LIMA PULUH⚔

80 9 1
                                    

Seperti biasa, Ina ingin menikmati akhir pekannya di taman kota. Dia cukup puas karena taman memiliki udara yang segar. Di taman itulah dia beberapa kali secara "kebetulan" bertemu dengan Benjamin. Mereka sering menghabiskan waktu dengan melakukan perbincangan ringan.

Saat sedang berdiri di tepi jalan, Ina melihat sosok Benjamin di seberang jalan. Ina menyadari hari ini wajah Benjamin tampak lebih lesu dari biasanya. Kemudian, lampu hijau menyala menandakan bahwa ini waktunya para pejalan kaki untuk menyeberang. Ketika berapa di tengah jalan, Benjamin tiba-tiba merasakan sakit pada dadanya. Dia pun menghentikan langkahnya. Dia tidak menyadari bahwa lampu lalulintas sudah berubah menjadi merah. Lalu, terlihat sebuah mobil melaju ke arahnya.

"Awas!!" teriak Ina reflek.

Benjamin tidak bisa mendengar suara di sekitarnya karena rasa sakitnya. Beberapa orang yang melihat ikut menjerit. Ina dengan cepat berlari ke arah Benjamin, tetapi jarak mereka terlalu jauh.

TIN TIN TIN

SCIIIITTTT!!

Beruntungnya, mobil tersebut dapat berhenti tanpa menabrak Benjamin. Namun, tubuh Benjamin mendadak ambruk dan ia pun pingsan. Ina yang kini sudah berada di samping Benjamin memiliki ekpresi yang serius. Dia mengetik sesuatu di layar ponselnya. Dia sedikit melirik ke arah orang-orang yang kini berkerumun di sekitarnya.

***

Ina duduk tenang di bangku rumah sakit seraya menatap ke arah pintu. Dia tidak terlalu peduli sudah berapa lama ia menunggu. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka memperlihatkan sosok orang dengan tubuh tinggi yang memakai jas rapi.

"Silakan masuk, Nona," Orang tersebut menunduk dengan sopan.

Ina membuka pintu kamar rumah sakit. Terlihat Benjamin sedang dalam posisi duduk di atas ranjang sambil tersenyum tipis ke arahnya. Walau wajahnya pucat, ekspresi cerianya tidak luntur seperti biasanya.

"Kamu tidak pergi seperti waktu itu," ucap Benjamin ringan.

Ina duduk di samping Benjamin. "Begitulah,"

"Kamu, sudah menyelamatkanku dua kali. Apa kali ini ada yang kamu inginkan?" tanya Benjamin.

"Kita sudah sering membicarakannya dan anda masih tidak bosan bertanya," balas Ina.

"Aku cuma penasaran saja. Selama ini kamu selalu mengelak jika Aku menanyakannya. Kalau memang ada yang kamu inginkan, Aku akan mencoba membantumu," tawar Benjamin.

"Saya bukanlah orang yang baik. Kalaupun saya mempunyai permintaan, itu hanya akan menyulitkan anda."

"Memangnya kenapa? Bukannya kita sudah saling kenal selama 2 tahun ini? Lagipula kita berteman, kan?" tukas Benjamin santai.

"Anda masih tidak menyerah untuk mengulik saya, ya..." Ina terkekeh pelan.

Kali ini giliran Benjamin yang membisu. Mereka saling memandang, menebak-nebak tentang pikiran lawan bicara mereka.

"Jika anda memiliki waktu luang untuk kita bertemu, pada saat itu saya akan menyampaikan permintaan saya."

"Itu bagus!" Benjamin tertawa lebar, sedangkan Ina hanya tersenyum tipis.

***

Seseorang memakai jaket dan topi baseball hitam mendekat ke gerbang sebuah mansion besar. Dia berdiri di depan gerbang dengan tegap. Kedatangannya mengundang perhatian dari sekuriti yang sedang berjaga.

"Ada keperluan apa?" tanya sekuriti pada orang di balik gerbang.

"Saya ingin bertemu tuan Benjamin," balas orang.

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang