Part 21

898 38 1
                                    

Desy masih menatap wanita itu yang sedang tertawa bersama 2 temannya. Okta yang sedang menatap foto Kinal mulai menegurnya. Tapi Desy terlalu terpukau dengan wanita itu hingga tidak mendengar panggilan Okta.

"Cidey." Panggil Okta.

Masih tidak ada jawaban.

"Cidey." Kali ini Okta menepuk pundak Desy.

"Eh iya. Ada apa?" Tanya Desy yang baru sadar.

"Ayo masuk. Kok malah melamun? Lihat apa sih tadi?" Tanya Okta sambil mengikuti arah pandangan Desy.

"Gak kok." Ujar Desy.

"Cidey lihatin cewek itu ya?" Tanya Okta sambil menunjuk wanita itu dengan isyarat mata.

"Gak kok. Udah ayo masuk." Bantah Desy sambil menarik Okta.

"Ya udahlah. Tapi gimana cara cari dia? Kita kan gak tahu tempat ini?"

"Iya ya. Kita tanya aja ke mahasiswi disini."

"Oke. Ini pasti pintu masuknya."

Mereka langsung masuk ke dalam ruangan. Desy menatap ruangan yang penuh coret-coret graffiti. Okta melihat-lihat ruangan lain yang kosong. Kedua gadis bertubuh tinggi itu terus berjalan mencari mahasiswi yang ada disana atau kalau bisa langsung bertemu Kinal.

Disaat bersamaan, Rachel sedang berjalan memakai tongkat butanya. Okta yang tidak memperhatikan sekitar tanpa sengaja menabrak tubuh kecil Rachel hingga terjatuh. Okta dan Desy kaget dan langsung menolong Rachel.

"Aduh maaf ya. Aku gak lihat." Ujar Okta dengan nada minta maaf.

"Iya gak apa-apa kok." Sahut Rachel.

"Terima kasih ya." Lanjut Rachel.

Desy heran melihat tatapan kosong Rachel. Dia melambaikan tangannya didepan wajah Rachel. Tidak ada reaksi sama sekali. Desy langsung sadar bahwa wanita didepannya ini buta. Rachel langsung pergi sambil membawa tongkatnya. Mereka berdua menatap punggung Rachel hingga dia hilang dari pandangan.

"Dia buta." Lirih Desy.

"Iya. Aku juga kaget. Pantes tatapannya kosong." Balas Okta.

"Itu bukannya cewek yang tadi ada ditaman ya." Batin Desy.

"Ayo Ota. Kita jalan lagi. Kita harus ketemu sama Orang ini."

"Iya. Ayo kita lanjut."

Mereka melanjutkan perjalanannya. Ve yang sedang berjalan menuju ruang klub berpapasan dengan mereka berdua. Melihat 2 orang tak dikenal masuk kampusnya, Ve langsung menghampiri mereka dengan pandangan menginterogasi.

"Siapa kalian? Kalian bukan mahasiswi disini kan?" Tegur Ve.

"Ah maaf Kak. Kita kesini disuruh ketua kami. Dan kami harus bertemu orang ini." Sahut Desy sambil memberikan foto Kinal.

"Iya Kak. Kita gak ada maksud jahat kok." Tambah Okta.

Ve mengambil foto itu. Foto Kinal. Ve menatap mereka berdua yang menunggu reaksi dari Ve.

"Kalian mencari Kinal?" Tanya Ve.

"Iya Kak. Ada pesan dari ketua kami dan dia menyuruh kami untuk menyampaikannya sama Kak Kinal." Sahut Okta.

Ve menatap mereka tajam. Dia melihat apakah ada kebohongan dari mereka. Tapi dia tidak menemukannya. Ve menganggukkan kepalanya.

"Ikut aku. Kebetulan aku mau mencari dia ke ruang klub." Ajak Ve.

"Kakak kenal dia?" Tanya Desy.

"Dia teman masa kecil aku." Sahut Ve.

Mereka mengangguk paham. Setelah itu mereka hanya diam sambil terus berjalan. Ve yang memakai kaos putih polos dibalut cardigan merah dan celana jeans ketat tampak tenang melintasi koridor. Perkelahian kecil yang terjadi disana sontak terhenti saat Ve berjalan dikoridor.

Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang