menghabiskan waktu berdua, Jayden saja tidak menginginkan keberadaannya.
Saat Reyna keluar kamar, ia melihat Jayden yang duduk di sofa sembari menonton televisi.
"Baru bangun lo, berasa nyonya gitu?" Celetuk Jayden tanpa menolehkan kepalanya menghadap Reyna.
"M-maaf."
"Ck! Buruan pergi ke dapur sana, belajar masak, jangan mau jadi nyonya doang."
Mendengar perkataan Jayden, mata Reyna seketika berkaca-kaca. Selama ini ia tak pernah mendapat perkataan tajam seperti itu dari orang-orang di sekitarnya, selama ini ia selalu dimanja. Namun, apa ini? Apakah ia mendapat karma?
Reyna berlari ke dapur dan melihat bi Eni sedang mencuci piring.
"Bibi," panggilnya dengan nada lirih.
"Eh non Reyna udah bangun." Ucap bi Eni, "eh? Kok mau nangis? Kenapa?" Tanya Bi Eni yang terkejut melihat mata Reyna yang berkaca-kaca.
"Bi, hiks kenapa Jayden jahat sama Reyna? Reyna ada salah ya? Jayden benci banget sama Reyna sama anak di perut Reyna." Runtuhlah tembok pertahanan yang tadi dibangunnya. Seketika air mata mulai berlomba-lomba meluncurkan di pipi Reyna.
"Hei, dengerin bibi ya," ucap bi Eni sambil membantu Reyna duduk di kursi makan. "Den Jayden enggak jahat, dia Cuma belum menerima aja, bukan benci," sambung Bi Eni. "Lama kelamaan aden juga bakalan nerima bahkan sayang banget sama non dan dedek bayinya."
"T-tapi-"
"Ssht-rasa cinta itu datengnya karena terbiasa. Non mau kan perjuangin cinta den Jayden buat non sendiri sama dedek bayi?"
"Tapi caranya gimana?"
Bi Eni tersenyum tipis.
-
Jangan lupa vote & comment nya!!
![](https://img.wattpad.com/cover/376914919-288-k868099.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident
Teen FictionKisah tentang remaja SMA yang hamil karena sebuah kecelakaan saat menghadiri pesta dan disaat ia sudah menerima takdirnya, ia baru tahu bahwa kejadian yang menimpahnya bukanlah sebuah kecelakaan, melainkan rencana dari teman sekolahnya.