Part 46

767 50 0
                                    

Jam sudah menunjuk ke angka 7. Tapi terlihat 2 remaja tampak masih tertidur pulas. Melody berada direstoran bawah untuk menulis laporan yang dikirim Elaine lewat email. Frieska pulang untuk mengambil baju.Gaby tampak membawa Nabilah bermain sambil digendongnya.Dia juga tampak membawa botol infus milik Nabilah.

Diranjang rumah sakit, Shania tampak tertidur sambil memeluk pinggang Beby yang masih tertidur pulas.Dengkuran halus terdengar dari sana. Beby yang masih tertidur dalam posisi tengkurap hanya bisa mengubah posisi sedikit.Sementara Shania begerak memunggungi Beby.

Dialam bawah sadarnya, Shania mulai bermimpi.Dia berdiri disebuah tempat yang sering menjadi tempat latihan Andela memanah.Dia menatap sebuah papan yang belum ada bekas tancapan panah.Disana juga terlihat tumpukan panah dan busur yang dibiarkan teronggok.

Dengan perlahan, Shania bergerak mendekatinya dan mengelus panah itu perlahan. Tanpa sengaja dia melihat tempat anak panah itu dengan nama Andela terukir disana. Shania mengambilnya dan langsung bisa mengenalinya kalau panah itu milik Andela.

Tanpa sadar dia menangis.Dipeluknya panah itu dengan erat seperti dia memeluk Andela.Saat sedang memeluknya, dia mendengar suara seperti seseorang sedang berlatih.Akhirnya Shania berjalan sambil tetap membawa anak panah yang tadi dipeluknya.

Gadis jangkung itu terus berjalan sambil mencari sumber suara itu.Langkahnya terhenti saat dia mendengar suara itu ada didalam gedung yang besar.Dengan takut-takut, Shania langsung menggerakkan tangannya ke pintu yang ternyata tidak dikunci.Dia melihat ke sekililingnya yang terlihat sepi.

Perlahan Shania memasuki tempat itu sambil menatap sekitarnya dengan bingung.Dia sangat yakin suara itu ada didalam gedung ini.Tapi gedung itu seperti tidak berpenghuni. Langkah kakinya menuntunnya ke gedung lain. Dia memasuki gedung itu dengan bingung.

Lain dari gedung yang pertama kali dia masuki.Disini dia melihat ada 1 orang yang sedang membidik papan sambil memusatkan sasarannya.Posisinya membelakangi Shania yang intens menatapnya.Setelah dirasa cukup, orang itu melepaskan anak panahnya yang langsung melesat ke tengah-tengah sasaran.Shania menatapnya takjub.

Orang itu melepas topinya dan terlihatlah rambut panjangnya yang dia sangkutkan ke dalam topi yang dipakainya tadi. Rambut panjangnya terurai indah. Akhirnya dia memutar tubuhnya dan menatap Shania yang masih menatapnya. Orang itu membelalak begitu juga Shania. Dia tidak percaya dengan seseorang yang ada dihadapannya saat ini.

"Shan, kamu ngapain disini?" Tanya orang itu heran.

Shania langsung maju dan memeluknya erat. Orang itu juga balas memeluknya. Air mata Shania mengalir saat memeluk orang dihadapannya saat ini. Dia mengelus punggung Shania yang besar dengan lembut. Akhirnya dia melepas pelukannya dan mereka saling bertatapan.

Dia tersenyum sementara Shania mengelus pipi wanita itu sambil menangis. Ya ini nyata. Shania mengelus pipinya lagi setelah sekian lama. Tapi sekarang tubuhnya sangat dingin. Dia mengambil tangan Shania lalu menggenggamnya erat.

"Apa kabar Shan?" Tanyanya lembut.

"Andela. Aku kangen kamu."Kata Shania bergetar.

"Aku juga."

Andela mengelus kepala Shania lembut. Dia menghapus air mata Shania yang mengalir. Dia langsung mengambil anak panah dan kembali berlatih.Shania ikut melihatnya.Dia seperti kembali melihat Andela berlomba. Kemampuan Andela masih sama.

Setelah beberapa lama, akhirnya dia menyelesaikan latihannya dan duduk bersama Shania.Shania tersenyum dan mengelus kepala Andela.Rambut Andela kembali lebat.Sesaat sebelum meninggal, rambut Andela menipis.Bahkan ada yang botak.

Shania memberikan tempat panah pada Andela yang dibawanya tadi.Andela tersenyum lalu memeriksa anak panahnya.Dia menaruhnya didekat busur yang berwarna emas.Andela berdiri lalu menatap Shania yang ikut berdiri.Tinggi mereka tidak berbeda jauh jadi tidak terlalu perlu mendongak atau menunduk.

Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang