"Kau harus meletakkannya dimulutmu, bukan menelannya!"
"It's disgusting, okay?! Lihat saja bentuknya!"
"Yeah, tapi begitulah caranya, idiot!"
"Don't call me idiot when you're not the one who try it first!"
"SHUT THE F*CK UP YOU TWO!" Bentak Mary berhasil membuat kedua temannya yang berdebat langsung terdiam, Remus terkejut dan Peter ketakutan.
"Why she always mad like that...?" Bisik Peter pada Remus, menyebabkan serigala muda itu tertawa.
"Itu karena tingkah kita yang bodoh, Pete.."
Daritadi James dan Sirius berisik tentang siapa yang akan mencoba ritual terlebih dahulu, mereka melakukan suit dan Sirius kalah, harusnya anak keluarga Black itu yang pertama mencoba mengulum daun Mandrake di mulutnya. Tapi tentu saja, daun tanaman itu tidak seenak coklat sehingga perlu waktu seseorang bersedia merasakannya di lidah mereka.
Mary menutup buku yang sedari tadi ia baca sembari menunggu purnama muncul karena malam ini Remus harus bertransformasi. Siapa sangka ia harus mendengar perdebatan tidak ada guna Sirius dan James.
"Kalian berdua sama-sama idiot, jadi berhentilah berisik seperti itu. Coba saja masukkan daun itu ke mulut kalian bersamaan, tahan selama 10 detik dilangit mulut kalian lalu minum air. Daun itu akan menempel disana dan kalian masih bisa makan apa saja."
James dan Sirius melongo mendengar penjelasan Mary, lalu kembali fokus pada daun Mandrake di tangan mereka berdua. Tidak dapat disangkal memang terlihat menjijikkan, namun harus dilakukan demi ritual Animagi yang sempurna.
Jika mereka berhasil menahan daun Mandrake dimulut mereka mulai malam ini hingga purnama berikutnya, maka mereka akan berhasil menjalankan ritual Animagi.
"Kau yakin tidak ingin mencoba ritual ini juga, Mary?" Tanya Sirius membuat Remus menatap tajam sahabatnya itu.
"Don't ask her to do that, Sirius, aku tidak akan membiarkan Mary mengikuti apa yang kalian lakukan."
"Why? It's fun, though."
Kedua bola mata Mary memutar malas, "Jika itu menyenangkan, kalian tidak akan takut meletakkan daun itu di mulut kalian, Sirius." Ucap gadis itu fakta.
"Kami tidak takut, Mary.. Kami hanya jijik!"
"Exactly! Sangat menjijikkan!"
"Sama saja menurutku."
Sirius dan James bertukar pandang lagi, menghela nafas berusaha menghilangkan rasa jijik mereka pada daun Mandrake. Lebih cepat mereka mencoba, lebih cepat mereka terbiasa dengan rasanya.
"Together, James?"
"Together, Sirius."
Keduanya memasukkan daun Mandrake ke mulutnya bersamaan, melakukan sesuai penjelasan Mary. Setelah dirasa daun itu tertempel di langit mulut mereka, mereka tersenyum bahagia dan meminum air dengan hati-hati.
Daun itu benar-benar menempel di langit mulut mereka!
"We did it!"
"Mary, we did it!"
"Jangan terlalu senang, kalian harus menahannya selama sebulan penuh."
Keduanya berpelukan senang, tidak lagi merasakan pahit dan asam yang terlalu dari daun di mulut mereka. James dan Sirius kembali berisik dan memaksa Peter ikut mencoba juga, Remus hanya bisa mengelus dada melihat tingkah teman-temannya, ia memilih untuk duduk bersama Mary sebelum purnama terlihat.
"Bagaimana kau selalu bisa tahu apa yang harus dilakukan?"
"From books, of course. Aku tidak sepintar itu untuk tahu sesuatu seperti ini."
Remaja bersurai coklat itu memperhatikan wajah Mary, lingkaran hitam di sekitar matanya terlalu jelas untuk diabaikan, "You look tired, tidurlah, aku akan minta Dumbledore memasang mantra kedap suara di ruang tamu." Pinta Remus pada gadis yang menatapnya dengan tatapan hangat.
"I need to study, besok ulangan harian Transfigurasi." Alasan Mary masuk akal, tapi Remus tidak mau tahu.
"Kau bisa belajar lagi besok pagi, you need to sleep."
Mary kembali menggeleng membuat Remus tertawa kecil, keras kepala, pikirnya. Remus bergabung bersama Mary di sofa, menawarkan bahunya yang hangat untuk bersandar. Masih ada sekitar sejam sebelum waktu transformasinya, ia masih bisa meyakinkan gadis itu untuk tidur.
"What is this?" Mary bingung sebab Remus duduk disampingnya.
"Kau tidak mau bersandar padaku?"
"Of course I want, but is it okay?"
"Apa menurutmu mereka akan melarangmu?" Remus balik bertanya sambil menunjuk ketiga temannya yang masih asik dengan daun Mandrake. James memegangi Peter sementara Sirius mencoba memasukkan daun Mandrake ke mulut bocah itu secara paksa.
Mary tertawa kecil, teman-temannya memang tidak waras. "They look like fools."
"They always look like fools."
"Yeah, you're right.. Mereka tidak akan memikirkan hal lain."
Remus tersenyum jahil, "So? Tertarik dengan bahuku yang nyaman, Mary?"
Mary sebenarnya tidak ingin menerima tawaran bahu Remus sebagai sandaran, tapi tidak dapat dipungkiri ia mengantuk setelah berhari-hari begadang membaca buku untuk belajar juga mengerjakan tugas. Lagipula Remus punya bahu paling hangat diantara teman-temannya yang lain, bahu nyaman yang membuat Mary merasa aman.
"Just this time, aku tidak akan menerima lain kali." Gadis itu menyandarkan dirinya ke bahu Remus, lalu memejamkan matanya yang sudah terasa berat.
"Sshhh..."
Ia bisa mendengar Remus meminta teman-temannya untuk memelankan suara mereka, sungguh perhatian. Mary bisa saja salah paham jika saja ia tidak meyakinkan dirinya setiap hari bahwa perhatian diantara mereka hanyalah hal biasa.
Kala pandangan Mary tertutup sepenuhnya dan indra pendengarannya juga mulai tidak mendengar suara-suara dunia nyata, hanya ada 1 suara terakhir yang bisa ia ingat.
"Shit! Aku menelannya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Mr. Wolf
FanfictionTimeline sebelum Dear Frederick, menceritakan kehidupan Marianne Rose Brosvett di Hogwarts dan kisahnya dengan Remus Lupin. ... "Jika reinkarnasi benar-benar ada, kau ingin terlahir sebagai apa Remmy?" "Aku ingin menjadi apapun selain manusia ser...