Semua para mahasiswi dikampus Ghaida sudah keluar dari rumah sakit.Tapi suasana duka masih terasa disana.Terutama Sendy yang terlihat menyendiri dirooftop kampus. Sekarang Ghaida, Kinal, Ve, Dhike, Jeje dan Sendy tinggal menunggu wisuda. Tapi Dhike sudah pergi lebih dulu.
Sendy mencengkeram pagar rooftop dengan kencang.Dia menempelkan keningnya ke pagar sambil menahan air matanya.Baru beberapa hari Dhike pergi, tapi Sendy seperti belum bisa merelakan Dhike pergi dan dia menganggap Dhike sedang menyendiri disuatu tempat.
Pikirannya melayang ke hari dimana dia bertemu dengan Dhike dan menghabiskan waktu bersamanya.Dia sedang menggenggam sapu tangan yang dipakainya saat mengompres Dhike saat demam.Dielusnya sapu tangan itu dengan lembut seperti dia mengelus pipi Dhike.
Pintu rooftop terbuka dan terlihat Ghaida berdiri dipintu rooftop.Dia menghampiri Sendy yang tampak tak menyadari ada seseorang yang menghampirinya.Ghaida menepuk pundaknya dan Sendy langsung menoleh.Dia menatap Ghaida yang berdiri disebelahnya.
"Ada apa Ghai?"Tanya Sendy.
"Aku tahu kamu masih sedih.Tapi Dhike pasti gak mau kamu begini terus." Ujar Ghaida.
"Aku terlalu mencintainya.Dan sampai sekarang aku gak bisa melupakannya."Kata Sendy.
Ghaida menghela nafasnya.Dia menyentuh dada kirinya untuk merasakan jantungnya.Jantung milik Dhike yang diberikannya dulu.Rachel juga memakai mata Dhike sekarang.Dia mengelus bahu Sendy sambil menguatkannya.
Sendy menatapnya dengan pandangan menerawang.Ghaida hanya bisa menahan rasa sedihnya.Ya kehilangan memang sangat berat.Terutama dengan orang yang disayang.Dia mengangkat wajahnya untuk menatap ke depan.
"Aku baru ingat.Ikey sempat membisikkan sesuatu sama aku."Ujar Sendy.
"Dia bilang apa?" Tanya Ghaida.
"Aku mencintaimu Sendy.Tapi maaf aku gak bisa bersamamu."Kata Sendy meniru bisikan Dhike sebelum meninggal.
"Ikey memang mencintaimu Sen. Karena itu dia menyelamatkan kamu sesaat sebelum bom itu meledak.Setelah itu dia baru menyelamatkan Kinal."
"Ternyata perasaanku terbalaskan.Ini bisa dibilang penghiburan dari kesedihan."
"Oh iya.Aku punya sesuatu untuk kamu."
"Apa itu?"
Ghaida merogoh saku celananya dan mengeluarkan harmonica yang tampak masih berkilau.Dia menyodorkannya ke Sendy.Sendy menatapnya bingung tapi menerima harmonica itu.Ghaida menatap Sendy yang masih bingung.
"Dhike menitipkan itu sama aku 1 bulan sebelum perang.Dia bilang berikan ini untuk Sendy." Ujar Ghaida.
"Dia ngasih ini untuk aku?"Tanya Sendy.
"Iya.Mungkin dia tahu kalau umurnya gak akan panjang."
Flashback
"Ada yang mau aku bicarakan denganmu.Disini."Kata Dhike serius.
"Apa yang mau kamu bicarakan?" Tanya Ghaida.
"Aku merasa akanada sesuatu yang tidak akan bisa kita hindarkan." Ujar Dhike.
"Maksud kamu mati?"
"Benar.Dan aku tahu bagaimana mereka.Siapa saja yang terlibat dengan mereka akan dibunuh."
"Aku harap gak ada korban."
Dhike diam saja.Dia tampak menggenggam sesuatu ditangannya.Dhike segera menyodorkannya pada Ghaida.Ghaida menatap harmonica yang disodorkannya lalu mengambilnya.
"Berikan itu pada Sendy.Anggap kenang-kenangan dariku." Ujar Dhike.
"Kenapa gak kamu kasih sendiri?" Tanya Ghaida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)
AksiSetelah mereka yang sangat aku sayangi pergi, aku akan berusaha melindungi mereka. Walaupun aku harus melanggar janji yang aku ucapkan -Frieska-