Disebuah kamar, seorang wanita tampak sedang menggendong seorang gadis kecil. Melody menelusuri setiap ruangan sambil menggendong Nabilah yang terlelap dalam dekapannya. Dielusnya lembut punggung kecil Adik bungsunya. Setelah memastikan Adiknya sudah terlelap, Melody langsung membaringkan Nabilah ke ranjang.
Ditatapnya Adik kecilnya yang sangat disayanginya itu. Perbedaan umur yang cukup jauh membuat Melody bukan hanya berperan sebagai Kakak untuk Nabilah. Tapi juga menjadi Ayah sekaligus Ibu untuknya. Dielusnya lembut puncak kepala Nabilah dengan penuh sayang.
Saat selesai mengerjakan PR dan membantu menerangkan pelajaran yang tak dimengerti Nabilah, Melody langsung menidurkan Adiknya. Nabilah tampak mengantuk dan lelah. Melody mengganti bajunya dengan piyama dan membaringkan tubuh rampingnya ke ranjang Nabilah.
Diranjangnya itulah, gadis cantik itu mengingat masa lalunya. Saat dia masih mahasiswi dan tinggal diasrama untuk sementara. Sebuah kisah masa lalu yang sudah lama dia lupakan. Otaknya kembali memutar kisah masa lalu yang tak pernah dibuka ke orang lain.
Flashback
Disebuah taman tak terpakai, tampak kerumunan mahasiswi mengelilingi seorang mahasisiwi bertubuh kecil. Mereka membawa tongkat dari kayu dan besi. Bahkan ada juga yang membawa pedang. Dia tampak seorang diri disana. Ditatapnya kerumunan itu dengan tenang. Ada sekitar 30 orang.
Bibirnya mengembang sebuah senyuman. Mereka semua adalah mahasiswi dari sekolah lain. Sudah lama mereka tidak menyukai Melody. Kabar bahwa Melody sanggup menghajar orang hanya dalam waktu singkat tak dipedulikan oleh mereka. Dan disinilah mereka sekarang. Berhadapan langsung dengan ketua yankee tertinggi yang ditakuti.
Melody menatap mereka semua sambil menyibakkan rambut ikalnya. Matanya menunjukkan bahwa dia sudah siap menghadapi mereka. Tangannya memberi isyarat kepada mereka untuk maju. Satu persatu mulai menghajar Melody. Tapi Melody dengan mudah langsung memukul mereka.
Kerumunan itu terus berusaha mendaratkan pukulan ke tubuh kecil Melody. Tapi Melody dengan leluasa menghindari serangan mereka. Saat itulah seorang dari mereka memukul kepala Melody dengan balok kayu hingga berdarah. Melody menatap tajam orang yang menghajarnya lalu menandukkan kepalanya ke orang itu hingga pingsan.
Pukulan-pukulan lain juga menyengat wajah mulus Melody. Tapi ajaib, Melody tetap berdiri dan semakin beringas menghajar mereka. Lebam dipipi, bibir dan anggota tubuh yang lain seperti tak mampu membuat gadis cantik itu roboh. Darah menetes membasahi baju putihnya yang berasal dari kepalanya. Setelah beberapa lama, Melody berhasil menaklukan mereka.
Kerumunan mereka terkapar dengan wajah penuh luka dan lebam. Melody berdiri ditengah mereka sambil tersenyum. Tangannya berlumuran darah musuhnya. Dia segera mengambil sapu tangannya dan menyeka darah yang mengaliri kepalanya. Melody segera pergi meninggalkan mereka yang terkapar tak berdaya.
Saat sampai diasrama, Melody mengambil tisu dan menyeka darah yang terus mengalir dikepalanya. Stella yang baru sampai, melihat luka dikepala dan lebam diwajah Melody. Dia segera menaruh tasnya dan menghampiri sahabatnya.
"Mel, apa yang terjadi sama kamu?" Tanya Stella panic.
"Biasa lah. Penyerangan dari orang yang gak suka sama aku." Sahut Melody santai.
"Jangan pakai itu obati lukanya. Aku ambil kotak obat dulu." Stella beranjak mengambil kotak obat yang tersimpan dinakas kamarnya.
Melody hanya bisa diam. Dia menatap Stella yang mengeluarkan alcohol, betadine, perban, kapas dan plester roll. Tak lupa gunting kecil yang dia siapkan dinakas. Stella beranjak mengambil air berisi es yang ditaruhnya dibowl kecil dan handuk kecil. Setelah siap, Stella duduk ditepi ranjang mereka berdua.
![](https://img.wattpad.com/cover/48425504-288-k738882.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perlindungan, Peperangan, Cinta (END)
ActionSetelah mereka yang sangat aku sayangi pergi, aku akan berusaha melindungi mereka. Walaupun aku harus melanggar janji yang aku ucapkan -Frieska-