Hari itu tampak pemandangan mengerikan berupa buku-buku saling bertumpukan di atas meja Sehun. Hampir semua buku tentang pelajaran Biologi dan Sejarah kini saling meneriaki Sehun untuk membaca mereka satu persatu. Sedang sang empunya tengah memasang wajah horror dengan kedua tangan mencengkram rambut coklatnya.
Matanya tampak hilang harapan. Wajahnya pucat seperti orang yang terkena hipotermia di kutub utara. Sialnya lagi, kedua matanya berkaca-kaca mengeluarkan keringat. Jika orang tak mengenal Sehun, pastilah ia di anggap baru patah hati atau semacamnya. Tapi tentu itu bukan alasan yang tepat untuk menjawabnya.
"Aku benar-benar tak paham lagi! Dua mata pelajaran itu menuntutku untuk menghafalkannya, sedangkan memori otakku tak memenuhi kapasitas. Apa yang harus kulakukan ya Tuhan~" jeritnya mendadak sambil mengacak rambutnya frustasi. Tentu kelakuannya membuat ia dihadiahi tatapan mengerikan dari semua orang yang ada di kelas.
Siapa yang tidak marah jika mendadak ada yang berteriak ketika kau tengah serius belajar?
"Hun kau terlalu berisik," suara seseorang dari belakang kursinya, Sehun menghela nafas.
"Tapi Kyung, aku benar-benar tak siap." Balas Sehun seraya menggigiti karet penghapusnya.
"Bacalah apa yang mampu kau ingat. Tidak perlu memaksakan diri," ujar seorang murid bername tag Do Kyungsoo.
Tsk, tak perlu memaksakan diri katanya? Batin Sehun jengkel.
Oke, Sehun akan dengan senang hati melakukannya jika ujian yang akan mereka hadapi tak akan membuatnya menderita dikemudian hari. Tapi ujian kali ini berbeda dari biasanya. Berbeda karena semalam seseorang yang sebenarnya tetangga sekaligus gurunya mengirim pesan kepada anak didiknya.
'Aku tahu sekolah kalian besok akan memulai ujian semester dan kalian harus mendapat nilai minimal 75. Jika ada satu saja yang tak memenuhi standarku, bersiaplah mendapat hadiah spesial dariku~'
Hell! Bagaimana mungkin bisa, mendapat nilai 70 saja mustahil baginya dan sudah menjadi pengorbanan menyedihkan untuk Sehun. Apalagi 75? Dasar gurunya itu benar-benar, seenaknya.
"Cih, kau bisa bicara begitu karena kau peringkat tiga dikelas kita dan Yoona noona tak akan menghukummu." Balas Sehun frustasi.
"Terserahmu saja." jawab Kyungsoo datar dan emotionless, kemudian kembali berkutat dengan buku bacaannya.
Sehun semakin frustasi saja. "Huaa eommaa~ Aku tak mau disiksa Yoona noona. Walaupun ia cantik dan cerdas tapi ia sangat mengerikan." Begitulah suara berisik yang kembali mengusik ketentraman para penghunikelas tersebut.
Tapi cerita belum berakhir. Jika Sehun yang ibaratnya 'sedikit' pintar saja sefrustasi ini. Bagaimana dengan makhluk yang dikatakan paling ehm tidak terlalu pintar disini. Si peringkat 30 selama dua semester dari total 29 orang murid dikelas saat ini. Bahkan setelah seorang siswi pindah pun ia tetap bertahan di peringkat 30. Terlalu nyaman mungkin. Who knows.
Daripada penasaran, Sehun melirik ke satu kursi yang terletak di samping kursinya. Sejak tadi si pemilik kursi itu tak terdengar suaranya. Dan wajah Sehun pucat saat menemukan si pemilik kursi-Kim Jongin atau Kai atau Malika kedelai hitam kualitas sedang, dengan tenangnya terlelap di atas buku Biologi Campbell yang telah ternodai air sucinya. Menjijikan~ batin Sehun.
THE POWER OF EXAM
Penuh perjuangan dan kerja keras yang berlebihan. Biologi dan Sejarah memang sesuatu. Dua mata pelajaran yang menuntut hafalan akan berbagai peristiwa, dipastikan kau perlu ingatan yang baik untuk menjinakan mata pelajaran ini. Tapi, bagaimana dengan mereka yang daya ingatannya layaknya penderita alzheimer? Itu sih tinggal say goodbye saja~
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF EVERYTHING
Hayran KurguKumpulan cerita | Have a great journey, a head into the universe, finally you are where you belonged.