PART56

11.2K 785 1
                                    

Hwa young tersenyum, selir agung nampak kesal, ia memang mendapatkan pujian karena dianggap membela permaisuri tapi di dalam hati ia sangat kesal dan marah

" jusang... kau harusnya bisa melindungi jungjeon " kata ibu suri agung

" jusang akan lebih memperhatikan halma – mama , semua akan meminta maaf pada jungjeon nantinya karena sudah salah sangka dengan maksud baik dari jungjeon"

" baguslah.. cucu nenek memang selalu bisa di andalkan " kata sang ibu suri agung

Mereka semua pamit kecuali hwa young, ibu suri agung meminta hwa young untuk tinggal karena sangat merindukannya

" benarkah itu... jadi kalian sudah ?"

Wajah hwa young nampak merona karena malu

" itu bagus, nenek ingin segera melihat seorang seson [ cucu laki – laki ] lahir nantinya "

" halma – mama harus sehat selalu, saya belum bisa membalas semua kebaikan halma – mama "

Ibu suri agung tersenyum, beliau mengambil sesuatu dari bawah tempat tidurnya

" ini.. adalah binyeo giok pemberian mendiang raja padaku saat aku masih menjadi putri mahkota " ibu suri agung nampak menyerahkan binyeo berwarna hijau lumut tersebut, binyeo sederhana dari giok

" ini... untuk hamba ?"

" benar.. untukmu, saat pertama kali memasuki istana aku begitu kesepian dan kerap menangis, mendiang raja lalu diam – diam mengajakku keluar istana, melihat pasar dan melihat pertunjukan sulap begitu indah, pulangnya ..suamiku membelikanku sebuah binyeo giok, memang terlihat murah tapi itu adalah hadiah yang di berikannya untuk nenek "

"halma – mama..." hwa young nampak terharu mendengarnya

" akhir – akhir ini.. nenek selalu memimpikan mendiang raja, sepertinya waktuku sudah semakin dekat "

" halma – mama... jangan bicara seperti itu, anda akan tetap sehat hingga seson [ cucu ] lahir nanti "

Ibu suri agung tersenyum dan memegang tangan hwa young

" hwa young – a... kau adalah gadis yang baik, istana memang tidak cocok untukmu, suatu saat nanti jika kau merasa sesak berada disini.. nenek akan melepaskanmu dan kau bisa bebas untuk pergi "

" halma – mama "

Hwa young menatap sang nenek dalam, ada gurat kesedihan di wajahnya melihat wajah pucat sang nenek

Hwa young kembali kekediamannya, ia melihat kasim han di sana itu artinya raja sedang berada di kamarnya

Hwa young nampak memberi hormat dan duduk di depan raja

" ada perlu apa yang mulia menemui hamba malam – malam begini ?"

" aa.. itu.. itu.. itu karena halma – mama menyuruhku lebih memperhatikanmu "

" saya ucapkan terima kasih yang mulia "

Melihat sikap formal dan sopan hwa young , lee sun teringat bagaimana hwa young dan hakim kim berbicara dengan santai layaknya teman

" kau... kau mengenal hakim kim ?" tanya raja

" iya yang mulia, hakim kim adalah saudara ipar hamba " jawab hwa young seraya menuangkan teh untuk raja

" benarkah ? kalian terlihat sangat akrab ? atau... jangan – jangan... kau punya rahasia dengannya?"

Hwa young nampak diam, ia meletakkan teko tehnya dan menatap raja

" apa.. yang mulia sedang mengintrogasi hamba ? kenapa yang mulia... ingin tau sekali hubungan hamba dengan hakim kim "

" aku tidak ingin tahu... hanya saja.. jika rumor berkembang.. ahh.. sudahlah.. terserah kau saja " raja berdiri dengan kesal dan meninggalkan kamar hwa young

" oo.. ada apa dengan yang mulia, dia terlihat tidak nyaman sejak tadi " gumam hwa young, ia merasa aneh dengan sikap raja yang tak biasa

" mama.. anda benar – benar tidak peka " kata dayang min

" tidak peka ? kenapa ?" hwa young nampak tak mengerti

" yang mulia raja bersikap seperti itu, itu artinya yang mulia cemburu dengan hakim kim" dayang min menjelaskan

" apa ?!" hwa young nampak terkejut tapi kemudian tersenyum " kau benar.. ahh.. aku benar – benar bodoh, jeonha pasti mengkuatirkanku selama ini"

Hwa young kemudian mengeluarkan sebuah binyeo giok pemberian ibu suri agung padanya

" halma – mama " gumamnya sedih

THE QUEEN : The Women Who Hold the Fire [SEBAGIAN TEKS HILANG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang