Setelah lama berjalan mereka sampai di bukit tempat makam kakak permaisuri, raja nampak kepayahan saat naik keatas bukit berbeda dengan hwa young yang nampak lincah
" Apa anda baik - baik saja jeonha ?!" Tanya hwa young yang nampak sudah berada di atas bukit
" Haah... Kau meremehkanku lagi " gumamnya yang Nampak terengah – engah
Hwa young turun dan mengulurkan tanganya
" Peganglah tangan hamba yang mulia" kata hwa young
Raja melihat kearah hwa young ada sesuatu yang raja rasakan timbul di dalam dirinya, rasa hangat dan perasaan campur aduk dalam artian kata yang baik, rasa ragu dan kebimbangan muncul beriringan
" Sudahlah..." Kata raja menolak
Hwa young tak hilang akal, ia mengambil sebuah ranting
" Pegang ini yang mulia... Jika anda tidak ingin memegang tangan hamba"
" Heeh.. Benda itu kotor... Bagaimana kau bisa memegangnya " kata raja kesal
Hwa young cepat - cepat membuangnya dan mengelap tangannya dengan sapu tangan yang dibawanya
" Bagaimana sekarang ?!" Hwa young mengulurkan tangannya lagi
Dayang jo dan kasim han nampak tersenyum, 2 orang ini memang selalu terlibat dalam ketegangan namun kedua orang yang setia mendampingi raja dan ratu ini tahu bahwa ada sisi hangat keduanya yang begitu dalam untuk satu sama lain
" Kau memang keras kepala " raja menerima uluran tangan hwa young, satu hentakan ternyata tak bisa ditahan tubuh kecil hwa young, ia terpeleset kerikil dan terjerembab jatuh kebawah
" Mama " kata dayang jo cemas
" Jungjeon - mama " kasim han terkejut
Raja juga bergegas menghampiri permaisuri yang terjatuh di bawah,
" Apa kau baik - baik saja ?!" Tanya raja cemas
" Mama.. Apa ada yang sakit ?!" Tanya dayang jo cemas
" Yaa..!!!! Jika kau tidak kuat menahan berat tubuhku.. Jangan mengulurkan tanganmu " raja marah karena cemas
" Hamba baik - baik saja jeonha...bantu aku berdiri " kata hwa young pada dayang jo
Dayang jo membantu hwa young berdiri, keningnya mengerut karena merasakan sakit pada kaki dan bahunya, tapi ia berusaha menutupinya
Dengan dipapah dayang jo, hwa young tiba di makam kakak hwa young, dayang jo dan kasim han membantu menyiapkan persembahan untuk sembahyang makam
Raja dan ratu nampak memberi hormat pada makam kakak hwa young, raja sendiri yang memimpin persembahyangan tersebut
" Kakak... Apa kabar.. Maaf aku baru berkunjung... Aku raja joseon.. Adik iparmu... Semoga kau bahagia " kata lee sun, ia lalu bangkit dan agak menjauh dari sana
Hwa young juga bangkit dan menyiram makan sang kakak dengan teh bunga kesukaan sang kakak
" Kakak .. Aku datang " hwa young mulai menangis " aku sudah menjadi permaisuri sekarang, dan aku juga sudah jatuh cinta... Entahlah mungkin aku jatuh cinta pada orang yang salah sama seperti kakak "
Hwa young nampak memeluk makam sang kakak, airmatanya tak bisa terbendung
" Kakak aku lelah... Aku lelah dengan semua ini... Bolehkah aku berhenti sekarang ? Aku tau.. Kakak memberiku posisi ini dengan nyawamu tapi... Bisakah aku menyerah .. Ini terlalu berat untukku... Kakak ,aku merasa tercekik dengan keadaan ini" hwa young menyeka airmatanya
Melihat ratu yang kokoh seperti karang itu menangis dan nampak lemah, lee sun nampak bersimpati, ia pernah mendengar bagaimana kakak permaisuri bunuh diri tapi ia tak pernah tau kisah dibalik itu semua, sebenarnya lee sun sudah tidak membenci hwa young, tapi entah kenapa ketika mengingat masalalu penyesalan dan kebenciannya muncul,ia membenci keluarga hwa young yang menghalalkan cara apapun demi mendapatkan kekuasaan, Ia membenci cara keluarganya mendapatkan kekuasaan,ia membencinya... membenci hwa young yang melenyapkan impiannya bersanding dengan gadis pujaannya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE QUEEN : The Women Who Hold the Fire [SEBAGIAN TEKS HILANG ]
Ficción histórica" hamba benci... pada ayah hamba yang mengirim hamba ke istana, Jeonha.. kau begitu penuh dengan kebencian, hamba... hanya melindungi apa yang hamba yakini " gadis itu cho Hwa young adalah seorang gadis bangsawan yang menjadi seorang ratu muda, jala...