Part 42

1K 64 11
                                    

Topeng terbuka dan terlihat wajah mereka yang tadi ditutup topeng. Mereka berdua tersenyum pada Frieska dan Kinal. Dilepaskannya topeng mereka dan melemparkannya asal. Kinal mulai menangis keras saat menyadari siapa yang datang.

Dia langsung memeluknya erat. Ve yang melihat Kinal memeluk seseorang juga mulai menangis. Setelah bertahun-tahun, akhirnya Kinal bisa bertemu dengannya. Dia segera mendekat dan menatap mereka dengan mata merah. Ve mengakui kalau dia juga merindukan orang yang dipeluk Kinal.

Sementara sosok berjubah merah itu terus mengusap punggung kekar Kinal lembut. Lalu dia mencium lembut pipi Kinal. Kinal terus menangis sampai terisak-isak. Dia hanya tersenyum lembut. Lalu mencium lembut pipi Kinal.

"Kak Stella. Aku kangen Kakak." Isak Kinal sambil terus memeluknya.

"Maaf ya Kakak pergi bertahun-tahun tanpa kabar." Kata Stella menyesal.

Kinal masih terisak. Stella masih terus mengelus punggungnya dan naik ke rambut pendek Kinal. Ve juga diam disebelah Kinal.

"Sperti burung merpati. Kakak tetap kembali sama kamu kan?" Kata Stella.

"Kakak bangga sama kalian. Kalian tumbuh jadi anak yang kuat." Lanjut Stella sambil memandang Kinal dan Ve bergantian.

"Aku senang Kakak kembali. Aku sempat mencari Kakak. Tapi Kakak sangat pintar meloloskan diri." Ujar Ve.

"Kakak melakukan itu untuk kalian. Dan sekarang Kakak sudah kembali." Sahut Stella.

"Kakak gak akan pergi lagi kan?" Tanya Kinal.

"Gak Dek. Sekarang yang harus kita lakukan adalah menghentikan mereka sekarang. Kamu sama Ve tunggu disini. Kakak akan ke dalam untuk menghentikan petingginya." Perintah Stella.

"Gak. Aku pengen Kakak disini." Rajuk Kinal.

"Kakak janji gak akan lama. Kamu harus disini. Jangan kesana."

Stella langsung berlari. Jubah merahnya yang mewah mengibar terkena angin. Sementara Frieska menunduk saat melihat siapa yang ada dihadapannya kini. Topeng yang menutupi wajahnya sudah berada ditanah. Dia tersenyum melihat Frieska lalu memeluknya erat.

Frieska kembali menangis saat membalas pelukannya. Ya, dia adalah Melody. Kakaknya yang seharusnya berada dirumah. Dia sengaja tidak memberitahu kalau dia akan menyelamatkan Nabilah. Tapi Melody sudah mengetahuinya dan mendapat informasi dari anak buahnya. Melody sejak awal memang tak memberitahu kalau dia adalah alumni dari kampus yang sama dengan Frieska.

"Kamu hebat Dek." Puji Melody bangga.

"Aku belum bisa mengalahkan Kakak." Katanya tersendat.

"Bukan dalam pertarungan. Tapi dalam perlindungan untuk Adik kamu. Kamu rela terluka untuk menyelamatkan mereka." Ralat Melody.

"Kak, dimana Nabilah?" Tanya Frieska.

"Kamu tenang aja. Dia udah ada ditempat aman." Sahut Melody.

Frieska menatap jubah emas yang dipakai Kakaknya. ghaida yang melihat itu tersenyum. Sementara Kinal dan Ve yang berdiri disebelahnya menatapnya dengan pandangan datar.

"Apa yang membuatmu tersenyum?" Tanya Kinal.

"Aku bersyukur bisa melihat sebuah cinta sejati. Cinta yang benar-benar suci dari seorang Kakak pada Adiknya. Cinta yang sangat sempurna." Sahut Ghaida.

"Ku dengar dia adalah orang yang sangat kuat." Tambah Ve.

"Iya. Dia adalah pimpinan tertinggi dikampus kita." Kata Ghaida.

"Bukankah itu kamu Ghai?" Kata Kinal yang bingung.

"Bukan. Pemimpin tertinggi kampus kita adalah dia." Koreksi Ghaida.

Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang