Dinding itu sudah hancur dan tak berbentuk lagi. Ghaida dengan cepat langsung menghampiri dinding yang runtuh itu dan segera membongkarnya untuk menyelamatkan siapa saja yang tertimpa reruntuhan itu. Kinal yang lolos dari maut hanya bisa terpaku disana. Stella segera memeluk Adiknya sambil menangis. Dia bersyukur Adiknya selamat.
Ghaida terus membongkarnya dan melihat dia tertimpa reruntuhan dengan kepala berlumuran darah. Ghaida menangis dan langsung memindahkan dia ke pangkuannya. Darahnya mengalir deras dan membasahi celana jeansnya. Sendy yang sadar siapa yang ditemukan oleh Ghaida langsung menangis.
"Ikey, bangun. Bertahanlah." Kata Sendy sambil menangis.
"Ikey. Aku mohon bangun. Kamu harus bertahan." Ghaida masih memangku tubuh Dhike yang lebih kecil darinya.
Dhike tertimpa reruntuhan dan darahnya membanjiri tangan Ghaida. Yona segera menyuruh Hanna untuk datang membawa tandu. Yona merangkul Ghaida yang masih menangis sambil memeluknya erat. Frieska menangis dipelukan Melody.
Tak lama kemudian, Hanna datang membawa tandu bersama teman-temannya. Noella ikut membnatu membawanya ke mobil. Ghaida dipapah oleh Yona untuk ikut ke rumah sakit. Akhirnya mereka semua ikut karena hampir semuanya terluka.
Dimobil, Hanna berusaha menghentikan pendarahan dikepala Dhike. Acha mengecek nadi ditangan Dhike. Detakan lemah yang didapatnya. Tata langsung mengambil tempat disebelah kiri Dhike dan menekan dada Dhike. Hanna mulai takut melihat Dhike yang mulai berwajah pucat.
Perang sudah usai dan dimenangkan oleh mereka. Tapi perasaan mereka sekarang benar-benar campur aduk. Senang karena mereka berhasil mengatasi mereka. Tapi juga sedih karena ada beberapa orang yang terluka.
***
Mereka sampai dirumah sakit dan Dhike langsung dibawa ke UGD. Ghaida tampak mondar mandir saat Dhike sudah dibawa masuk. Sendy terus menangis dan ditenangkan oleh Jeje. Panda juga ikut menenangkan Sendy yang terus menangis. Kinal hanya diam mematung saat Stella mengobati lukanya. Ve menaruh tangannya ke bahu Kinal.
Tadi Kinal memang merasa ada seseorang yang mendorongnya tepat sebelum dinding itu roboh. Tapi dia tidak menyangka kalau Dhike yang melakukannya. Selama ini memang Dhike tampak membencinya. Tapi Kinal tahu, jauh dilubuk hatinya sebenarnya Dhike sangat peduli dengan orang yang sangat dekat dengannya.
Sementara Melody juga menunggu diruangan lain untuk menanti kabar dari Dokter yang menangani Beby. Frieska juga tampak gelisah dikursinya. Ochi yang baru tiba ikut bergabung. Shania masih menunduk dan Gaby duduk disebelahnya sambil terus menatap ruang rawat yang ramai.
Frieska yang mendapat info kamar Nabilah langsung disuruh Melody untuk menjaga Nabilah. Frieska mengangguk dan langsung pergi. Tersisa mereka berempat yang menunggu kabar dari Beby. Akhirnya Dokter keluar dan Melody lansung menghampirinya diikuti Shania dan Gaby juga Ochi.
"Dok, bagaimana Adik saya?" Tanya Melody.
"Adik Ibu mengalami retak tulang pinggang. Jadi untuk sementara harus berjalan dengan kursi roda. Untunglah tidak terlalu parah. Kalau rajin check up pasti cepat sembuh." Sahut Dokternya tersenyum.
"Syukurlah. Kita bisa lihat Beby Dok?" Tanya Melody.
"Silakan. Saya permisi dulu." Kata Dokternya lalu pergi.
Melody langsung masuk ke dalam. Dia langsung melihat Beby yang memakai baju pasien berwarna biru berbaring diranjang dengan wajah menahan sakit. Melody tersenyum saat melihat Beby baik-baik saja. Diciumnya lembut pipi Beby. Shania ikut masuk ke dalam diikuti Gaby dan Ochi. Beby hanya tersenyum saat melihat mereka datang.
"Beb, gimana keadaan kamu?" Tanya Shania.
"Aku gak apa-apa kok. Cuma retak tulang pinggang. Nih udah dibebat pakai perban." Katanya sambil mengangkat baju pasiennya dan terlihatlah perban berwarna coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)
ActionSetelah mereka yang sangat aku sayangi pergi, aku akan berusaha melindungi mereka. Walaupun aku harus melanggar janji yang aku ucapkan -Frieska-