Part 35

833 44 5
                                    

"Luka ini luka goresan pisau." Sahut Beby.

Shania menatapnya yang sedang berbaring. Sementara Beby hanya diam sambil mengelus tangannya yang terdapat bekas luka.

"Apa kamu dapat luka itu dari perkelahian lagi?" Tanya Shania.

"Mungkin lebih tepatnya pemaksaan dari orang asing." Sahut Beby.

"Maksud kamu?" Tanya Shania lagi.

"Aku gak tahu siapa mereka. Tapi mereka menyerangku sambil memaksa untuk ikut mereka."

"Kamu benar-benar gak kenal?"

"Gak sama sekali."

"Lalu kenapa mereka melakukannya?"

Beby menggelengkan kepalanya tanda dia sendiri tidak tahu. Tapi dia ingat dengan salah satu kalimat dari mereka yang sampai sekarang hanya dia yang tahu. Kalimat itu terus menghantui pikirannya hingga bertahun-tahun lamanya. Beby mulai menatapnya lalu menceritakannya.

Flashback

Saat itu, suasana jalanan sangat sepi. Tampak seorang remaja kurus bertubuh tinggi membawa 2 kantong plastic besar berisi sayur dan buah-buahan. Beby menelusuri jalanan dengan langkah tenang. Dia tampak memakai baju hitam lengan pendek yang dibalut kemeja biru kotak-kotak dan celana panjang jeans yang biasa dipakainya.

Hari ini Beby tidak bekerja dipasar. Sekolahnya juga sedang libur panjang. Tempatnya biasa mencari nafkah tutup dan akhirnya Beby hanya berdiam diri dipanti. Saat sedang didapur, Bunda menyuruhnya untuk berbelanja kebutuhan makan anak-anak panti. Beby bersedia dan langsung berangkat setelah Bunda memberikan memo dan uang.

Dan disinilah sekarang. Beby sudah membawa belanjaan yang banyak. Mungkin untuk orang yang tidak biasa, mereka bisa keberatan. Tapi Beby yang sudah biasa memikul barang berat dapat membawanya dengan mudah.

Saat sedang melihat belanjaannya, 4 orang datang menghalanginya. Beby yang sadar mendongakkan kepalanya dan menatap heran mereka. Tapi melihat senjata tajam yang dibawa salah satu dari mereka, Beby mulai paham apa yang mereka inginkan darinya. Beby menjatuhkan kontong plastic berisi belanjaannya dan maju menghampiri mereka.

"Kalian menghalangi jalanku." Ujar Beby tenang.

"Beby Chaesara Anadila. Seorang anak yatim piatu yang hidup dipanti asuhan." Kata mereka dengan pandangan meremehkan.

"Aku heran dengan dia. Anak ini hanya remaja kurus. Tapi dia bersikeras ingin merekrut anak ini. Pasti kita dapat mengalahkannya dengan mudah." Sahut yang lain sangat jelas meremehkan Beby.

Beby merasa kesal karena mereka meremehkannya. Apalagi oleh orang yang tidak dia kenal. Pandangan matanya menajam saat mereka mengeluarkan senjata mereka. Tangannya mulai mengepal untuk menahan keinginannya memukul mereka.

"Lebih baik kita hajar anak ini. Dan seret dia ke pemimpin tertinggi kita." Kata orang yang sepertinya pemimpin mereka.

"Maaf ya. Mungkin aku akan menolak. Walaupun kalian memakai cara kasar." Sahut Beby.

"Menyerah saja. Kau gak akan menang melawan kami." Tandas anak buahnya.

"Kalau gak dicoba gak akan tahu kan?"

"Anak yang sangat berani. Jangan salahkan kami kalau kau akan kehilangan nyawa."

Mereka mulai bersiap. Beby membuka kemejanya dan melemparkannya secara asal. Beby memasang kuda-kuda tanda bersiap menghajar mereka. Salah satu dari mereka maju dan menerjang Beby yang berhasil dihindarinya dengan cepat. Dia menarik kerah musuhnya lalu mendorongnya ke belakang hingga jatuh terjerembab.

Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang