Kalau kalian teliti membaca salah satu part pasti bakal ada pas Yona bergumam sendiri sambil melihat foto seseorang. Selamat membaca.
Viny masih diam saat Okta mengulurkan tangannya. Tapi dia menyambut uluran tangan Okta. Wajah Okta sangat datar dan dingin. Tapi suaranya sangat kekanakan. Viny tersenyum saat mendengar suara Okta. Okta memberikan bunga ke Viny.
"Cepat sembuh ya Kak." Kata Okta.
"Iya terima kasih." Balas Viny.
Mereka menghampiri Yona dan Lidya yang sedang duduk disudut kamar. Tak lupa Desy mengambil laporan yang dibuatnya. Sementara Okta hanya diam sambil memainkan smartphonenya. Viny menatap gadis berwajah dingin itu lekat-lekat. Tapi Okta tetap memainkan smartphonenya. Terlihat Desy menjelaskan bagaimana kondisi bengkel saat dijaga oleh mereka.
Hari sudah siang saat rapat mereka selesai. Yona menghampiri Adiknya yang masih berbaring diranjang. Petugas rumah sakit sudah mengantarkan makanan untuk Viny saat mereka baru selesai rapat. Okta membuka jaketnya dan terlihatlah tubuh kurus Okta yang hanya terbalut kaus tanpa lengan.
"Kamu kenapa Ta? Kok dibuka jaketnya?" Tanya Desy.
"Gak apa-apa Ci. Pengen dilepas aja." Sahut Okta.
"Masuk angin kamu nanti. Pake lagi sana."
"Iya gampang Ci. Aku mau ke kamar mandi dulu."
Okta langsung menuju ke kamar mandi. Tanpa sengaja, Viny melihat bekas luka memanjang dibahu belakang Okta. Viny membelalakan mata saat melihat luka itu. Ya, luka itu sama persis dengan luka orang yang menolongnya dulu. Orang itu terluka terkena sabetan samurai.
Yona mengambil makanan dan Viny mulai bangkit dari ranjangnya dibantu Lidya hingga posisi duduk. Yona mulai menyuapi Viny makan. Lidya menyiapkan obat Viny yang tersedia dinakas. Okta keluar dari kamar mandi. Wajah dan bajunya sedikit basah. Setelah Viny makan dan minum obat, Yona menaruh piring kotor ke nakas.
"Dek, Kakak mau ke restoran dulu ya. Kakak mau meeting sama Lidya dan Desy. Kamu disini sama Okta ya." Kata Yona.
"Gak lama kan Kak." Tanya Viny.
"Iya. Kakak gak lama. Kamu istirahat ya."
Viny mengangguk. Ditatapnya Okta yang berdiri disebelah Desy. Okta menatap Desy dengan tatapan bertanya. Desy hanya menganggukkan kepalanya dan Okta mengerti. Mereka pun segera pergi meninggalkan mereka berdua yang berada dikamar rawat.
Okta mengambil kursi dan duduk disebelah ranjang Viny. Viny masih menatapnya dengan pandangan penasaran. Okta mendongakkan kepalanya dan menatap Viny. Dia tahu kalau dirinya sudah diperhatikan oleh Adik ketuanya sedari tadi.
"Kamu Adiknya Desy?" Tanya Viny.
"Iya. Aku Adiknya." Sahut Okta.
"Aku boleh Tanya satu hal." Ujar Viny.
"Silakan."
"Luka dibahu kamu karena apa?"
Okta diam lalu melihat bahu kanannya yang terdapat bekas luka. Viny menatapnya dengan pandangan penasaran. Okta kembali menatap Viny lekat-lekat.
"Kelihatan ya?" Tanya Okta.
"Iya. Bekasnya terlihat jelas biarpun dari jauh." Sahut Viny.
"Luka ini aku dapat saat perkelahian. Sabetan samurai."
"Apa? Samurai?"
Okta mengangguk. Matanya menerawang mengingat satu kejadian yang hampir merenggut nyawanya. Darah yang menetes dari luka ditubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)
ActionSetelah mereka yang sangat aku sayangi pergi, aku akan berusaha melindungi mereka. Walaupun aku harus melanggar janji yang aku ucapkan -Frieska-