Melody masih sibuk dengan dokumen-dokumen yang harus dia urus. Waktu sudah malam. Karyawannya banyak yang sudah pulang. Hanya tersisa satpam saja yang berjaga dipintu depan. Akhirnya pekerjaannya selesai. Melody segera membereskan ruang kerjanya dan membawa tas kerjanya.
Melody menulusuri kantornya yang megah dan besar. Lorong sangat sepi karena karyawannya banyak yang sudah pulang. Dia memasuki lift untuk turun ke lantai dasar. Sampai diparkiran, Melody menuju mobilnya yang terparkir disudut. Setelah siap, Melody menjalankan mobilnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Jalanan masih ramai dengan kendaraan bermotor lain. Untunglah jalan tidak terlalu macet. Melody sampai dirumahnya lalu membuka pagar rumahnya. Setelah terbuka, dia memasukkan mobilnya ke garasi dan menutup pagar rumah.
Rumah sudah gelap. Pasti sudah tidur ya, pikir Melody. Melody mengetuk perlahan pintu rumahnya. Tidak sampai 1 menit pintu dibuka oleh Frieska. Melody langsung memasuki rumahnya lalu menuju kamarnya. Frieska menutup pintunya dan menyusul Melody.
Frieska memasuki kamar Melody dan melihat Kakaknya sudah berganti pakaian memakai piyama. Frieska melihat tubuh Kakaknya yang semakin kurus karena terlalu lelah mengurus urusan kantor yang semakin menumpuk. Melody berbaring kelelahan diranjangnya. Frieska menghampirinya perlahan.
"Kak Melody." Panggil Frieska pelan.
"Apa Dek? Kamu belum tidur?" Tanya Melody lembut.
"Besok kuliah libur Kak. Kakak lembur lagi ya?" Frieska balik tanya.
"Iya Fries. Urusan kantor numpuk. Jadi Kakak pulang malam terus."
"Kakak jangan kebanyakan lembur. Kakak harus istirahat. Nanti Kakak sakit."
"Iya Dek. Tapi sekarang Kakak banyak kerjaan."
"Aku ngerti Kak. Tapi "
"Kamu tidur aja. Udah malem loh."
"Aku mau tidur sama Kakak aja."
"Sini Dek."
Melody menggeser tubuhnya memberi ruang untuk Frieska tidur. Frieska berbaring disebelah Melody. Dia menatap Melody yang menunjukkan raut kelelahan namun ditutupi dengan senyum lembutnya. Bagi Frieska, Melody lebih dari sekedar Kakak. Dia bisa berperan sebagai Ayah, Ibu, dan sahabat untuknya. Frieska sangat beruntung memiliki Kakak seperti Melody.
"Aku sayang Kakak." Lirih Frieska.
"Kakak juga sayang kamu Dek." Sahut Melody lembut.
Melody mencium lembut kening Frieska lalu memeluk Adiknya erat. Frieska merasa nyaman lalu tertidur lelap. Melody tersenyum lalu merapatkan selimutnya menutupi tubuh Frieska sampai batas leher. Melody ikut tertidur karena tubuhnya sangat lelah akibat pekerjaannya.
***
Dhike duduk disofa kamar asramanya. Sendy sudah tidur diranjangnya. Kepalanya memutar kejadian-kejadian kelam yang terjadi padanya beberapa tahun lalu. Matanya berkilat tajam. Tangannya mengepal kuat.
Flashback
Malam itu, ada keributan disebuah rumah besar yang megah. Seorang anak berusia sekitar 10 tahun diikat disudut ruangan. Tangan dan kakinya terikat. Mulutnya ditutup selotip besar. Sementara orang tuanya ditodong dengan pedang samurai.
"Serahkan proposal itu. Sekarang." Desak Kenzo.
"Sampai kapanpun saya gak akan memberikan proposalnya." Jawab pria paruh baya itu.
"Berikan atau dewa kematian akan mendatangi anakmu."
Anak buah Kenzo menempelkan pisau belati ke leher Dhike. Dhike menangis ketakutan. Tubuhnya menggigil dan berkeringat dingin. Sementara Ibunya dipegangi oleh anak buah Kenzo yang lain. Dikepalanya ditodong sebuah revolver.
![](https://img.wattpad.com/cover/48425504-288-k738882.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)
ActionSetelah mereka yang sangat aku sayangi pergi, aku akan berusaha melindungi mereka. Walaupun aku harus melanggar janji yang aku ucapkan -Frieska-