Kaires yang sedang memandu, sesekali melirik ke arah Irina dan tersenyum, merasakan kehangatan momen itu.
"Tak sabar nak sampai sana, kan?" kata Kaires, memecahkan keheningan.
Irina mengangguk. "Ya, tak sabar nak tengok tempat-tempat menarik kat sana."
Di dalam suite peribadi pesawat, Irina tertidur dengan nyaman di samping Kaires. Tempat duduk mereka luas dan eksklusif, memberikan ruang privasi yang sempurna untuk perjalanan panjang ke Switzerland.
Kaires duduk sambil memandang Irina yang terlelap, senyumnya penuh kelembutan. Dia menyelimuti Irina dengan selimut yang disediakan, lalu memesan secawan kopi untuk dirinya, menikmati ketenangan sebelum mereka tiba di destinasi bulan madu impian mereka.
Ketika Kaires memandang ke arah Irina lagi, dia mendekat dan mencium bibir Irina dengan lembut, meninggalkan senyuman di wajahnya.
Irina yang merasakan sentuhan lembut di bibirnya perlahan membuka mata, sedikit terkejut namun tersenyum malu saat menyadari siapa yang berada di hadapannya.
"Tidur lah lagi, maaf ganggu," ucap Kaires lembut. Irina hanya tersenyum kecil, lalu mengambil tangan kekar suaminya dan memeluknya erat. Dia meletakkan kepalanya di bahu Kaires, merasa nyaman dan tenang dalam pelukannya, sebelum kembali terlelap dalam tidur yang damai.
Beberapa jam kemudian, mereka akhirnya tiba di lapangan terbang Switzerland, namun Irina masih terlelap. Tidak ada pilihan lain, Kaires harus membangunkannya.
"Sayang, bangun... kita dah sampai," ujar Kaires lembut sambil menggoncangkan tubuh Irina, namun dia tetap tidak menunjukkan reaksi.
Kaires segera menelefon seseorang. "Kau cepat datang ke airport, ambil barang-barang aku," katanya kepada anak buahnya.
Setelah menamatkan panggilan, tanpa ragu, Kaires mengangkat Irina dalam gaya bridal, membawanya dengan penuh hati-hati menuju ke luar airport.
Setelah itu, seorang lelaki menghampiri mereka dan berkata, "Boss, saya dah ambil barang-barang tu."
"Bagus. Sekarang, bawa aku ke Beau-Rivage di Geneva," balas Kaires sambil mengarahkan anak buahnya. Dia masih menggendong Irina dengan penuh perhatian, memastikan perjalanannya ke hotel berjalan lancar dan selesa.
"Baik, tuan. Saya minta maaf sangat-sangat sebab hari ini saya hanya dapat jemput tuan dengan kereta Alphard saja. Kebetulan kereta lain sedang diservis dan tak dapat digunakan buat masa sekarang," kata anak buahnya dengan nada penuh maaf. "Saya harap ini tidak menjadi masalah, tuan."
"Tak apa, Alphard pun selesa," jawab Kaires sambil tersenyum. "Janji kita sampai dengan selamat." Dia menatap Irina yang masih lena dalam dukungannya, tidak mahu mengganggunya.
Anak buahnya tersenyum lega dan segera memandu mereka ke destinasi dengan penuh hati-hati, memastikan perjalanan mereka nyaman semasa berada didalam kereta itu Kaires melihat salji yang berjatuhan.
Setibanya mereka di Beau-Rivage di Geneva, Irina dikejutkan oleh suasana yang klasik namun penuh dengan elemen estetika, memberi rasa kagum dan nyaman. Dia mulai tersedar saat terdengar suara seseorang di sebelahnya.
"Hoamm..." Irina menguap kecil sambil perlahan-lahan membuka mata, mengambil beberapa detik untuk menyedari di mana mereka berada.
"Sayang dah bangun? Jom, kita dah sampai," kata Kaires sambil tersenyum, matanya berkilau dengan usikan. "Anak kita akan dibuat di sini."
Anak buahnya yang mendengar itu terkejut sejenak, namun segera mengalihkan perhatian, berpura-pura tidak mendengar apa-apa.
Irina, yang masih mengantuk dan belum sepenuhnya sedar, hanya mengangguk perlahan, masih tidak memproses maksud gurauan Kaires.
🍄ᵕ̈ 𝑽𝑶𝑻𝑬 𝑨𝑵𝑫 𝑭𝑶𝑳𝑳𝑶𝑾 𝑭𝑶𝑹 𝑺𝑼𝑷𝑷𝑶𝑹𝑻 𝑨𝑼𝑻𝑯𝑶𝑹ᵕ̈🍄
🪄ꨄ 𝐓𝐎 𝐁𝐄 𝐂𝐎𝐔𝐍𝐓𝐈𝐍𝐄ꨄ🪄
YOU ARE READING
𝐿𝐸𝑇 𝐿𝑂𝑉𝐸 𝑆𝑃𝐸𝐴𝐾 •ᴄ•
Romance𝘐𝘕𝘐 𝘏𝘈𝘕𝘠𝘈 𝘊𝘌𝘙𝘐𝘛𝘈 𝘚𝘌𝘔𝘈𝘛𝘈-𝘔𝘈𝘛𝘈 Kaires Ardian, CEO yang enigmatic di EV. AR HOLDINGS, menjalani kehidupan yang ditentukan oleh dedikasi yang tidak berbelah bahagi kepada kerjayanya. Dikenali kerana sikap dingin dan harapan yang...